Perjodohan (Bagian 2)

Sebenarnya Cinta masih ingin menambah pesanannya, namun keburu ia ingin buang air kecil. Cinta berlari kecil, tanpa memperhatikan seseorang yang juga berjalan dengan membawa beberapa buku di tangannya.

Bruk

Tanpa sengaja Cinta menabrak lelaki di depannya, keduanya pun terjatuh secara bersamaan.

"Aww/aduh," ringis keduanya.

Beberapa buku yang dibawa oleh lelaki itu terjatuh berhamburan ke sana kemari. Tanpa ada niatan membantu Cinta yang juga terjatuh, lelaki itu berdiri dan langsung saja membereskan buku-buku miliknya yang berserakan.

"Aku juga terjatuh nih. Harusnya kamu bantu aku berdiri dulu, begitu," keluh Cinta sambil mencoba berdiri sendiri. Namun ucapannya tidak digubris oleh lelaki yang ada di depannya.

"Hei, kau dengar aku bicara atau tidak sih?"

"Kau yang menabrak aku, seharusnya kau meminta maaf bukannya malah marah-marah," sahut lelaki itu.

Memang benar ucapan lelaki itu, seharusnya Cinta meminta maaf karena telah menabraknya, namun seharusnya lelaki itu juga menolong Cinta yang juga terjatuh untuk berdiri.

"I-iya sih, tapi tolongin aku dulu kan bisa."

"Sudah bisa berdiri sendirikan? Jadi tidak perlu aku bantu lagi," tukas lelaki itu sambil berjalan lalu melewati Cinta begitu saja.

"Heh? Sudah tidak membantu aku bangun, jutek lagi," gerutu Cinta sambil membersihkan celananya yang sedikit kotor bekas debu di lantai.

Selepas dari toilet Cinta langsung masuk ke kelas dengan wajah yang sedikit lebih cemberut dari tadi pagi.

"Makin di tekuk saja itu muka," celetuk Henny saat melihat Cinta masuk ke kelas dengan wajah yang semakin terlihat masam. Henny sudah dari tadi masuk kelas karena ditinggal Cinta begitu saja di kantin.

"Aku makin kesal tau tidak Hen, tadi aku tidak sengaja menabrak mahasiswa lain waktu mau jalan ke toilet tadi."

"Terus?" tanya Henny meminta penjelasan lebih.

"Terus aku sama orang yang tidak sengaja aku tabrak tadi jatuh, bukannya bantu aku bangun, dianya malah membiarkan aku begitu saja," keluh Cinta dengan kesal.

"Masa sih? Malah membiarkan kamu begitu saja?"

"Iya Hen. Aku langsung saja bangun sendiri. Aku bilang ke dia, 'harusnya kamu bantu aku berdiri dulu,' dia malah sibuk membereskan buku-bukunya yang jatuh, seperti tidak ada niatan untuk membantuku bangun."

"Terus dianya jawab apa?" tanya Henny lagi.

"Kata dia 'sudah bisa bangun sendirikan? Jadi tidak perlu aku bantu lagi,' begitu katanya. Kan kesal aku Hen, jutek banget dia," ucap Cinta menjelaskan sambil memanyunkan bibir mungilnya.

"Iya kan dia benar, sudah bisa bangun sendiri kenapa mesti dibantu lagi, ahahaha." Henny tertawa, karena situasi yang dialami sahabatnya itu menurutnya sedikit lucu.

"Ishh, kok kamu malah membela dia sih Hen? bukannya aku," ujar Cinta yang semakin kesal karena ditertawakan Henny.

"Habisnya omongan dia benar, ngomong-ngomong memangnya mahasiswa jurusan mana yang tidak sangaja kamu tabrak tadi Cin?" tanya Henny yang penasaran.

"Aku tidak tau, belum pernah lihat, mungkin mahasiswa baru."

"Jadi penasaran."

