Takdir Cinta

Takdir Cinta

Awal

...Cerita ini murni karya fiksi dan tidak berhubungan dengan orang, organisasi, lokasi atau kejadian nyata....

Dentuman musik mulai terdengar keras, membuat orang-orang yang berada dalam ruangan itu mau tak mau ikut bergerak mengikuti alunan musik, tak semua karena beberapa dari mereka ada yang lebih memilih bersantai di meja bar menikmati minuman yang telah mereka pesan, juga beberapa pasangan kekasih yang lebih memilih bermesraan di sudut-sudut ruangan.

Tetapi lain halnya dengan seorang lelaki yang sedari tadi hanya duduk di bar stool yang untuk kesekian kalinya menghirup aroma wine pada gelas burgundy yang telah kosong itu. Sebelah tangannya mencoba melonggarkan sedikit dasi yang saat ini melilit rapi lehernya, lalu beralih membuka satu kancing kemeja hitam paling atas miliknya. Diambilnya sebilah rokok yang ada di dalam saku kantong jasnya, melihat itu salah seorang bartender yang melayaninya saat itu dengan suka rela memberikan macis pada lelaki berjas mewah yang ada di hadapannya. Lelaki itu menerimanya dan langsung menyalakan macis itu, segera ia menyesap rokok yang telah menyala di ujungnya.

"Pesankan aku kamar hotel," perintahnya pada seseorang yang berdiri tak jauh dari bar stool yang saat ini ia duduki.

"Maaf Tuan tapi Anda ada pertemuan penting malam ini," jawab seseorang dengan sopan.

"Ck,"—decak lelaki itu, setelahnya menghembuskan asap rokoknya ke udara—"aku bahkan tak menyetujui perjodohan itu. Siapkan saja atau kau ku pecat," tegas nya

"Baik Tuan," ucap orang itu dengan pasrah sambil membungkukkan badan dengan sopan mengingat ia hanyalah bawahan.

°°°

Cahaya mentari yang masuk melalui celah jendela kamar dan nyanyian burung di luar sana tak sedikit pun mengganggu tidurnya gadis muda yang masih setia memejamkan matanya.

Tok tok tok

Terdengar suara pintu diketuk beberapa kali dan tak lama setelahnya menampakkan seorang wanita setengah paruh baya yang jelas masih terlihat kecantikkannya. Wanita setengah paruh baya itu berjalan mendekati tempat tidur gadis manja kesayangannya.

"Cinta," panggilnya pelan sambil mengelus bahu gadis itu yang masih saja diam di tempat tidurnya.

"Enghh...," bukannya bangun Cinta malah semakin menenggelamkan tubuhnya ke dalam selimut.

"Cinta, bangun sudah pagi."

"Hmm..., 5 menit lagi Tan."

"Ya sudah. Cepat mandi dan turun ke bawah, Bibi Siti sudah menyiapkan sarapan pagi."

Selepas Wanita setengah paruh baya itu keluar dari kamar, Cinta duduk di tepian ranjang sambil menggaruk rambutnya yang bahkan sangat berantakan. Ia berjalan perlahan menuju kamar mandi masih dengan mata tertutupnya.

"Aww!" pekiknya saat tanpa sengaja menabrak lemari yang tak jauh dari pintu kamar mandinya.

"Ishh siapa sih yang menaruh lemari ini di sini?! Dan sejak kapan lemari ini ada di sini?" bentaknya entah pada siapa, sepertinya pada lemari yang baru saja ia tabrak, padahal benda mati itu tak tau apapun.

Masih memegangi jari kakinya yang terasa nyeri tanpa sengaja matanya melirik ke arah jam dinding.

"Waduh!"—Cinta menepuk jidatnya pelan—"aku kan ada jadwal kuliah pagi ini."

Cinta langsung berlari masuk ke kamar mandi, menghiraukan jari kakinya yang masih terasa nyeri.

Selesai keramas dan membersihkan badan Cinta berdiri di depan lemari kaca bening miliknya, melihat dan memilih pakaian apa yang cocok untuk ia pakai saat pergi ke kampus hari ini.

"Hmm...," gumamnya sambil berpose seperti sedang memikirkan hal yang serius, padahal yang ia pikirkan hanyalah tentang pakaian apa yang akan ia kenakan hari ini.

"Apa aku pakai ini saja ya?" ucap Cinta pada cermin yang saat ini sedang memantulkan bayangan dirinya yang masih menggunakan jubah mandi dan satu pakaian midi dress di tangannya.

Midi dress hitam di bawah lutut mungkin akan cocok jika dipadukan dengan high heel boots hitam pendek miliknya, akan terlihat simple tetapi tetap elegan.

