5

CAPTER 5

H-2 MENJELANG AKAD NIKAH, GADIS ITU MENGUJI KESABARANKU

Menjelang hari H yang tinggal dua hari lagi, pikiran dan hati Hasan semakin bercampur aduk. Terlebih dia tidak diperkenankan terlibat langsung untuk mengurus semuanya, dia hanya menunggu hari itu. Bahkan baju yang akan dia kenakan dihari bersejarah itu pun

sudah disiapkan oleh calon mertunya.

Malam ini setibanya dirumah dia langsung masuk kamar, melewatkan tiga kunyuk yang sedang asyik main karambol. Andik yang melihat kedatangan Hasan menyadari ada perubahan sikap dan mood pada seniornya itu.

“Kenapa sama mas Hasan?.” tanya Andik pada kedua temannya.

Ilham yang sudah ambil ancang

– ancang untuk menyodok  terdiam mendengar perkataan Andik.

“Iya akhir – akhir ini sikapnya aneh...kayak

orang bingung." Guman Ilham.

“Apa lagi patah hati ya?!.” seru Ilyas.

“Ham cepat cari tahu...kamu kan pintar urusan berita -berita.” Pinta Ilyas.

“Tenang...secepatnya bakal aku selidiki." Seru

Ilham dan bangkit.

Dia berjalan menuju kamar Hasan yang tertutup, tangannya mencoba mengetuk pelan daun pintu itu.

“Mas...kita mau beli nasi goreng...apa mau

nitip mie ayam?."

“Masih kenyang....” Jawab Hasan dari balik

pintu.

“Ohh...Mas-nya sudah makan ya?!.”

Tapi tidak ada respon dari dalam kamar, Ilham kembali memutar otaknya. Dan tiba-tiba pintu kamar terbuka, Hasan kaget mendapati Ilham yang masih berdiri didepan pintu kamarnya. Dia pikir Ilham sudah pergi sedari tadi.

“Ngapain?.”

“Mas....”

“Hmmm...” Sambil berjalan menuju dapur untuk mengambil air minum.

Ilham terus membuntutinya dari belakang, Hasan yang menyadari segera menghentikan langkahnya dan berbalik.

“Ngapain ngikutin?."

“Tahu nggak...Mas-nya beneran kayak zombi.”

“Kayak zombi?.” tak percaya dengan apa yang barusan didengarnya.

“Iya 60% uda mirip sama zombi...sadar nggak

Mas dari kemarin diperhatiin pikirannya terbang terus pandangannya juga, kenapa

sih Mas?.”

“Itu pikiran kalian aja.”

“Mas-nya nggak lagi patah hati kan...atau

jangan – jangan Mas-nya dipaksa nikah sama janda ya sama Bapak yang kapan hari itu?.” tebak Ilham.

“Kalau nggak mau tolak aja Mas dari pada

tersiksa, kalau urusan patah hati jangan dibuat serius...mati satu tumbuh seribu.” Lanjut Ilham.

“Kamu ini benar-benar...yang patah hati siapa...yang mau nikah sama janda juga siapa?!.” tegas Hasan.

“Lantas kenapa kayak cacing kepanasan?!.”

“Tadi katanya mirip zombi...la sekarang kok

ganti cacing kepanasan!.”

“Mirip dua – duanya...kenapa sih Mas?!.” tidak

mau menyerah.

Hasan tidak berniat menanggapinya lebih lanjut, dia berjalan menuju dapur dan mengambil gelas lalu menuangkan air. Hendak meneguk minumnya, cacing – cacing diperutnya berdendang. Mendengar bunyi perut Hasan, Ilham tertawa dan berjalan mendekati Hasan.

“Katanya masih kenyang!.”

“Tadi masih kenyang...sekarang uda lapar.”

“Mas...Mas...nggak pinter bikin alasan,

tungguin ya!.”

Ilham pergi meninggalkan Hasan didapur, berjalan keteras rumah dimana Ilyas dan Andik lagi main karambol.

“Woyyy...melu aku youk!.” Ajak Ilham dalam

bahasa Jawa.

“Nang endi Le?.” tanya Andik dalam bahasa Jawa juga.

“Beli nasi goreng sekalian beli mie ayam buat

Mas bujang yang di dalam itu!.” Ilham menjelaskan.

“Ya apa Ham wes dapet?.” tanya Ilyas yang

penasaran.