"Kenapa kamu malah penasaran dengan orang jutek seperti dia?"—Cinta menampakkan wajah protesnya—"sudahlah, itu lihat Pak Toyo sudah mau masuk kelas," tunjuk Cinta pada bapak dosen yang sudah berdiri tepat di depan pintu kelas.

°°°

Cinta merebahkan badannya ke kasur tidur di kamarnya tanpa melepaskan sepatu yang ia pakai, baru saja ia akan terlelap menuju alam mimpi suara merdu sang tante terdengar di samping telinganya.

"Cinta, bangun ayo ganti baju," suara senandung tante Nadia berbisik.

"Nanti Tante, sekalian nanti mandi sore saja ya," jawab Cinta sambil menutup kedua kelopak matanya dengan lengan tangannya dan lebih memilih melanjutkan acara menuju tidur siang indahnya.

"Sekarang Cinta, jam 4 sore nanti kita diundang ke rumah rekan bisnis Ayah kamu."

"Hm, yang mengundangkan rekan bisnis Papa berarti Papa yang wajib datang, aku di rumah saja Tante." Cinta berucap masih dengan mata terpejamnya.

"Tapi kita diundang untuk membicarakan masalah pertunangan kamu yang tertunda kemarin, sekalian makan malam di sana."

"Hah?"—Cinta langsung bangun dari tempat tidurnya—"tidak mau ah Tan. Nanti seperti malam kemarin anaknya tidak datang, membuang-buang waktu saja."

"Keponakan tante tidak boleh bicara begitu, ayo cepat mandi terus ganti baju ya. Tante tunggu di bawah," ujar tante Nadia sebelum meninggalkan Cinta yang mendengus sebal.

Tante Nadia dan ayah Cinta sudah siap di ruang tengah, Cinta menuruni tangga dengan dress putih di bawah lutut dan ikat rambut kuncir satunya.

"Sudah siap?" tanya ayah Cinta.

"Sudah Pa."

Ayah Cinta mengendarai Mobil mewahnya keluar dari pekarangan rumah menuju rumah rekan kerjanya sekaligus calon besannya. Dalam perjalanan Cinta hanya memperhatikan jalanan dari balik kaca mobil, merasa tak ada hal yang unik Cinta lebih memilih memasang earphone bluetoothnya dan memutar lagu kesukaanya, Bts-21st Century Girl.

Cinta masih asyik mendengarkan lagu di earphone bluetooth miliknya sampai-sampai ia tak menyadari bahwa mobil yang ia tumpangi sudah berhenti sedari tadi. Merasa Cinta yang tidak juga beranjak dari kursi belakang kemudi, tante Nadia menyentil jidat keponakannya yang sedang asyik mengangguk-anggukkan kepala sambil memejamkan matanya dan tak lupa dengan tangan kiri yang terangkat ke atas.

"Aww!"—pekik Cinta dan langsung melepaskan earphonenya—"sakit tau Tante," rengeknya pada tante kesayangannya sambil mengusap pelan jidatnya.

"Kamu sih keasyikan dengar lagunya, itu sudah sampai," ujar tante Nadia sambil terkekeh gemas.

Cinta yang baru menyadarinya langsung membuka pintu mobil dan turun. Ayah Cinta menekan bel 2x dan tidak lama kemudian salah seorang pembantu membukakan pintu rumah itu, dan langsung mempersilahkan mereka masuk karena pemilik rumah sudah menunggu di ruang tamu.

Benar saja saat keluarga Cinta memasuki ruang tamu keluarga calon suaminya, dapat dilihat sepasang suami istri yang sedang duduk di salah satu kursi ruang tamu. Saat sepasang suami istri itu menyadari keluarga Cinta sudah datang, keduanya langsung berdiri.

Lelaki yang saat ini sudah menginjak kepala lima itu mengulurkan tangannya kepada ayah Cinta.

"Maafkan sikap anak kami kemarin ya Pak Wahyudi, yang mendadak tak bisa datang padahal yang mengatur acara itu kami," tutur sang tuan rumah ramah.

