03

CAPTER 3

MENDADAK DIJODOHKAN,

TIDAK BISA DINEGO LAGI

Sinar matahari pagi menembus

kamar Naura melalui celah gorden pada cendela kamarnya, sinar yang terasa

hangat dikulit membuatnya terbangun. Dengan langkah malas dia berjalan ke kamar

mandi, bersiap – siap untuk berangkat ke butik seperti biasanya.

Langkah kaki penuh semangat

serta senyum cerah menghiasi wajahnya, dia menuruni tangga.

“Pagi Pa!.” Sapa Naura.

“Pagi Nak...sini sarapan habis itu jangan

langsung berangkat ya....”

“Emang kenapa Pa?.”

“Nggak ada.”

“Ihhh...papa kalo ngak ada, kenapa mesti

ditahan dulu Naura.” Seru Naura dengan memonyongkan mulutnya.

“Udah ayo sarapan dulu!."

Setelah selesai sarapan pak

Malik beranjak duluan, sementara Naura masih membantu bik Siti merapikan meja

makan seperti biasanya. Teringat dengan pesan ayahnya, Naura menghentikan

pekerjaan. Dia pamit sama bik Siti yang tengah mencuci piring.

“Papa nggak kenapa – napa kan?." tanya Naura mengejutkan papanya.

“Emangnya papa kenapa?!.” Pak Malik balik

bertanya.

“Yah si Papa malah balik nanya, tadi nyuruh

Nana jangan langsung berangkat!.”

“Oww...itu, sini duduk deket papa." Pinta pak

Malik.

“Ada apa sih Pa?.” Naura tambah penasaran.

“Na-papa mau nikahin Nana sama...,”

“NIKAH Pa?!” Bola matanya melotot, tidak percaya dengan ucapan ayahnya.

“Iya nikah...papa uda ketemu sama dia, dia

juga sudah setuju!.”

“Pa...harusnya kan Papa bilang dulu ke Nana...." Suaranya melunak.

“Perasaan papa uda bilang sayang....”

“Nana nggak mau!.” Ucap Naura dan seketika

berdiri namun sebelum dia sempat melangkah, ayahnya menghentikannya.

“Terserah Nana...selama ini papa ngak pernah

nuntut apa-apa dari Nana.”

“Tapi kan nggak gitu juga Pa!." Protes Naura.

“Dia orangnya baik, cakep, nggak ada yang

kurang dari dia, nggak apa – apa Nana nggak mau tapi anggap saja papa sudah tiada!.”

“PAPA!."

Pak Malik tidak menanggapi protes anaknya, tampa bicara sepatah katapun dia melangkah pergi, meninggalkan putrinya yang masih mematung.

“Vid ayo berangkat!.” Perintahnya dengan

nada datar.

David yang sudah hafal betul dengan karakter atasannya itu, tanpa bertanya langsung menghidupkan mesin mobil. Mobil BMW hitam itu pun melesat keluar dari pintu gerbang rumah.

Sementara diruang baca ayahnya, Naura masih mencoba menata emosinya kembali. Jelas ayahnya terlihat sangat marah dan tidak menerima penolakan sama sekali. Namun dia masih berniat untuk bernegosiasi dengan ayahnya nanti malam. Dia sudah menyusun banyak rencana untuk memuluskan negosiasi itu nanti.

------

Tidak seperti biasanya kali ini Naura pulang lebih awal, setelah memarkir mobilnya, dia berlari kedalam rumah, menghampiri ayahnya yang tengah sibuk membaca buku di ruang kerja.

“Papa....” Sambil memberikan pelukan yang

hangat serta ciuman manis mendarat dipipi sang ayah.

“Hmmm...tumben pulang cepat?.” tanya ayahnya.

“Papa nggak suka kalo Nana pulangnya lebih

awal?!." tanya balik.

“Papa justru seneng tapi,”

“Tapi kenapa pa?.” potong Naura.

“Rasanya papa nyium glagat - glagat aneh ni.”

“Papa?!.”