“Belum...nyantai aja, ayo buruan selak nutup

mie ayamnya."

Setelah beberapa menit lamanya mereka keluar rumah, mereka datang dengan menenteng makanan yang dibungkus kresek. Andik menaruh nasi goreng yang dibelinya diatas papan karambol dan meminta Ilyas untuk mengambil piring dan sendok. Sementara Ilham mengantarkan mie ayam yang dipesan ke kamar Hasan, ketika hendak mengetuk pintu dia mendengar suara Hasan dibalik pintu sedang bicara dengan seseorang ditelfon. Dia menghentikan niatnya untuk mengetuk pintu, sebaliknya dia menempelkan

telinganya ke daun pintu alias menguping dari luar.

“Gimana Mba yang kemarin itu?." tanya Hasan.

“Soal apa ya?.” Naura balik nanya.

“Itu yang katanya sek mau dipikir." Mencoba

mengingatkan.

“Oh...soal mahar itu!.”

“Iya itu maksudnya."

“Udah.”

“Kalau boleh tahu Mba-nya minta mahar

apa...biar saya bisa nyiapain.”

Diluar pintu kamar Ilham terkaget mendengar kata mahar, senyum tengil tersungging di bibirnya.

“Uhh...berita besar." Batinnya.

“Seperangkat alat sholat aja tapi...," Tidak

meneruskan.

“Bisa nggak seperangkat alat sholat aja nggak

pakek tapi?.” protes Hasan.

“Harus ada tapinya biar berkesan.”

“Tapinya itu yang bikin nggak enak.”

“Ya udah kalau gitu...nggak ada mahar nggak ada pernikahan, katanya itu kan wes sepaket.” Ancam Naura.

“Pintar ya ngancamnya.” Seru Hasan sambil tersenyum.

“Yang ngajarin siapa?.”

“Ok teruskan tapinya itu.” Pinta Hasan.

“Tapi aku mau mukenahnya dari kain sutera dan warnanya gold .”

“Mmm...apa harus warna gold?!.” Guman Hasan bertanya.

“Tentu wajib itu...terus sajadahnya dari

Maroko.”

“Emmm!." Nada suara mulai naik.

“Dengerin dulu belum selesai ini.”

“Iya lanjut!." Hasan memerintah.

“Al-qur’annya...tulisannya dari tinta emas

terus sampulnya dari kain beludru warna merah, tasybihnya dari batu mulia kayak

batu emerald .” Naura menjelaskan dengan detail.

“Ada lagi?!.” tanya Hasan kesal.

“Mmmm...ada tinggal satu.”

“Ya udah sebutin semuanya!."

“Sama segelas air putih yang airnya diambil

dari sumber mata air di pegunungan.” Ucap Naura sambil menahan tawa.

"Maksudnya AQUA?!."

"Serius nih!."

Mendengar mahar yang terakhir

disebutin oleh Naura, ingin rasanya Hasan menjitak kepala si Kucing Betina itu

supaya otaknya tidak bengkong. Dari mana ide itu muncul tidak penting bagi Hasan, bagaimana pun itu ide gila dan dia benar-benar kesal mendengar semua

permintaan itu.

“Apa ngambilnya harus tengah malam pas bulan purnama?!.” ejek Hasan.

“Aku serius lho ya...nggak bercanda!.” Jawab

Naura dengan suara dingin.

“Lho aku juga serius...kalau nggak serius

ngapain aku nanya!.” Tidak mau kalah.

“Pokoknya maharnya itu harus sesuai yang aku sebutin tadi! ”

“Mba Naura yang cantik...maaf aku ini bukan

pangeran arab jadi nggak bisa nyiapin semuanya dalam waktu 2 hari...PAHAM!.”

Mendengar Hasan protes dan emosi terdengar disuaranya hati Naura merasa puas, dia berusaha menahan tawanya agar tidak terdengar oleh Hasan. Sementara Hasan berguman sendiri diujung telfon.

“Sampai ketemu hari H ok!.” Ucap Naura dan

menutup sambungan telpon.

Hasan yang masih kesal dengan semua kekonyolan Naura terus berfikir bagaiman caranya bisa menyiapkan semua itu dalam 2 hari. Jari – jari tangannya mulai sibuk mengetik dilayar handphonenya, berselancar didunia maya untuk mengecek toko – toko online alias onlineshop melalui aplikasi yang ada. Dia juga sibuk menelfon teman – temannya untuk sekedar mencari info, list pertama yang dia cari adalah mukenah sutra

warna gold.