"Tidak masalah Pak Suryadi, iya kan Nadia?" jawab ayah Cinta membalas jabat tangan dari sang tuan rumah, sambil menoleh pada adiknya yang tidak lain adalah tantenya Cinta.

"Iya, sekarang kita kan sudah mengatur ulang acaranya lagi," ujar tante Nadia sambil tersenyum membenarkan perkataan sang kakak.

Wajar jika ayah Cinta dan calon besannya yang tidak lain adalah rekan bisnis beliau terlihat begitu akrab, mereka berdua sudah lebih dari 5 tahun saling bekerja sama dalam berbisnis.

Saat itu perusahaan ayah Cinta mengalami krisis keuangan. Perusahaan beliau sedang berada di ujung tanduk kebangkrutan karena proyek yang sedang dipegang beliau mengalami kegagalan sehingga mengharuskan beliau membayar ganti rugi, beliau berpikir untuk meminjam uang kepada beberapa koleganya, namun ditolak dengan alasan ayah Cinta tak punya jaminan pasti untuk mereka bisa meminjamkan uang padanya, juga perusahaan ayah Cinta yang di ambang kebangkrutan membuat koleganya ragu ayah Cinta bisa membayar hutangnya.

Namun keberuntungan berpihak padanya, saat ayah Cinta hampir frustasi, salah seorang koleganya yang lain yang baru saja mengetahui jikalau ayah Cinta sedang diambang kebangkrutan beliau langsung menghubungi ayah Cinta dan memberikan pinjaman uang kepada ayah Cinta. Koleganya itu ialah bukan lain adalah pak Suryadi. Walaupun beliau berdua baru kenal hampir 1 tahun, pak Suryadi sudah bisa mempercayai ayah Cinta, karena beliau tau akan kinerja ayah Cinta yang bagus, kegagalan dalam sebuah proyek perusahaan adalah hal biasa menurutnya dalam sebuah dunia perbisnisan, tinggal sikap kita mengatasi hal tersebut sebagai seorang usahawan yang memegang penting kendali perusahaan.

"Cinta kamu cantik banget, imut lagi pakai dress putih itu," puji Fitri, istri pak Suryadi sambil mencubit pipi Cinta dengan gemas, yang dicubit hanya bisa tersenyum sambil meringis, karena sepertinya Cinta sedikit merasakan sakit dari bekas cubitan ibu Fitri.

"Sudah dong Fitri kasihan itu Cintanya kesakitan," tegur suaminya

"Maaf Cinta, soalnya tante gemas kalau lihat kamu."

"Hehe, tidak apa-apa kok Tante," jawab Cinta sambil sedikit mengelus pipi chubbynya yang sedikit memerah.

Keluarga pak Suryadi mempersilahkan keluarga pak Wahyudi untuk duduk.

"Ada suara mobil, sepertinya anak kami sudah pulang," kata pak Suryadi pada semuanya.

Cinta mulai merasa gelisah di tempat duduknya, ia penasaran siapakah calon suaminya tetapi ia juga sedikit merasa takut.

"Oh, Sedang ada tamu," ucap seorang lelaki yang tiba-tiba berdiri tepat di belakang kursi Cinta.

Cinta merasa tidak asing dengan suara lelaki di belakangnya sekarang, untuk mengusir rasa penasarannya Cinta membalikkan tubuhnya ke arah belakang kursi tepat lelaki itu berdiri.

Cinta melongo setelah melihat lelaki itu.

"Aldi?" ucapnya kaget melihat Aldi lah orang yang berbicara tadi.

To Be Continue...

Terpopuler

Comments

^°DandeliOn

^°DandeliOn

like like like mampir kak🤗🤗

2021-04-03

1

🐝⃞⃟⃝𝕾𝕳Simple Hayati

🐝⃞⃟⃝𝕾𝕳Simple Hayati

masih nyimak

2021-01-25

1

Lia halim

Lia halim

Aldi jadi nama Calon yang di jodohkan cinta ya

2021-01-24

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!