Mendapati putrinya terpancing, pak Malik tertawa lepas. Sambil berdiri dan berjalan menuju ruang makan dia berkata,

“Kali ini papa nggak bakal lengah...apalagi

mengalah."

“Papa...ayolah jangan jadi Kim Jong Un

kedua....” Rengek Naura.

“Papa ini uda tua...papa cuma kuatir nggak

bisa ngelihat kamu menikah, tidak bisakah turuti satu – satunya keinginan papa?!."

Naura tidak menjawab dia justru berjalan menghampiri ayahnya dan memeluknya. Sebenarnya dia ingin sekali menolak bahkan siap berdebat dengan sang ayah. Tapi kali ini entah kenapa omongan ayahnya membuat hatinya sedih, tidak bisa membayangkan jika dia harus kehilangan satu – satunya orang yang dia sayangi di dunia ini.

“Tapi Papa janji nggak bakal ninggalin Nana,

kan?.” suaranya bergetar.

“Maksudnya?.”

“Papa janji ya nggak boleh ninggalin Nana kalo Nana nuruti keinginan Papa?.”

“Nak hidup dan matinya orang itu hanya yang

diatas yang tahu....”

“Iya iya. .Nana paham, Papa jangan ngomong

kayak gitu terus!.”

Pak Malik menggenggam erat tangan putrinya, hatinya bergetar tak kala mendengar ucapan putrinya yang lirih.

“Jum’at besok dia akan datang kesini...Nana

pulang dulu bentar buat nemuin dia ya.”

“Hmmm....”

------

Hari jum’at yang ditunggu pak

Malik tiba juga, hari ini dia sengaja mengosongkan kegiatannya dan fokus untuk

menyambut calon menantunya. Sementara dilain tempat, Hasan terlihat bingung dan

gugup. Bahkan Andik, Ilham dan Ilyas yang memperhatikan tingkahnya semakin dibuat penasaran.

“Mas kenapa sih?!." tanya Ilyas.

“Iya...dari tadi kayak orang bingung!.” Tambah

Andik.

“Kalo ada apa -apa bok ya cerita sama kita,

siapa tau bisa bantu!.” Ilham menimpali.

Hasan tetap dalam kebingungannya dan tidak memberikan komentar sedikitpun, dia sibuk dengan dirinya yang tak jelas.

“Mas kita berangkat dulu ya.” Pamit Ilham.

“Hmmm....” Kesadaran Hasan mulai kembali.

Hasan berjalan menuju kamar

dan mengambil kunci sepeda motor yang tergeletak dimeja, matanya melirik ke

arah jarum jam dipergelangan tangannya. Angka menunjukkan pukul 09.17 pagi, dia mempercepat langkah kakinya keluar rumah dan menghidupkan sepeda motor.

Sesaat kemudian sepeda motor

itu melaju dengan kecepatan sedang menuju kediaman pak Malik. Kediaman pak Malik

berada di Grand Tulip Residence,  yang

dikenal sebagai kawasan perumahan cukup elit. Terlihat dua orang satpam diujung

gerbang.

“Selamat pagi ada yang bisa saya bantu?.” Sapa pak Satpam sekaligus bertanya.

“Pagi Pak, saya mau kerumahnya pak Malik.” ucap Hasan sambil menyerahkan kertas yang berisi alamat rumah pak Malik.

“Bisa tunjukkan KTP-nya sebentar!.” Pinta pak

Satpam.

“Ohh...iya Pak bentar.” Jawab Hasan sambil mengambil KTP dari dalam dompetnya lalu menyerahkan pada Satpam tersebut.

Pak Satpam itu segera kembali

ke dalam pos dan beberapa menit kemudian dia kembali dan menyerahkan KTP Hasan

serta menekan remote agar palang pintu terbuka.

Hasan yang baru pertama kali memasuki

kawasan perumahan elit tampak bingung, meski sudah diarahan oleh pak Satpam

tadi. Setelah beberapa menit memutari perumahan itu, akhirnya dia menemukan

kediaman pak Malik.