Puas menguping, Ilham mengetuk pintu kamar Hasan. Mendengar pintunya diketuk Hasan beranjak turun dari kasur dan membuka pintu. Ilham sudah berdiri didepan pintu dengan senyum lebar.

“Mie ayamnya Mas...cepetan dimakan entar

keburu dingin.” Sambil menyerahkan kresek yang sedari tadi dia tenteng.

“Mmmm...makasih ya.” Sambil berjalan keluar dan melewati Ilham.

Namun langkah kakinya dihentikan dan Hasan menoleh ke Ilham yang berdiri dibelakangnya.

“Ham kamu tahu nggak tempat wisata yang ada sumber mata airnya di daerah sini?.” tanya Hasan

“Mmmm...dimana ya...emang buat apa Mas?.” tanya Ilham pura -pura tidak tahu.

“Ohhh...temanku butuh air dari sumber mata air buat obat katanya.” Jawab Hasan ringan.

“Pintar juga ini Mas ngebohongnya.” Batin Ilham.

“Aku tanya-tanya dulu Mas sama teman." Jawab Ilham dan pergi dari hadapan Hasan.

Setibanya di teras, Ilham diserang pertanyaan oleh Andik dan Ilyas yang sudah menunggunya sedari tadi, bahkan nasi goreng mereka berdua belum tersentuh.

“Kok lama?.” semprot Andik.

“Lama apanya...baru cuma semenit.” Kilah Ilham.

“Semenit...katanya, orang kita yang

nungguinnya sampek digigit nyamuk.”

“Yee...gimana nggak digigit lawong nyamuknya demen sama kamu!."

“Ayo wes cepetan makan.” Sambung Ilyas sambil menyodorkan nasi goreng milik Ilham.

Sambil mengobrol dan lanjut main karambol mereka bertiga menghabiskan nasi gorengnya. Merasa tidak berselera buat makan sendirian, Hasan pun bergabung dengan tiga kunyuk di teras rumah.

------

Hari ini pagi – pagi Hasan sudah duduk diteras sambil terlibat obrolan yang serius dengan seseorang ditelepon. Orang itu adalah teman lamanya dipondok yang sekarang buka toko, menjual perlengkapan haji dan umroh. Dia meminta bantuan temannya untuk mendapatkan barang yang diminta Naura. Dia juga membuat janji untuk datang ke toko temannya itu pagi ini. Untuk menyiapkan semuanya dia terpaksa mengajukan ijin cuti

selama beberapa hari dari kampus tempatnya mengajar.

Ilham yang sudah bangun sedikit dibuat kaget, dia datang menghampiri Hasan yang hendak bangkit dari duduknya.

“Mas aku uda dapat info.”

“Dimana itu?!.” tanya Hasan tidak sabar.

Ilham memberi tahu tempat yang dimaksud dan juga menawarkan bantuan.

“Kalau Mas sibuk aku bisa kesana buat ngambilin airnya.”

“Nggak lah...aku ngambil sendiri tapi kalau

kamu mau ikut boleh, sekalian ajak Andik sama Ilyas.”

“Beneran Mas?!." tanya Ilham meyakinkan.

“Iya!.” Jawab Hasan dan beranjak pergi.

Matahari mulai meninggi dan jam sudah menunjukkan angka 08.30WIB, selesai berganti pakaian Hasan langsung tancap gas menuju toko milik temannya yang berada dikawasan plaza. Setibanya di toko dia bertanya pada karyawan.

“Maaf Mas mau nanya...pak Didik-nya udah

datang?.”

"Ohh...iya Mas barusan tapi masih

dibelakang, Mas-nya tunggu aja disana.” Jawab karyawan itu sambil menunjuk ke

ruangan kecil diujung.

“Makasih Mas.” Ucap Hasan dan berjalan

keruangan itu.

Tepat sebelum dia melangkah masuk ke dalam ruangan yang ditunjuk oleh karyawan toko tadi, Didik temannya muncul dari pintu disebelah ruangan itu.

“Woy...kapan datangnya?!.” sapa Didik sambil

bersalaman dan menepuk bahu Hasan.

“Baru aja nyampek, gimana pesanannya aku?.” tanya Hasan.

