Bibi Aminah Dan Bunga Lily Putih

Di dapur Cinta sedang memperhatikan pembantu yang sedang sibuk memasak untuk menyiapkan makan malam mereka. Bibi Aminah namanya, beliau sudah lama bekerja di rumah itu, sudah 22 tahun berlalu sejak usia beliau masih 30 tahun. Beliau pernah mempunyai seorang suami dan satu orang putri, namun karena suatu masalah bibi Aminah bercerai dengan suaminya. Karena usia putrinya yang sudah berumur 7 tahun dan tidak mungkin membutuhkan asi ibunya lagi, juga dirinya yang tak memiliki pekerjaan mengharuskan putri tercintanya terpaksa ikut ayahnya yang dapat memberikannya kebutuhan finansial. Oleh karena itu, keputusan pengadilan setelah mereka bercerai hak asuh anaknya jatuh ke tangan mantan suaminya.

Bibi Aminah saat itu tidak memiliki keluarga di kota ini, jadinya mengharuskan ia untuk mencari pekerjaan agar ia bisa memenuhi kebutuhan sehari-harinya, dan di saat itulah ibu Aldi membutuhkan seorang pembantu rumah tangga untuk membantunya di rumah, karena saat itu kondisi ibu Fitri sedang mengandung anaknya dan dilarang oleh dokter untuk tidak terlalu kelelahan.

"Bi, sini aku bantu," kata Cinta menawarkan diri untuk membantu bibi Aminah.

Aldi yang sibuk menuangkan air dingin ke gelas mendengar itu langsung menyahut.

"Jangan mau Bi, nanti masakan Bibi dibikin gosong lho sama Cinta," ledeknya sambil meletakkan kembali tempat air minum ke dalam kulkas.

Bibi Aminah yang mendengar itu hanya bisa tertawa kecil.

"Sok tau deh kamu Aldi, aku itu jago masak kalau di rumah," sanggah Cinta membela diri.

"Tidak usah Non, biar bibi saja yang melakukan semuanya. Non kan tamu di sini, bibi tidak enak nanti," tolak bibi Aminah dengan sopan.

"Tidak apa-apa kok Bi."

"Cinta, ayo ke taman belakang. Aku sudah selesai minum nih," ajak Aldi pada Cinta sambil memperlihatkan gelas minuman kosong yang telah habis ia minum.

"Buat aku mana Di? Aku kan belum minum," tanya Cinta karena merasa belum diberikan air minum oleh Aldi.

"Ya bikin sendirilah," sahutnya.

"Aku kan tamu Di, harusnya kamu buatkan aku juga. Pelit banget sih," protes Cinta pada Aldi karena tidak diambilkan minuman.

"Biar bibi saja Non, yang mengambilkannya," bibi Aminah berjalan menuju lemari gelas, mengambil gelas besar dan menuangkan sirup ke dalamnya, namun sebelum itu tangan bibi Aminah ditahan oleh Cinta.

"Tidak usah Bi, tidak perlu repot, aku bisa membuatnya sendiri," ujar Cinta yang merasa tidak enak hati karena membuat bibi Aminah harus membuatkannya minuman untuk kedua kalinya, padahal minuman pertama yang dibuatkan oleh bibi Aminah pun belum sempat ia minum.

Bibi Aminah tersenyum dan mengangguk. Kembali bibi Aminah melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda, yaitu memasak. Sedangkan Cinta meneruskan apa yang dilakukan bibi Aminah tadi, membuat minuman.

"Bibi masak apa buat makan malam nanti?" tanya Aldi basa-basi kepada bibi Aminah.

"Ini Nak Aldi, rendang daging sama rendang jengkol kesukaan Nak Aldi," jawab bibi Aminah sambil memperlihatkan makanan kesukaan Aldi.

Aldi yang melihat makanan kesukaannya langsung saja mengambil sendok dan mencicipinya.

"Emm, ini enak banget Bi. Seperti biasanya," puji Aldi sambil mengunyah makanannya.

Selesai membuat minuman Cinta langsung duduk di kursi yang tersedia di meja dapur itu dan mulai meminum es sirup yang baru saja ia buat. Cinta yang melihat Aldi memakan makanan kesukaannya yaitu rendang jengkol hanya bisa tertawa tertahan.

"Pantas saja kalau kamu bicara kadang suka bau jengkol, ternyata lelaki penggemar jengkol," kata Cinta sambil tertawa kecil mengingat jika ketika ia, Aldi dan teman-teman mereka yang lain sedang mengobrol, saat Aldi berbicara kadang-kadang akan sedikit tercium olehnya bau jengkol.

"Kamu tidak tau saja kalau jengkol buatan Bibi Aminah ini enak banget lho Cin, Coba deh," ungkap Aldi sambil menyodorkan sesendok rendang jengkol buatan bibi Aminah kepada Cinta dan gadis itu menerimanya dengan senang hati.

