Esok hari, aku menuju ke tempat dimana aku bertemu dengan seorang perempuan yang tidak pernah ku kenal. Aku berjalan cepat menuju puncak menanjak menaiki gunung karena rasa penasaran kian semakin menjadi jadi dengan membawa perlengkapan payung yang ku pinjam dari mbok ne.
Tepat pukul 12.00 siang aku meninggalkan kediaman paman Khadir, berjalan seorang diri melewati jalan tikus yang penuh semak semak, dan pepohonan tinggi "hari ini cuaca sangat cerah, tak ada mendung sama sekali" - gumamku, yang masih terus berjalan.
Lambat laun kaki terasa sakit, sepatu flat merah maroon yang ku kenakan terlalu tipis. Berbeda dengan sepatu booth yang tebal melindungi dari jalanan kerikil penuh bebatuan, sedikit menyiksa tapi aku tetap melanjutkan perjalanan.
10 menit telah berlalu aku berhenti, tak terlihat seorang pun disana.
Aku menaiki batu duduk diatas sambil terus menatap pemandangan kota bak lautan luas, lagi lagi angin menyapa dengan hembusan yang begitu kuat sehingga payung yg kubawa terjatuh
"aww.. " - tangan berusaha meraih, sedikit merunduk untuk mengambilnya.
Mendongak, mata terkejut seorang perempuan sudah didepan berdiri memunggungi. Ia bersama dengan seorang lelaki "kapan datangnya?" - sambil mengusap kening yg bercucur keringat, ku menaruh payung disamping tepat diatas batu.
Mereka berdua tak berbicara sepatah kata, aku tak dapat melihat wajahnya karena posisi yang terus membelakangi. Lelaki itu memiliki postur tubuh yang bidang, gagah dan tinggi. Berpegangan tangan erat dengan perempuan yang memiliki tinggi sepundak darinya, kulit mereka sama putih hanya saja sedikit lebih pucat si wanita.
Mengenakan pakaian yang sama berwarna putih juga, lelaki dengan kaos lengan pendek sedangkan perempuan dengan gaun putih selutut.
"Halo..." - ucapku menyapa "halo..." - ku ulangi sekali lagi, dan lelaki itu langsung menoleh ke arahku, mata sinis menginterogasi.
"Oh tidak mungkin" - mulutku menganga "Ali...." - suaraku terkejut, dan tidak percaya. Wajah tidak menunjukkan keramahan bibirnya mengatup tak berkata sedikitpun "mengapa dia disini ?" - tanyaku
Aku mundur perlahan berusaha meninggalkan mereka dan segera kembali ke kediaman paman Khadir.
Tapi perasaan sekarat itu tiba tiba muncul kembali, nafasku terengah engah jantungku seperti tertusuk. "Oh tidak mungkin" - kaki ku terasa kaku tidak bisa digerakkan
aku berusaha melawan perasaan, sekuat tenaga memberanikan diri meninggalkan tempat tanpa banyak bicara lagi.
Badan mulai melemah "aku harus sampai dirumah, sebelum aku jatuh tersungkur lagi dan pingsan" - ucapku dalam hati.
Sakit mulai kaki sampai sekujur tubuh, kecepatan berlari berkurang perasaan menjadi was was antara sakit, cemas, gelisah, kehilangan, kebahagiaan semua bercampur menjadi satu. "aku ini kenapa... ?" - suaraku lirih
Tanpa kusadari aku menginjak plastik bekas makanan dan terpeleset "aww...." - badanku tergulung gulung kebawah dan hampir terjatuh ke jurang, aku langsung menarik ranting pohon menguatkan tangan supaya tidak terjatuh dan menyandar pada batangnya.
Satu kaki telah menepi di jurang sehingga sepatu flat yang ku kenakan bagian kanan terjatuh, aku menarik ranting sekali lagi dengan sangat kuat untuk menggeser tubuh agar menjauh dari tepi.
Aku berlari lagi, tak henti dengan sepatu yg ku kenakan bersebelahan "aww..." - satu kaki tanpa alas menginjak bebatuan kerikil, sakit rasanya.
Aku melanjutkan perjalanan, terus berlari tanpa henti agar sampai di kediaman paman Khadir. Kaki kanan tanpa alas terasa nyut nyutan, aku mengelakkan kesakitan itu.
"Aku tidak akan pingsan lagi" - ucapku dalam hati yang masih berada di area jalan tikus.
20 menit kemudian, jalan raya telah didepan mata terlihat mobil Camry warna hitam terparkir dihalaman "paman Khadir dirumah ?" - mata tergerak mengamati jalan untuk menyeberang
aku memasuki rumah membuka pintu, paman duduk diruang tamu seperti sedang menunggu "Oh Layla, kau rupanya ?" - paman Khadir menatapku tersenyum
"dari mana kau Layla?" - tanyanya sekali lagi, raut muka nya berubah ketika melihatku yang hanya membawa satu sepatu serta baju yang lusuh terkena tanah.
