Keheningan

"Ding dong ding dong" suara jam dinding menunjukkan pukul 06.00 pagi

aku tertidur lelap kelelahan karena perjalanan tanpa sadar melupakan barang barang ku dari dalam koper "aku belum merapikannya" - bergumam sendiri

"tok tok" - getaran pintu.

"Layla, kau sarapan lah !!! tadi malam kau tidak keluar sama sekali. Jangan telat makan! paman akan pergi beberapa waktu" - suara paman dari balik pintu

"iya paman" - jawabku, meraih tas koper mengeluarkan semua baju, parfum, alat make up, alat catok / curly, dan sabun mandi

aku tertidur mulai kemarin sore sambil merenung "huft"

"brm" - suara mobil dari luar jendela, segera ku melompat dari spring bed menengok kebawah halaman

paman Khadir meninggalkan kediamannya memakai mobil Camry.

Segera menuju kamar mandi yang berada di sudut dalam kamar, setelah beberes barang mengeluarkan baju bajuku seperti hem, kaos, celana jeans, celana kain, sepatu flat, boot dan kets juga terdapat parfum badan kopi, sabun mandi aroma coklat, make up mulai dari pensil alis, eyeliner, lips glos, lip tint semua ku rapikan dalam rak kosmetik yang tersedia di atas meja rias

"wus" - hembusan angin dari luar jendela meniup rambut yang basah sehabis keramas

alunan musik classic yang ku setel dari laptop beserta speaker menemani.

"Tralala lala" - memakai alat catok menggulung rambut yg lurus menjadi curly.

Hari ini mengenakan hem berwarna coklat dengan celana jeans biru, berpadu parfum aroma kopi menyejukkan hati.

Menuruni anak tangga satu persatu menuju tempat makan

terlihat sepi tanpa ada orang sama sekali "kemanakah ? apa memang selalu seperti ini?" - gumam sendiri, tampak di meja makan beberapa sayur berkuah, mie kuning kering, daging ayam, dan roti gandum.

Mengambil roti gandum dan selai, langsung memakan lahap "yum...yum" dengan minuman juice jeruk

"wah enak sekali" - kelaparan karena tadi malam.

Kediaman paman Khadir tampak sepi hanya ada mbok ne tapi saat ini mbok ne pergi ke pasar

tak selang berapa lama setelah sarapan,

"huft bosan sekali, sama seperti di rumahku" - mengoceh sendiri, aku pun kembali ke kamar melewati anak tangga satu per satu menengok tiap sudut, benar benar sepi untuk rumah semegah ini.

Pandangan terhenti tepat pada kursi sofa warna merah, Ali duduk dan fokus menonton film action. Wajahnya begitu kaku, mata tidak menunjukkan keramahan menatap layar lebar TV bentuk cinema bioskop, dia menikmati setiap adegan dan tak sedikitpun menoleh ke arahku, aku pun berbalik dan trus berjalan menuju kamar.

"Wah... ini film kesukaanku udah tayang !!!" - membuka laptop dan fokus menonton.

Tiba tiba cahaya kamar menjadi gelap, cahaya matahari tertutup awan mendung. Bergegas ku nyalakan lampu kamar meski sebenarnya ini masih jam 09.00 pagi, hujan mengguyur kota lagi

Beberapa hari ini update lagu lagu classic di youtube, memakai headset menikmati setiap alunan, membaca buku percintaan novel romance.

Tanpa disadari hpku berdering

"jangan lupa jaga kesehatanmu, mommy" - pesan dari ibu

aku melanjutkan membaca buku sampai tertidur lagi

"dok dok" - getaran pintu membangunkan ku

"nona Layla, makanlah ... makan malam sudah siap setelah ini bibi akan kembali pulang, jika butuh apa apa langsung ambil saja ke dapur" - suara mbok ne bergegas pergi

aku sangat mengantuk sekali saat ini, hujan masih tak berhenti dari tadi pagi.

Aku melanjutkan tidur lagi, benar benar payah.

 \=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=

Tepat malam hari

"ding dong ding dong" - bel jam dinding menunjukkan pukul 00.00 malam

"kronyongg" - suara perut yang lapar.

Langkah kaki keluar menuju dapur benar benar sepi tidak berpenghuni "tau gitu sama saja aku tinggal dirumahku sendiri aja " - menggerutu lagi, memakan nasi dan ikan laut dimeja makan

"masakan mbok ne enak juga" - rasanya tidak tahan karena lapar, aku memakan semua lauk pauk.

Semua pintu kamar tertutup bahkan sedikitpun tak terlihat Ali,

selesai makan dan mengabaikan keadaan rumah, ku mencuci piring piring kotor.

"Geruduk geruduk" - suara petir hujan malam hari membuat kaget, aku berlari menuju tangga tapi lantai dekat anak tangga licin "aw..."

 

 

"huh ... panasnya" - membuka mata, tanpa tersadar aku berada diatas tempat tidur.

Cahaya matahari menyengat kulit waktu menunjukkan pukul 09.00 pagi, pakaian ku masih tak berganti mengenakan hem coklat dan jeans biru, berusaha mengingat kejadian kenapa aku tidak memakai baju tidur

"aduh ..." - kepalaku terasa nyut - nyutan, punggung begitu sakit, keadaan pintu kamar tidak terkunci

"gawat ... tadi malam kan aku jatuh terpeleset dekat anak tangga. Siapa yang sudah memindahkan tubuhku" - mengingat sesuatu sambil memegang kepala.