"Tunggu, tapi ini sepertinya tidak akan cocok jika aku memakainya hari ini. Hari inikan hari rabu," gumamnya sambil memperhatikan midi dress itu dari atas ke bawah.

"Beliau pasti akan mengomentari midi dress milikku ini dan akan berkata, 'kita mau belajar ya di kampus ini, bukan mau ke pesta'," lanjut Cinta bergumam.

Membayangkannya saja sudah membuatnya merinding. Dosennya yang satu ini memang terkenal suka mengomentari mahasiswa-mahasiswi lainnya di kampus, bahkan sampai ke pakaian yang mereka kenakan.

Menurut Cinta padahal itu modern fashion style, ibu dosennya saja yang terlalu kuno dalam berpakaian, bahkan menilai kemeja longgar yang kancingnya sampai atas leher dengan mengenakan jeans cutbray itulah yang cocok untuk mereka jika ingin masuk ke kampus.

"Aduh, aku tidak bisa membayangkan kalau jadi anaknya, bisa-bisa aku di suruh pakai...." Cinta menggelengkan kepalanya tanda ia tak ingin menjadi anak ibu dosen itu.

Cinta letakkan kembali midi dress miliknya ke lemari dan lanjut memilih pakaian lainnya.

Dilemparnya beberapa pakaian ke kasur, ia tak tau harus memakai baju apa hari ini. Bukan karena baju Cinta yang jumlahnya sedikit, sudah terlihat jelas banyaknya tumpukan-tumpukan pakaian yang menumpuk di atas kasurnya, ia bahkan memiliki dua lemari pakaian di kamar, itu menandakan seberapa banyak pakaiannya. Hanya saja ia sedikit bingung hari ini dalam memilih pakaian.

"huhh! Aku pakai baju apa ya?"—kedua tangan Cinta masih sibuk menggeledah pakaian-pakaian di dalam lemari miliknya—"ah, ini saja deh."

Celana bahan kotak-kotak akan cocok jika dipadukan dengan kaos putih polos dan cardigan hitam panjang dengan sneaker, akan menjadi perpaduan outfit yang simple.

"Yaps. Tinggal satu aksesoris lagi, jam tangan." Cinta membuka laci di meja riasnya, mengambil jam tangan berwarna silver dan memakainya.

"Aku terlambat!" pekiknya saat menyadari jam di tangannya menunjukkan pukul 8 lewat.

Cinta menuruni tangga dengan tergesa-gesa menuju ruang makan, masih dengan salah satu tangan yang sibuk mengikat rambut hitam panjang miliknya. Bukannya duduk di samping orang tuanya dan memakan sarapannya, Cinta malah memilih mengambil selembar roti tawar dan segelas susu yang sudah tersedia di meja makan.

"Cinta, kalau makan duduk nak," ujar ayahnya menegur Cinta.

"Cinta sudah hampir telat Pa, hari ini ada jadwal kuliah pagi," jawabnya sambil meminum segelas susu di tangannya.

"Makanya kalau anak perawan itu jangan malas-malasan kalau bangun pagi, jadi tidak sempat sarapan kan kamu," ujar wanita setengah paruh baya yang masuk ke kamar Cinta dan membangunkannya tadi.

Mendengar itu Cinta hanya mempautkan bibir mungilnya lucu karena tak terima disebut anak perawan malas-malasan.

"Ishh, Tante Nadia. Baru kali ini aku bangun kesiangan."

Sekarang Cinta makin mengembungkan pipi bulatnya, membuat tante Nadia dan juga ayahnya Cinta terkikik geli melihat tingkah keponakan dan anak kesayangannya itu.

"Iya sudah, cepat kamu berangkat nanti makin terlambat," sambung tante Nadia.

"Cinta berangkat dulu yah Tante, Papa."

Sebelum berangkat tak lupa Cinta mengecup kedua pipi tante Nadia dan mencium tangan ayahnya. Walaupun sedikit bandel Cinta masih dan bahkan sangat menyayangi tante dan ayahnya itu.

To Be Continue...

Terpopuler

Comments

^°DandeliOn

^°DandeliOn

aku datang bawalike kak

2021-04-03

1

Whiteyellow

Whiteyellow

boomlike untukmu ..jangan lupa dukung balik jika berkenan di

'CINTAI AKU SAHABAT KECILKU'

dan

'I NEED YOU'

Terima kasih🤗

2021-02-28

1

Yoshi Chan

Yoshi Chan

sudah aku vote 20 poin

2021-01-31

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!