Mungkin jika orang lain yang melihatnya akan menduga jika Aldi adalah seorang kekasih yang sedang menyuapi makanan kepada kekasihnya. Namun tidak, kenyataannya mereka hanyalah sebatas sahabat.

"Benar ih, enak banget Bi," puji Cinta setelah merasakan masakan bibi Aminah secara langsung.

"Terima kasih Non, padahal masakan Bibi biasa saja," tersenyum bibi Aminah malu-malu dengan pujian yang diberikan Cinta.

"Ya sudah, Bibi lanjutkan saja pekerjaan Bibi memasak. Aku dengan Cinta mau ke taman belakang dulu ya Bi," ujar Aldi yang dijawab dengan sebuah anggukan dari bibi Aminah.

Aldi menarik pelan tangan Cinta, pertanda menyuruh Cinta untuk mengikutinya ke taman belakang.

"Dadah Bibi," pamit Cinta seperti anak kecil kepada bibi Aminah.

Bibi Aminah mengangguk dan lagi-lagi tersenyum kecil, teringat ia dengan anak perempuannya.

°°°

Terlihat di balik pintu kaca sebuah taman kecil yang begitu indah. Cinta langsung saja berjalan cepat meninggalkan Aldi di belakangnya yang berjalan dengan santai. Digesernya pintu kaca itu, betapa terpananya ia melihat taman belakang rumah Aldi. Bukan karena Cinta tak memiliki taman di belakang rumahnya, ia mempunyainya namun tak seindah taman di rumah keluarga calon suaminya ini.

Rumput hias yang begitu rapi tersebar merata di tanah, terasa lembut jika dipijak tanpa alas kaki, bagaikan itu bukanlah rumput melainkan hanyalah sebuah karpet lembut yang berbentuk rumput. Bunga-bunga di taman itu begitu banyak ragamnya dan berbeda-beda warna, dari beberapa bunga mawar merah yang di tanam apik di dalam pot bunga, hingga bunga hias lainnya yang dibiarkan tumbuh begitu saja di tanah tanpa di dalam pot. Namun terlihat dengan jelas tanaman-tanaman di sana begitu terawat.

Cinta berjalan ke arah pohon yang di bawahnya ada bangku panjang, didudukkannya dirinya di bangku itu, menghirup udara taman dalam-dalam, betapa sejuknya yang ia rasa. Kembali ia berdiri saat melihat di seberang bangku yang ia duduki ada pot bunga besar yang tertanam sebuah bunga lily putih kecil di dalamnya yang bunganya belum mekar, masih kuncup. Diperhatikannya bunga kecil itu sambil tersenyum dengan manis.

"Kamu menyukainya Cinta?" tanya Aldi yang baru berjalan ke arahnya, memperhatikannya yang sedari tadi seperti sedang mengagumi bunga kecil itu.

Aldi ikut berjongkok menyamakan posisinya dengan Cinta.

"Iya, aku sangat menyukai bunga," jawab Cinta tanpa mengalihkan pandangannya dari bunga kecil yang menarik perhatiannya.

Aldi kembali memperhatikan bunga lily putih kecil itu, disentuhnya dan tersenyum ia sambil berkata, "Ini bunga lily yang baru saja dibeli oleh Mama di toko bunga minggu lalu."

"Sepertinya Ibumu juga menyukai bunga," juga Cinta ikut menyentuh kelopak bunganya.

"Iya,"—Aldi diam sejenak menatap dalam kelopak bunga lily kuncup—"Ibuku memang sangat menyukai bunga,"

Aldi berdiri dari tempatnya berjongkok dan beralih berjalan ke arah bangku yang di duduki Cinta tadi. Berbeda dengan Aldi, Cinta masih saja setia berjongkok mengagumi bunga-bunga yang ada di taman itu.

"Apa kamu tidak merasa lelah Cinta? Dari tadi berjongkok terus. Sudah kembali duduk sini," suruh Aldi, namun bukan Cinta jika ia menurut. Cinta memang tidak berjongkok lagi, tetapi ia kembali berjalan sambil melihat-lihat dan memperhatikan bunga-bunga lain, yang mungkin akan menarik perhatiannya.

To Be Continue...

Terpopuler

Comments

Whiteyellow

Whiteyellow

hadir thor..feedback ya say 🤗😍

2021-04-03

1

R_armylove ❤❤❤❤

R_armylove ❤❤❤❤

nyicil baca ya

2021-02-23

1

🐝⃞⃟⃝𝕾𝕳Simple Hayati

🐝⃞⃟⃝𝕾𝕳Simple Hayati

boom like 5 chapter dulu thor.
semangat terus berkarya.

ditunggu feedbacknya

2021-01-25

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!