Didik mengajak Hasan mengobrol didalam dan meminta salah satu karyawan toko untuk membeli minuman botol dan makanan.

“Ayo duduk sini." Mempersilahkan Hasan duduk.

“Kok dadakan gitu pesennya?.” kembali bersuara.

“Iya Mas...jodohnya juga dadakan.” Jawab Hasan sedikit lesu.

Didik tersenyum mendengar ucapan Hasan.

“Jangan lesu gitu...dibuat nyantai aja.”

“Ya nggak bisalah Mas kalau dibuat nyantai....”

“Persiapan lainnya uda beres?." tanya Didik lagi

“Kalau yang lainnya aku nggak ikutan Mas, uda ada yang nyiapin semuanya.”

“Lah kan enak!.” Didik memotong pembicaraan Hasan

“Enak apanya...gimana Mas dapat nggak?.”

“Barangnya ada cuma tinggal tasybihnya

aja...tapi barangnya nggak bisa datang dalam 2 hari.”

“Mmmm...emang pesennya dimana Mas?.”

“kebetulan temanku lagi nganterin jamaah umroh yang ambil paket umroh+mampir ke Turki sama Maroko, baliknya 8 hari lagi."

ungkap Didik

“Berarti pas akad barangnya belum ada ya

Mas...” Suaranya tambah lesu.

“Ya kan tinggal bilang sama penghulunya kalau maharnya dibayar nyicil.” Ucap Didik sambil tertawa.

Mendengar ucapan temannya, baru dia menyadari maksud dan tujuan Naura minta mahar yang demikian. Sambil tersenyum sinis dia berkata dalam hatinya,

“Benar-benar bengkok otaknya ini cewek...lihat aja entar aku pastikan rencanamu gagal."

“Kalau cincinya gimana, uda siap?.” tanya Didik menyadarkan Hasan dari kebisuannya.

“Apa Mas?.” tanya Hasan.

“Cincin buat calonmu itu!.” Didik menjelaskan.

“Ya Allah Mas...beneran aku lupa sama yang

itu!."

“Gimana kamu ini San...wes ndang ke toko

perhiasan!.”

“Iya Mas...makasih uda ngingetin aku."

“Ini gunanya teman!.”

Setelah keluar dari toko, Hasan langsung tancap gas menuju salah satu mall untuk membeli cincin. Didalam Mall matanya terus bergelirya mencari toko perhiasan, sampai akhirnya dia menemukan toko perhiasan yang lumayan besar. Dengan cepat dia melangkahkan kakinya memasuki toko tersebut. Seorang wanita muda menyambutnya dengan hangat. Dia juga membantu Hasan memilih cincin yang bagus dan juga memberikan pandangan seputar cincin yang bagus dan sesuai dengan jari pemakainya.

“Ukuran cincinnya Mas?."

“Emang ada ukurannya Mba?." tidak pernah tahu sebelumnya.

“Ada Mas...kenapa nggak dibawa aja istrinya

Mas?.” tanya karyawan toko itu.

“Ini hadiah Mba....” Hasan menjelaskan.

“Ohh...kayak gimana istrinya?.”

“Mmmm....” Sambil memutar kepalanya mencari gambaran.

Lalu sambil menunjuk wanita bermata sipit yang memakai kaos kuning dan celana jeans pendek.

“Kayak cece itu Mba." Sambil menunjuk wanita yang dimaksud.

“Ohhh!.”

Beberapa detik berikutnya wanita itu menunjukkan beberapa model cincin dengan ukuran yang sama. Sambil menjelaskan satu persatu cincin yang ia keluarkan tadi.

“Mba saya maunya yang simpel tapi kelihatannya itu bagus.” Hasan menjelaskan.

“Mmmm...” Sambil menyeleksi cincin mana yang sesuai dengan minat customernya.

“Sebelah sini mas!.” Sambil menunjuk.

“Iya Mba....” Hasan langsung bergeser dan

memperhatikan beberapa model cincin

Matanya tertuju pada cincin dibaris nomor 3, modelnya yang simpel dengan aksen dibagian tengah terlihat manis. Setelah membandingkan dengan beberapa model lainnya, pilihannya tetap pada cincin tadi.

“Jadi yang ini ya Mas?!."

“Iya Mba....”

“Saya siapkan notanya dulu ya.” Ucap karyawan wanita itu.