Segera mengambil handuk, melepas pakaian dan bergegas mandi

shower air hangat ku nyalakan dengan busa sabun aroma coklat memenuhi tubuh, terasa rileks

"drt .. drt" - suara handphone yang ku taruh dekat meja belajar berbunyi pesan masuk dari Citra

"Layla, maukah kamu berjalan jalan denganku" - teman sebangku semasa sekolah mengirim pesan

"okay jemput aku" - balasan singkat

"oke Layla" - Citra SMA.

Hari ini aku pergi memakai baju hem hijau army dan celana jeans coklat, kombinasi sepatu flat merah maroon. Meng curly rambut yang ku kuncir sampai ke ujung kepala

"tin... tin" - bel mobil terdengar, tampak citra menunggu dihalaman. Segera turun dan menemuinya

"hay ... Citra" - sapaku berjalan melewati pintu ruang tamu menghampiri, ia keluar dari dalam mobil

"hay juga" - memelukku pertanda rindu.

"Kamu tinggal disini Layla?" - terheran mengamati rumah paman Khadir

"iya Citra ..." - jawabku, membuka pintu memasuki mobilnya

"kamu mau menyetir Layla?" - tawaran menantang yang tak bisa ku tolak

"semoga wajahmu baik baik saja jika aku mengendarai mobilmu" - kataku meledek, berpindah ditempat duduk kemudi.

Kami pun segera berpindah tempat duduk dan meninggalkan kediaman paman Khadir.

Mobil Citra Honda Jazz silver, seperti milikku semasa sekolah (Honda Jazz berwarna biru) aku ahli dalam menyetir mobil mungil ini, karena body nya yang ramping tidak terlalu susah.

"Kamu tau, sejauh apa rumahku dari tempat tinggal mu saat ini?" - keluh si tukang cerewet

"aku benar benar gila jika harus menjemputmu disini setiap kali kita bertemu" - lanjutnya.

"Dengan begini kita bisa jarang bertemu" - tertawa nyengir meledek, duduk disamping kemudi ia memprotes "Layla, bisakah kamu menyetir lebih pelan lagi" - matanya melotot "baik sesuai permintaan" - jawabku tersenyum.

"Layla, kamu yakin tidak memilih universitas sama denganku, kamu yakin tidak mau kuliah?" - kurasa ia mengulang pertanyaan itu untuk kesekian kalinya, dan mengerti jawaban yang akan keluar dari mulutku

"jangan memaksaku, aku sangat bosan !! kamu tau berapa jam kita menghabiskan untuk belajar semasa ujian, full time. Dan itu menyakitkan" - lagi lagi aku bersikeras, ia tampak tertawa meledek

"oke oke ... Layla, itu rumah milik siapa?" - tatapan interogasi

"rumah teman ayah" - jawaban santai.

"Heran juga di wilayah pegunungan seperti itu, ada rumah megah bak istana" - teka teka dalam fikiran yg diucapkan bukan oleh mulutku.

Aku terdiam merenung, menyala kan bluetooth dan menyambungkan ke speaker mobil milik Citra, alunan suara lagu classic mendamaikan fikiran.

"Layla, selama mengenalmu di sekolah kamu tidak pernah punya pacar, berbeda sekali denganku" - pertanyaan membosankan yang tidak ingin kudengar, "apa kamu tidak pernah tertarik dengan lawan jenis?" - lanjutnya.

"Belum ada" - sekilas bayangan Ali mengisi fikiran "bukan begitu, aku belum bertemu orang yang tepat saja" - pandangan fokus pada jalan didepan, tak berubah.

"semoga kamu segera menemukannya" - meledekku, tampak ia juga menikmati pemandangan diluar tak mempedulikan.

"semoga saja... " tersenyum sedikit.

 

Kami tiba di mall Cinema tepat pukul 15.00 sore, kegiatan kami adalah menonton bioskop drama romance, membeli beberapa bedak foundation, memakan pizza italia dan bermain roller coaster

"huuek ..." - Citra tertawa melihatku memuntahkan semua makanan dalam perut dan berlari mencari toilet.

Dan beberapa menit harus menunggu

"lama sekali di toiletnya ?" - wajah begitu kesal, komplain yang tidak ingin kudengar.

"Aku sudah mengatakan bahwa aku tidak mau naik roller coaster, okay" - gerutu, membuang muka.

Kami berjalan menuju parkiran mobil "Layla, bukankah ini terlalu larut jika harus pulang kerumah teman ayahmu" - fikiran berubah seketika "sekarang pukul 19.00" - menunjuk arloji di pergelangan tangannya.

"Kamu tau jika harus kembali kesana mungkin sekitar jam 23.00 kita sampai, dan kamu membiarkan aku balik dari rumah itu jam segitu?" - keluhnya lagi, melanjutkan pembicaraan

"mau kan kamu nginep di apartemen ku?" - pintanya merayu, senyum tak pasti aku menjawab "baiklah, ini harimu tapi antarkan aku besok pagi pagi sekali ya" - menekan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!