Rumah model klasik berwarna

putih dan berukuran besar dengan halaman yang cukup luas. Setelah memencet bel

dua kali, pagar pintu itu terbuka secara otomatis dan terlihat seorang

laki-laki yang sudah berumur berlari dari dalam rumah. Dia mengarahkan Hasan

untuk memarkir sepeda motornya dibelakang tepatnya disamping kolam renang.

“Silahkan masuk Mas.”

“Pak Malik ada?.”

“Ada Mas...bapak sudah nunggu di dalam.” Sambil menuntun Hasan masuk.

“Assalamualikum."

“Waalaikumussalam ayo sini...gimana nggak

bingung kan kesininya?.”

“Alhamdulillah ndak Pak.” Terpaksa berbohong.

“Nana masih diluar tapi bentar lagi datang...uda bapak telepon kok tadi.“

“Iya Pak.” Ucap Hasan singkat.

“Mbak Siti tolong buatkan teh ya!.” Seru pak

Malik dari ruang kelurga.

Beberapa saat kemudian bik Siti

muncul dengan membawa teh dan beberapa kue. Dia meletakkannya di meja,

“Silahkan....”

“Terimakasih....” Ucap Hasan pada bik Siti.

Setibanya di dapur kembali, bik Siti dikagetkan oleh keberadaan Naura.

“Ya Allah Non...bikin kaget!.”

“Husstt....” Naura memberi isyarat agar bik

Siti tidak bersuara.

“Bik orangnya uda datang?.”

“Iya Non...orangnya cakep manis.”

“Siapa yang nanya!.”

“Kirain nanyain itu Non...tapi beneran

orangnya cakep manis.”

“Ihhh... Bibik cakep manis gimana?.”

“Iya Non maksudnya itu cakepnya manis.”

“Bukan manisnya cakep?.” Goda Naura.

“Kayaknya Non mulai....”

“Apa sih bik...orang nggak tahu juga tampangnya kayak apa!.”

“Tenang Non... Bapak pinter milihnya.“

“Nggak yakin aku....”

“ Uda sana Non temuin...ingat Non pasang

muka yang lembut.“

“ Bibik!.." Mata Naura sedikit melotot,

Diruang keluarga pak Malik

terlihat tengah ngobrol santai dengan seorang laki-laki muda yang sudah

terlihat matang. Entah kenapa Hasan merasa sepertinya ada sosok yang tengah

mengintip kearah mereka berdua. Seketika jantungnya berdetak kencang, gugup kah

atau perasaan lainnya dia tidak bisa memastikannya. Namun yang pasti suhu

tubuhnya mulai meningkat dan memproduksi keringat secara massal, bahkan dia

merasa tangannya gemetar. Mulutnya tidak bisa mengeluarkan sepatah kata,

wajahnya tertunduk malu ketika pak Malik memanggil putrinya.

“Na bisa kesini sebentar!.”

Naura kaget mendengar ayahnya

memanggilnya, dia bingung kenapa ayahnya bisa tahu kalau dia sudah di rumah dan

bahkan tengah mengintip mereka berdua.

Tubuhnya lemas seketika dan jantungnya

seketika berpacu, meski dalam keadaan gugup Naura mencoba melangkahkan kaki sesantai mungkin menghampiri ayahnya dan Hasan.

“Ini putri saya Nak...namanya Naura."

Hasan tidak berkata sedikitpun, dia hanya tersenyum ringan pada pak Malik tapi tidak berani menoleh ke arah Naura. Sebaliknya dia justru menundukkan kembali wajahnya.

“Na papa rencananya ingin menikahkan kalian berdua minggu depan.” Ucap pak Malik mengawali pembicaraannya.

“Papa!." Protes Naura yang terlihat syok

mendengar keputusan ayahnya.

“Lho...Nana kan bilangnya Ok kemarin!."

Sanggah pak Malik.

“Papa...Nana kan bilangnya Ok buat nikah bukan Ok buat nikah minggu depan!.” Ucap Naura dengan nada kesal.

“Semakin cepat semakin baik Sayang.”

“NO!."

“Mau kemana...duduk dulu!.” Tegur pak Malik

mencoba menghentikan Naura yang hendak pergi.

“Maaf Pak...apa tidak sebaiknya berikan waktu dulu bagi kami untuk saling mengenal.“ Tiba – tiba Hasan bersuara.

“Sampai minggu depan kan masih ada waktu buat mengenal....”

“Saya rasa butuh waktu lebih lama....”

“Mau berapa lama?.”

“Pa...ini kan bukan acara kawin kawinannya anak kecil, lagian dalam minggu ini Nana sibuk harus...,”

“Hanya akad nikah...pestanya kita atur

setelahnya, papa uda minta David buat ngurusin pendaftarannya di KUA.”

“ Pa - pa!."

“Maaf Pak ngurusin pendaftaran maksudnya?.” tanya Hasan kaget.

“Iya kemarin David yang nemuin nak

Hasan.”

“Jadi kapan hari yang minta itu...maksudnya buat daftar!.” Hasan masih tidak percaya.

Pak Malik tidak menjawab, dia hanya tersenyum pada Hasan.

“Pokoknya Nana tetap nggak mau!.“

“Nana!.” Suara pak Malik terdengar sedikit

menekan.

Naura yang sangat memahami

karakter ayahnya seketika terdiam dan menundukkan kepalanya.

“Bapak tinggal dulu sebentar ya

Nak..kalian  ngobrol aja dulu biar bisa

saling mengenal." Ucap pak Malik dan berlalu meninggalkan mereka berdua.

Suasana berubah hening, baik Hasan maupun Naura keduanya saling membisu. Hasan masih tetap menundukkan kepalanya, tidak memiliki keberanian untuk menoleh apalagi menatap wanita di depannya itu. Sementara Naura terdiam karena kemarahan, kepalanya tengah menyusun serangkaian negosiasi untuk mengundur pernikahannya dengan pria bisu didepannya.

Hasan mengubah posisi duduknya, mengambil nafas dalam -dalam. Dia memberanikan diri untuk memulai percakapan.

“Maaf.“ Ucap Hasan pelan.

Sembari mengangkat kepala dan

memandang wanita didepannya itu. Tak disangka wanita yang memakai dress berwarna merah maroon yang juga tengah menatapnya adalah si Kucing Betina.

“Ka­-kamu!.” Suara Naura melengking.

“Kenapa dunia ini tiba-tiba jadi sempit

banget...baru kemarin udah ketemu si Wadimor lagi.” Keluh Naura.

“Apa?.” ucap Hasan.

“Lupain...tolong yakinin Papa aku buat nunda

pernikahan kita.” Pinta Naura.

“Caranya?.” tanya Hasan.

“Caranya ya kamu pikirkan sendirilah!.”

“Ya harus dipikirinnya

bareng-bareng...nikahnya kan bareng.”

“Yang ngebet nikah kan kamu!.”

“Mulai dah Kucing Betina ini.” Guman Hasan

“Ngomong apa?.”

“Nggak ada...iya nanti aku pikirin caranya

gimana.”

“Ok!.”

Naura beranjak pergi meninggalkan Hasan sendirian, sebelum menaiki anak tangga Naura menghentikan langkahnya. Dia menoleh kebelakang.

“Kabari aku ya nanti!." Ucapnya sambil memberi isyarat.

Hasan tidak menjawab, dia

hanya tersenyum sinis dan mengeluarkan handphone dari saku celananya. Naura

memperhatikan Hasan yang tengah menelfon.

“Kenapa sikapnya berubah kalem gitu.” Guman Naura.

Hasan tidak menyadari kalau Naura sedang memperhatikannya, dia berpikir Naura sudah tidak disana. Sambil menggeleng-gelengkan kepalan dia tersenyum tipis, sebelum dia berdiri dari duduknya dan beranjak pergi. Bik Siti muncul dari dapur, dia menyapa Hasan.

“Lho Mas mba Naura-nya mana?.” tanya bik Siti.

“Keatas barusan Bik.” Jawab Hasan sambil

tersenyum.

“Bapak?.”

“Bapak ada urusan sebentar katanya...tapi

kenapa belum datang ya?.”

“Tunggu bentar ya Mas.”

Bik Siti berlari kecil menaiki tangga sambil berteriak memanggil Naura.

“Mba Naura... Mba!.”

“Iya Bik.” Jawab Naura sambil melangkah keluar dari kamarnya.

“Iya Bik!.”

“Itu Non...Mas-nya Non mau balik.” Ucap bik Siti sambil menunjuk ke arah Hasan.

“Mas-nya aku!.” Protes Naura.

“Hehehe...iya Non.” Jawab bik Siti polos.

“Apa lu senyum-senyum, nggak ada yang lucu!.” Bentak Naura yang kesal melihat senyuman licik Hasan.

Mendapati Naura yang kesal

Hasan justru merasa senang, bahkan dia terang – terangan menertawakan Naura.

Naura yang merasa diledek oleh laki-laki Wadimor yang satu itu, menuruni anak

tangga dengan cepat dan bahkan menerobos bik Siti. Bik Siti tertawa geli melihatnya.

“Apa maksudnya tadi senyum kayak gitu?!.”

bentak Naura.

Hasan tidak menanggapi, dia justru tersenyum menghadapi kemarahan Nuara.

“Aku udah tahu gimana caranya ngatasin ini

Kucing Betina.” Gumannya dihati.

“Mba bisa nggak lembut dikit.” Ucap Hasan

tenang.

“Ngomong sama kamu nggak perlu lembut!." Jawab Naura ketus.

Hasan menghela nafas dalam

sementara tangannya mengelus – ngelus pelipis matanya. Dia menurunkan bahunya,

memberikan isyarat pada Naura bahwa dia tidak ingin berdebat lagi dengannya.

Hati Naura mulai melunak mendapati perubahan sikap Hasan.

“Mba maaf saya masih ada kerjaan diluar, saya pamit dulu ya...salam buat Bapak.” Ucap Hasan dengan nada dan ekspresi yang

lembut.

“kerjaan apa?.” tanya Naura merengek seolah-olah tidak mau ditinggal pergi.

“Ngajar Mba” Hasan menjelaskan.

“Ohhh....” Seru Naura.

“Lho uda mau balik Nak?.” suara pak Malik

mengagetkan mereka berdua termasuk juga bik Siti.

“Bapak...” Seru Hasan.

“Kok cepet baliknya?.” tanya pak Malik sekali

lagi.

“Maaf Pak saya masih ada kerjaan yang harus

diselesaikan.” Jawab Hasan.

“Ohh iya iya bapak paham Nak...Na antar

kedepan Mas-nya.” Perintah pak Malik.

Naura kaget mendengar ucapan

ayahnya tapi dia tidak berani membantah. Dia hanya mengangguk pelan. Sambil

berkata,

“Ayo aku antar kedepan.” Kata Naura lembut.

Suara Naura yang berubah

lembut membuat Hasan tersenyum bahkan hatinya juga ikut tersenyum. Setelah

pamit sama pak Malik, dua anak muda yang baru dipasangkan itu melangkah keluar

meninggalkan pak Malik.

“Naik apa kesininya?.” tanya Naura memulai

pembicaraan.

“Masih tetap yang kemarin itu.”  Mulai memprovokasi lagi.

“Aku serius lo ya nanyanya!.”

“Maaf maaf...jangan gampang emosi eman sama wajah cantiknya itu.”

“Tenang aku ini uda cantik dari sononya!.”

Sambil menepuk bahu Hasan.

“Percaya aku....” Bisik Hasan ditelinga Naura.

Tanpa disadari tangan Naura

mencubit lengan Hasan, senyum manja terlukis diwajahnya. Mendapati sikap manis

si Kucing Betina ini, jantung Hasan nyaris meloncat keluar dari dadanya

sementara sekujur tubuhnya diserang demam seketika. Tangannya entah mulai kapan

bergerak, tiba-tiba sudah mendarat di kepala Nuara dan membelai lembut rambut

wanita itu. Pelan namun pasti Hasan mendekatkan wajahnya dan berhenti tepat

beberapa inci dari telinga Naura.

“Pamit dulu ya!.” Suaranya terdengar sangat

lembut ditelinga Naura.

Suara lembut itu ternyata memberikan stimulan di setiap syaraf tubuhnya dan mengalirkan gelombang panas yang terpusat diubun – ubun. Tak hanya itu, pipinya memerah karena efek gelombang panas itu. Mulutnya tidak bisa memproduksi kata – kata lagi, dia hanya tersenyum sementara matanya

menatap Hasan penuh damba.

Kepergian Hasan menyadarkan kembali Naura yang terbius sesaat. Emosinya kembali naik, kali ini dia mengutuk dirinya sendiri yang

terlihat bodoh dan nyaris membenamkan dirinya pada Hasan.

“Pinter juga si Wadimor itu ngerayunya...aku

nggak boleh lengah...ini harus jadi yang terakhir.” Mencoba mengingatkan dirinya

sendiri.

Terpopuler

Comments

Sugianti

Sugianti

🤣🤣🤣🤣wadimorr.. kucing betina ketemu jatuh cinta pd pandangan pertama

2021-07-05

0

Azam Maulana

Azam Maulana

🤣🤣🤣🤣seru

2021-05-18

0

Bidadarinya Sajum Esbelfik

Bidadarinya Sajum Esbelfik

cinta pada pandangan pertama Hasan mh😂

2021-04-08

0

lihat semua
Episodes
1 01
2 02
3 03
4 04
5 5
6 6
7 7
8 8
9 09
10 10
11 11
12 12
13 Episode 13
14 14
15 15
16 16
17 17
18 18
19 Episode 19
20 Episode 20
21 Episode 21
22 Episode 22
23 Episode 23
24 Episode 24
25 Episode 25
26 Episode 26
27 Episode 27
28 Episode 28
29 Episode 29
30 Episode 30
31 Episode 31
32 Episode 32
33 Episode 33
34 Episode 34
35 Episode 35
36 Episode 36
37 Episode 37
38 Episode 38
39 Episode 39
40 Episode 40
41 Episode 41
42 Episode 42
43 Episode 43
44 Episode 44
45 Episode 45
46 Episode 46
47 Episode 47
48 Episode 48
49 Episode 49
50 Episode 50
51 Episode 51
52 Episode 52
53 Episode 53
54 Episode 54
55 Episode 55
56 Episode 56
57 Episode 57
58 Episode 58
59 Episode 59
60 Episode 60
61 Episode 61
62 Episode 62
63 Episode 63
64 Episode 64
65 Episode 65
66 Episode 66
67 Episode 67
68 Episode 68
69 Episode 69
70 Episode 70
71 Episode 71
72 Episode 72
73 Episode 73
74 Episode 74
75 Episode 75
76 Episode 76
77 Episode 77
78 Episode 78
79 Episode 79
80 Episode 80
81 Episode 81
82 Episode 82
83 Episode 83
84 Episode 84
85 Episode 85
86 Episode 86
87 Episode 87
88 Episode 88
89 Episode 89
90 Episode 90
91 Episode 91
92 Episode 92
93 Episode 93
94 Episode 94
95 Episode 95
96 Episode 96
97 Episode 97
98 Episode 98
99 Episode 99
100 Episode 100
101 Episode 101
102 Episode 102
103 Episode 103
104 Episode 104
105 Episode 105
106 Episode 106
107 Episode 107
108 Episode 108
109 Episode 109
110 Episode 110
111 Episode 111
112 Episode 112
113 Episode 113
114 Episode 114
115 Episode 115
116 Episode 116
117 Episode 117
118 Episode 118
119 Episode 119
120 Episode 120
121 Episode 121
122 Episode 122
123 Episode 123
124 Episode 124
125 Episode 125
126 Episode 126
127 Episode 127
128 Episode 128
129 Episode 129
130 Episode 130
131 Episode 131
132 Episode 132
133 Episode 133
134 Episode 134
135 Episode 135
136 Episode 136
137 Episode 137
138 Episode 138
139 Episode 139
140 Episode 140
141 Episode 141
142 Episode 142
143 Episode 143
144 Episode 144
145 Episode 145
146 Episode 146
147 Episode 147
148 Episode 148
149 Episode 149
150 Episode 150
151 Episode 151
152 Episode 152
153 Episode 153
154 Episode 154
155 Episode 155
156 Episode 156
157 Episode 157
158 Episode 158
159 Episode 159
160 Episode 160
161 Episode 161
162 Episode 162
163 Pengumuman
164 pengumuman
165 Pengumuman
Episodes

Updated 165 Episodes

1
01
2
02
3
03
4
04
5
5
6
6
7
7
8
8
9
09
10
10
11
11
12
12
13
Episode 13
14
14
15
15
16
16
17
17
18
18
19
Episode 19
20
Episode 20
21
Episode 21
22
Episode 22
23
Episode 23
24
Episode 24
25
Episode 25
26
Episode 26
27
Episode 27
28
Episode 28
29
Episode 29
30
Episode 30
31
Episode 31
32
Episode 32
33
Episode 33
34
Episode 34
35
Episode 35
36
Episode 36
37
Episode 37
38
Episode 38
39
Episode 39
40
Episode 40
41
Episode 41
42
Episode 42
43
Episode 43
44
Episode 44
45
Episode 45
46
Episode 46
47
Episode 47
48
Episode 48
49
Episode 49
50
Episode 50
51
Episode 51
52
Episode 52
53
Episode 53
54
Episode 54
55
Episode 55
56
Episode 56
57
Episode 57
58
Episode 58
59
Episode 59
60
Episode 60
61
Episode 61
62
Episode 62
63
Episode 63
64
Episode 64
65
Episode 65
66
Episode 66
67
Episode 67
68
Episode 68
69
Episode 69
70
Episode 70
71
Episode 71
72
Episode 72
73
Episode 73
74
Episode 74
75
Episode 75
76
Episode 76
77
Episode 77
78
Episode 78
79
Episode 79
80
Episode 80
81
Episode 81
82
Episode 82
83
Episode 83
84
Episode 84
85
Episode 85
86
Episode 86
87
Episode 87
88
Episode 88
89
Episode 89
90
Episode 90
91
Episode 91
92
Episode 92
93
Episode 93
94
Episode 94
95
Episode 95
96
Episode 96
97
Episode 97
98
Episode 98
99
Episode 99
100
Episode 100
101
Episode 101
102
Episode 102
103
Episode 103
104
Episode 104
105
Episode 105
106
Episode 106
107
Episode 107
108
Episode 108
109
Episode 109
110
Episode 110
111
Episode 111
112
Episode 112
113
Episode 113
114
Episode 114
115
Episode 115
116
Episode 116
117
Episode 117
118
Episode 118
119
Episode 119
120
Episode 120
121
Episode 121
122
Episode 122
123
Episode 123
124
Episode 124
125
Episode 125
126
Episode 126
127
Episode 127
128
Episode 128
129
Episode 129
130
Episode 130
131
Episode 131
132
Episode 132
133
Episode 133
134
Episode 134
135
Episode 135
136
Episode 136
137
Episode 137
138
Episode 138
139
Episode 139
140
Episode 140
141
Episode 141
142
Episode 142
143
Episode 143
144
Episode 144
145
Episode 145
146
Episode 146
147
Episode 147
148
Episode 148
149
Episode 149
150
Episode 150
151
Episode 151
152
Episode 152
153
Episode 153
154
Episode 154
155
Episode 155
156
Episode 156
157
Episode 157
158
Episode 158
159
Episode 159
160
Episode 160
161
Episode 161
162
Episode 162
163
Pengumuman
164
pengumuman
165
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!