Lalu menyerahkan nota itu pada Hasan dan memintanya untuk melakukan pembayaran dikasir. Namun sebelum melangkah ke kasir, ada sesuatu yang terlintas di benak Hasan.

“Maaf Mba...bisa nggak dikasih tulisan dibagian dalamnya itu.” Pinta Hasan.

“Bisa Mas tapi ada biaya tambahannya.”

“Nggak apa-apa Mba.”

“Kalau gitu mau dikasih tulisan apa?.”

“Mmmm...HASAN 04-04-14.”

“Notanya Mas saya pinjam dulu.”

“Ini Mba.” Sambil menyerahkan nota.

Setelah melakukan pembayaran dikasir, Hasan kembali pada karyawan toko yang melayani pembeliannya tadi. Setelah menunjukkan nota, karyawan wanita itu menyerahkannya pada Hasan.

"Terimakasih sudah melakukan pembelian di toko kami.”

Hasan tersenyum ramah dan segera keluar dari toko, sambil melihat – lihat sekeliling dia berjalan menuju eskalator. Tak sengaja matanya menoleh ke sebuah toko jam tangan, teringat Naura yang menghiasi pergelangan tangannya dengan arloji, timbul keinginannya

untuk membelikan Naura jam tangan.

Dengan berjalan santai dia memasuki toko dan mulai melihat beberapa model jam tangan. Matanya jatuh cinta pada

jam tangan kulit berwarna kuning, berdiamater kecil dengan model simpel,

disertai kalender datei dibagian bawah lurus dengan angka romawi 12, jam tangan

itu akan terlihat cantik ketika Naura memakainya. Meski harganya lumayan bagi Hasan tapi dia sudah memutuskan untuk membelinya.

Setibanya dirumah Hasan meletakkan belanjaannya diatas meja kerjan dan dia langsung merebahkan badannya

diatas kasur. Rasa capek dan kantuk menghampirinya, tak butuh lama dia pun

terlelap.

Terpopuler

Comments

Bidadarinya Sajum Esbelfik

Bidadarinya Sajum Esbelfik

emng dr awal Hasan yg berjuang... 💪💪💪

2021-04-08

0

Sumarni

Sumarni

hasan pusing

2021-03-16

0

Eka Sulistiyowati

Eka Sulistiyowati

lnjut

2020-11-12

1

lihat semua
Episodes
1 01
2 02
3 03
4 04
5 5
6 6
7 7
8 8
9 09
10 10
11 11
12 12
13 Episode 13
14 14
15 15
16 16
17 17
18 18
19 Episode 19
20 Episode 20
21 Episode 21
22 Episode 22
23 Episode 23
24 Episode 24
25 Episode 25
26 Episode 26
27 Episode 27
28 Episode 28
29 Episode 29
30 Episode 30
31 Episode 31
32 Episode 32
33 Episode 33
34 Episode 34
35 Episode 35
36 Episode 36
37 Episode 37
38 Episode 38
39 Episode 39
40 Episode 40
41 Episode 41
42 Episode 42
43 Episode 43
44 Episode 44
45 Episode 45
46 Episode 46
47 Episode 47
48 Episode 48
49 Episode 49
50 Episode 50
51 Episode 51
52 Episode 52
53 Episode 53
54 Episode 54
55 Episode 55
56 Episode 56
57 Episode 57
58 Episode 58
59 Episode 59
60 Episode 60
61 Episode 61
62 Episode 62
63 Episode 63
64 Episode 64
65 Episode 65
66 Episode 66
67 Episode 67
68 Episode 68
69 Episode 69
70 Episode 70
71 Episode 71
72 Episode 72
73 Episode 73
74 Episode 74
75 Episode 75
76 Episode 76
77 Episode 77
78 Episode 78
79 Episode 79
80 Episode 80
81 Episode 81
82 Episode 82
83 Episode 83
84 Episode 84
85 Episode 85
86 Episode 86
87 Episode 87
88 Episode 88
89 Episode 89
90 Episode 90
91 Episode 91
92 Episode 92
93 Episode 93
94 Episode 94
95 Episode 95
96 Episode 96
97 Episode 97
98 Episode 98
99 Episode 99
100 Episode 100
101 Episode 101
102 Episode 102
103 Episode 103
104 Episode 104
105 Episode 105
106 Episode 106
107 Episode 107
108 Episode 108
109 Episode 109
110 Episode 110
111 Episode 111
112 Episode 112
113 Episode 113
114 Episode 114
115 Episode 115
116 Episode 116
117 Episode 117
118 Episode 118
119 Episode 119
120 Episode 120
121 Episode 121
122 Episode 122
123 Episode 123
124 Episode 124
125 Episode 125
126 Episode 126
127 Episode 127
128 Episode 128
129 Episode 129
130 Episode 130
131 Episode 131
132 Episode 132
133 Episode 133
134 Episode 134
135 Episode 135
136 Episode 136
137 Episode 137
138 Episode 138
139 Episode 139
140 Episode 140
141 Episode 141
142 Episode 142
143 Episode 143
144 Episode 144
145 Episode 145
146 Episode 146
147 Episode 147
148 Episode 148
149 Episode 149
150 Episode 150
151 Episode 151
152 Episode 152
153 Episode 153
154 Episode 154
155 Episode 155
156 Episode 156
157 Episode 157
158 Episode 158
159 Episode 159
160 Episode 160
161 Episode 161
162 Episode 162
163 Pengumuman
164 pengumuman
165 Pengumuman
Episodes

Updated 165 Episodes

1
01
2
02
3
03
4
04
5
5
6
6
7
7
8
8
9
09
10
10
11
11
12
12
13
Episode 13
14
14
15
15
16
16
17
17
18
18
19
Episode 19
20
Episode 20
21
Episode 21
22
Episode 22
23
Episode 23
24
Episode 24
25
Episode 25
26
Episode 26
27
Episode 27
28
Episode 28
29
Episode 29
30
Episode 30
31
Episode 31
32
Episode 32
33
Episode 33
34
Episode 34
35
Episode 35
36
Episode 36
37
Episode 37
38
Episode 38
39
Episode 39
40
Episode 40
41
Episode 41
42
Episode 42
43
Episode 43
44
Episode 44
45
Episode 45
46
Episode 46
47
Episode 47
48
Episode 48
49
Episode 49
50
Episode 50
51
Episode 51
52
Episode 52
53
Episode 53
54
Episode 54
55
Episode 55
56
Episode 56
57
Episode 57
58
Episode 58
59
Episode 59
60
Episode 60
61
Episode 61
62
Episode 62
63
Episode 63
64
Episode 64
65
Episode 65
66
Episode 66
67
Episode 67
68
Episode 68
69
Episode 69
70
Episode 70
71
Episode 71
72
Episode 72
73
Episode 73
74
Episode 74
75
Episode 75
76
Episode 76
77
Episode 77
78
Episode 78
79
Episode 79
80
Episode 80
81
Episode 81
82
Episode 82
83
Episode 83
84
Episode 84
85
Episode 85
86
Episode 86
87
Episode 87
88
Episode 88
89
Episode 89
90
Episode 90
91
Episode 91
92
Episode 92
93
Episode 93
94
Episode 94
95
Episode 95
96
Episode 96
97
Episode 97
98
Episode 98
99
Episode 99
100
Episode 100
101
Episode 101
102
Episode 102
103
Episode 103
104
Episode 104
105
Episode 105
106
Episode 106
107
Episode 107
108
Episode 108
109
Episode 109
110
Episode 110
111
Episode 111
112
Episode 112
113
Episode 113
114
Episode 114
115
Episode 115
116
Episode 116
117
Episode 117
118
Episode 118
119
Episode 119
120
Episode 120
121
Episode 121
122
Episode 122
123
Episode 123
124
Episode 124
125
Episode 125
126
Episode 126
127
Episode 127
128
Episode 128
129
Episode 129
130
Episode 130
131
Episode 131
132
Episode 132
133
Episode 133
134
Episode 134
135
Episode 135
136
Episode 136
137
Episode 137
138
Episode 138
139
Episode 139
140
Episode 140
141
Episode 141
142
Episode 142
143
Episode 143
144
Episode 144
145
Episode 145
146
Episode 146
147
Episode 147
148
Episode 148
149
Episode 149
150
Episode 150
151
Episode 151
152
Episode 152
153
Episode 153
154
Episode 154
155
Episode 155
156
Episode 156
157
Episode 157
158
Episode 158
159
Episode 159
160
Episode 160
161
Episode 161
162
Episode 162
163
Pengumuman
164
pengumuman
165
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!