"Oh tidak aku meninggalkan payungku ditempat itu !!" - batin ku, melupakan sesuatu
"Layla habis jalan jalan menikmati pemandangan paman" - ucapku menggambarkan keadaan yg baik baik saja. "Habis dari mana ?" - mengernyitkan kening, wajahnya penasaran "itu paman dari puncak" - jawaban santai.
Melangkah menuju sofa aku duduk didepan nya saat ini, mata memperhatikanku menggenggam kedua tangan sambil menatap paman Khadir, wajah sedikit cemas.
"kau tidak tau dimana Ali, Layla?" - pertanyaan tak terduga di tujukan kepadaku "tidak" - jawaban singkat, ekspresinya menggambarkan kekhawatiran
"apa kau tidak bersama Ali?" - menginterogasi "saya tidak akrab dengan Ali, bahkan kami tidak saling tegur sapa" ucapku
pandangan berubah serius sedikit menahan haus
"tapi aku akrab dengan Haby, paman" - mengalihkan, berusaha mencairkan suasana "oh Haby ..." - langsung tertawa
"iya iya, Haby sedang berada di kota sedang ada tugas kuliah katanya" - wajahnya yang tegang kini berubah santai ketika aku menyebut Haby
"oke kalau gitu, Layla mau ke dapur dulu paman !! Layla mau ambil air untuk minum !! " - bergegas ke dapur, terlihat paman langsung meninggalkan ku.
Aku menuju kamar dan membersihkan diri lagi
"huft..." - bergumam, tanpa diduga paman Khadir telah kembali.
Membersihkan tubuh dengan air hangat, menikmati sabun beraroma coklat menenangkan fikiran
Setelah mandi, ku menggosok gosokkan rambut dengan handuk untuk mengeringkannya. Tak berapa lama terlihat mobil Haby memasuki halaman rumah, pandangan jelas dari balik jendela Rubicon warna orange memarkir disebelah mobil Camry milik paman.
Haby keluar dari mobil dan tersenyum, aku membalas senyuman nya. Ia menuruni mobil, dan menengadah ke atas tepat ke arah jendela kamarku, matanya sangat menggoda.
Waktu makan malam pun dimulai, kami berkumpul semua termasuk paman Khadir, tak terlihat Ali malam ini
"paman ... " - ucapku, menatap kearah paman yang saat ini sedang melahap makanan
"iya Layla" - menghentikan makan dan melihatku "ada apa Layla?" - tanyanya lagi
"apa Ali tidak ikut makan ?" - begitu mengkhawatirkan bahwa dia terganggu dengan kehadiranku saat ini
"kak Ali jarang ikut makan bersama kami, meski kita jarang kumpul dan dia ada dirumah, dia jarang ikut bersama kami" - penjelasan Haby, wajah paman tak menunjukkan ekspresi
"Ali..." - terhenti sejenak
"iya Ali memang jarang ngumpul, mungkin dia sibuk !!" - tampak mengalihkan pembicaraan, santai berbicara tentang anak lelakinya yang paling tua
"tapi kak Ali adalah kakak yang paling aku sayangi" - suara Haby antusias, aku membalas ekspresi sedikit nyengir
"sekarang bulan purnama ya?" - kata paman Khadir, menatap dari balik jendela yang ada didapur
"kenapa ayah?" - Haby menghentikan makannya, dan menatap paman Khadir.
Tiba tiba paman tertawa terbahak bahak "tidak apa apa, sudah kalian lanjutkan makan malamnya"
Setelah makan, kami menuju ke kamar masing masing. Haby mengantarku sampai didepan pintu
"sudah lah Haby, kamar kita bersebelahan ngapain kamu mengantarku" - meledek, tertawa nyengir
"apa besok kamu ada tugas kuliah dan tidak tinggal disini?" - tanyaku
"tidak besok aku tetap kuliah tapi tidak menginap" - aku tersenyum mendengar suaranya yang petakilan, menandakan aku tidak kesepian
"oke Layla, selamat tidur" - ia berbalik dan menuju kamarnya.
Aku segera menutup pintu, membuka buku novel percintaan dan melanjutkan membaca, tiba tiba perasaan menjadi was was segera menutup buku, mata mengintip pada jendela hanya ada mobil Camry dan Rubicon yg terparkir
"Ali belum kembali..." - suara kecil bergumam.
Bulan purnama terang benderang di langit yang gelap "Ali lagi apa ya, lagi dimana?" - mengkhawatirkan, perasaan berubah cemas
"apa dia marah denganku, karena aku mengganggu dia lagi berduaan dengan pacarnya" - bergumam
"kenapa dia tiba tiba berada disitu? apa dia tidak kembali karena lagi kesal denganku, aku tidak menyangka dia berada disana" - perasaan was was menghantui lagi, ketakutan untuk bertemu langsung.
Tanpa berfikir panjang ku tutup jendela rapat rapat dan melompat ke tempat tidur.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments