Gadis Kecil

Hai, Readers

Jangan lupa jempolnya (👍)

Dan Votenya biar masuk Ranking

Selamat membaca

***

Bima duduk berhadapan dengan Reza, di ruang kerjanya. Ini untuk pertama mereka mengobrol setelah kepulangan Bima. Setelah Bima lulus, Bima langsung pulang ke Indonesia. Atas perintah Daddy-nya. Ia menyesap tehnya. Lalu memusatkan perhatiannya pada Reza dan ia yakini kalau Daddy-nya ingin membicarakan tentang sesuatu. 

Pria di hadapannya memang sudah berumur tapi dia masih punya pesona yang tidak kalah dengan Bima. Reza masih tampak gagah dan masih bisa memimpin SJC beberapa tahun kemudian mungkin bisa lebih lama. 

Mungkin orang banyak berpikiran menjadi seorang CEO hanya diam dan memerintah tapi semua itu salah, mereka mempunyai tanggung jawab yang besar untuk kelangsungan perusahaan, bukan hanya hidup pemimpin yang ditaruhkan tapi semua karyawan yang bekerja serta keluarga mereka yang di taruhkan. 

Kadang Bima berpikir apa dia mampu? Apa dia bisa menjadi pemimpin yang baik seperti Daddy-nya? Apa sebaliknya? 

Melihat hal itu Reza menyentuh tangan Bima. 

"Jangan terlalu banyak berpikir, kamu hanya harus menjadi Bima. Buka bagaimana menjadi Daddy-nya. Menjadi pemimpin itu memang tidak mudah. Harus mendapatkan kepercayaan dari banyak pihak. Dulu Daddy sepertimu, tidak begitu percaya diri. Malah Daddy saat itu lebih parah, banyak pihak yang tidak menyukai Daddy. Karena Daddy terlalu arogan. Tapi lihat Daddy sekarang. Mereka menerima Daddy. Meski butuh proses lumayan panjang." Reza memberikan wejangan pada Bima, dan masalalu dimana ia pernah ditolak mentah-mentah oleh pemegang saham yang tidak mempercayainya. 

Untuk saat ini, Bima lebih mudah. Karena Reza sudah membeli sebagian saham milik SJC atas nama Luna beberapa persen dan semua pemegang saham adalah, keluarganya sendiri. Bukannya apa-apa dia hanya ingin melindungi keluarganya dari orang lain yang ingin memiliki SJC, pemegang tertinggi masih Galang. 

"Bima tidak akan membuat Daddy kecewa karena sudah mempercayakan semuanya pada Bima."

"Kamu harus percaya diri buktikan kalau kamu layak menggantikan posisi Daddy."

"Yes, Daddy."

--

Mendengarkan nasehat-nasehat Reza-Daddynya. Ke esokannya Bima memutuskan refreshing. Dia lebih memilih ke Cafe Shop N&N milik Mommynya. Ia mengendarai mobilnya menuju Cafe, sembari menjemput Mommynya pulang, karena hari ini Reza memberi waktu Bima istirahat sebelum dia memulai harinya di perusahaan. Ketiga adiknya jam segini masih sangat sibuk kuliah dan sekolah. Sudah lama tidak mengendarai mobilnya. Rasanya sudah lama sekali.

Dalam perjalanan Bima menikmati lagu di radio yang sedang berputar. Lagu The Script - The Man Who Can't Be Moved 

So I'm not moving, I'm not moving 

I'm not moving, I'm not moving

People talk about the guy that's waiting on a girl 

There are no holes in his shoes but a big hole in his world

Maybe I'll get famous as the man who can't be moved 

Maybe you won't mean to but you'll see me on the news 

And you'll come running to the corner 

Cause you'll know it's just for you 

I'm the man who can't be moved 

I'm the man who can't be moved

Cause if one day you wake up and find that you're missing me

Lirik lagu tersebut begitu pas dengan keadaan sekarang masih belum move on dari masa lalunya. Selama ini Bima mencari kabar wanita itu yang mungkin sudah beranjak dewasa seperti halnya Bima sekarang. Pasti dia sangat cantik, pikir Bima. Setelah belasan tahun lamanya dia tidak pernah melihatnya, apa dia masih seperti dulu?

Pemikiran Bima hilang dalam sekejap saat di tersadar hampir saja menabrak seorang gadis kecil.

Astagfirullah.

Bima mengerem mendadak, Bima terkejut bukan main bagaimana bisa seorang gadis kecil berada di tengah jalan, bagaimana kalau ada mobil menabrak seperti tadi dirinya hampir membuat gadis kecil kehilangan nyawanya. 

Bima keluar dari mobilnya. Dia menghampiri anak itu. Tidak ada seseorang di sekitarnya. Jalan lumayan tidak ramai karena memang masih dalam area komplek perumahan. Bima jongkok menyamai tinggi gadis kecil itu. 

"Dek, kamu gak apa-apa kan?" tanya Bima, memegang pundak gadis kecil di hadapannya terlihat masih terkejut. Ia bisa melihat kalau gadis ini kisaran umur lima tahun. Tapi aneh, kenapa dia berada di sini? Dimana orangtuanya?

Gadis kecil itu menggeleng. Entahlah dia baik-baik saja, atau sebaliknya. 

"Rumah kamu di mana? Mau Om anterin?"

Gadis kecil itu menggeleng, tidak mau.

Bima berpikir jangan-jangan dia bisu, sejak tadi diam membisu dan menjawab dengan gelengan saja. Membuat Bima serba salah. Dia jadi khawatir dengan gadis ini. Merasa kalau gadis ini sangat mirip dengan seseorang, tapi dia memutuskan semua pemikirannya dan mana mungkin.

"Dek, Kamu tahu rumah kamu?"

Gadis kecil itu manggut-manggut, sebagai jawaban. Setidaknya ia lega. Kalau dia sampai menggeleng lagi. Bima pastikan membawa dia ke rumah. Ia culik. 

"Dari tadi cuma geleng-geleng, manggut-manggut. Kamu bisa bicarakan?"

Dia kembali mengangguk. Artinya dia bisa bicara tapi kenapa masih tidak mau bicara? Bikin emosi aja. Padahal dirinya akan menjemput Mommy-nya.

"Kalau begitu, Om minta kamu bicara. Jangan buat Om khawatir."

Gadis itu mengerat alisnya yang tipis. Kemudian mengeratkan boneka lumba-lumba yang sejak tadi di peluk.

Dia sangat mirip, wanita itu.

Gadis kecil itu, mencoba bicara. "Kata Tante Hana, Tya gak boleh bicara sama orang asing. Nanti Tya di culik sama orang asing, Om." jelasnya buka suara akhirnya. Bisa lega bukan main.

Memang sih ada benarnya juga. Harus berhati-hati dengan orang asing. Bima membenarkan itu. Mengerti.

"Kalau begitu, Kenalin nama Om, Bima. Kamu Tya?" Bima pun menyodorkan tangannya mengajak berkenalan. 

"Iya, aku Tyana." Tyana membalas salaman Bima. Meski sulit karena masih enggan melepas boneka lumba-lumbanya. 

"Berarti Om bukan orang asing, karena kita sudah sama-sama kenal. Jadi kalau boleh tau, rumah kamu di mana? Om antar kamu pulang ya?"

Tyana tersenyum.

Sial, senyumnya mirip dengan nya pula. Runtuk dalam hatinya, banyak sekali kemiripan Tyana dan Clara.

"Gak, Tya pulang sendiri aja."

"Yakin?"

"Iya dong, Tya sudah gede."

"Terus kenapa kamu sendiri di sini?"

"Tya abis ngejar kucing bandel, tadi boneka Tya dibawa kucing. Kucing kira boneka Tya ikan asin. Makanya Tya kejar sampai sini."

Bima tertawa mendengar celotehan Tyana. Menjadi ingat kembali masa kecilnya dulu. Tyana masih belum selesai menceritakan hal terjadi, Bima dengan senang hati mendengarkan. Rasanya Bima seperti memiliki seorang anak, dan gadis kecil di hadapannya yang sedang berceloteh riang adalah anaknya. Mungkin rasanya seperti ini kalau punya anak. 

"Om ganteng, eh maksudnya Om Bima. Tyana pulang dulu ya, takut Tante Hana nyariin Tya. Nanti Tya dihukum gak boleh makan es krim."

Tante? Kenapa bukan Mamah nya yang cari? 

Bima menyipitkan matanya. "Okay, kalau begitu. Kamu langsung pulang ke rumah jangan main ke tempat lain. Nanti Mamah kamu nyariin."

Mendengar kata 'Mamah' gadis itu berubah raut wajahnya menjadi sedih. Kemudian Tyana melambaikan tangan, berpamitan kepada Bima

 "Bye bye Om… " ucapnya dengan senyum meski Bima tahu kalau dia tadi merasa sedih. 

"Hati-hati."

Bima masih belum beranjak dari tempatnya. Berdiri dari posisinya. Melihat kepergian Tyana rasanya tidak rela. Bima tidak rela ditinggal Clara. Tidak lama seorang wanita perawakan kecil menghampiri Tyana berseragam putih, mungkin baby sitternya. Menggandeng tangan Tyana sesekali gadis kecil itu menoleh ke arahnya tersenyum dan melambaikan tangannya. 

Setelah memastikan Tyana sudah tidak ada di hadapannya. Bima melanjutkan kembali perjalanan.

"Tyana? Clara? Mereka sangat mirip." 

***

"TYANA"

Teriak seorang wanita, berlari menghampiri Tyana dengan pakaian santainya. Terlihat begitu cemas. Tapi sebaliknya yang di cemaskan malah cecengiran tidak merasa bersalah dan baby sitternya di sisinya menunduk takut. Wanita itu berhamburan memeluk Tyana erat. 

"Tante Hana, sorry." Tyana merasa menyesal telah membuat Hana cemas. Pelukan mereka terlepas. Hana menangkupkan tangannya di pipi cabby Tyana yang gembil. 

"Bandel ya, kamu buat Tante jantungan. Gimana kalau Tante mati. Tante belum nikah, Tya. Masih jomblo juga." Ucap Hana mengasal bawa-bawa status kejombloannya yang bikin keki.

Tyana menggigit bibir bawahnya. 

"Tante jangan mati. Nanti Tya sama siapa?" Tyana nampak sedih. Hana salah bicara. Seharusnya dia tidak membicarakan tentang hal macam itu.

"Sorry, Tante asal bicara. Tante janji gak akan ninggalin Tya. Asal Tya jadi anak yang baik jangan buat Tante Hana cemas seperti tadi. Kamu gak kasian sama Mbak Fani kelabakan cariin kamu dan Tante omelin."

"Tya janji."

"Tante pegang janji kamu."

Kedua melakukan pinky swear. 

Mereka memasuki rumah yang lumayan besar. Hana dan keluarga sudah tinggal di rumah ini hampir dua tahun. Yang sebelumnya ia dan keluarga tinggal di Bandung. Ayahnya membuka kantor cabang di Jakarta, mengharuskan pindah kemari dan fokus di sini. Seorang wanita paruh baya berhijab menghampiri keduanya. Terlihat raut muka khawatir. Tyana memeluk wanita paruh baya itu. Mencium kedua pipi yang sudah nampak kendur.

"Tyana, kamu kemana saja sih? Bikin Nenek khawatir tau gak." ucap wanita paruh baya. 

"Sorry, Nek. Tadi Tya main gak bilang-bilang." anak itu sedikit berbohong karena tidak mau membuat Tante dan Neneknya khawatir. 

"Ya, sudah. Ayo kita makan siang dulu. Tya pasti laparkan?" kata Hana. 

"Laper banget, Tante."

Tyana memegang perutnya yang sudah terasa lapar, ketiga pergi ke ruang makan. Di sana sudah terhidang makanan. Hana tidak ikut makan karena dia sedang menjalani proses pengurangan lemak alias diet. Ia memang sudah ideal tapi menurutnya itu masih berlemak hingga seharian ia hanya makan buah dan makan sehari satu kali pagi saja. Acara diet itu untuk persiapannya bekerja. di sebuah perusahaan besar. Sehingga Hana harus mempersiapkan semuanya secara sempurna.

"Tante masih diet?" tanya Tyana, sebelum menerima suapan dari Hana. 

"Masih dong, biar nanti pas Interview, Tante tambah kece dan di terima kerja di sana." Jawabnya, Tyana mengangguk. Kemudian Hana kembali memberikan suapan pada Tyana.

"Memang kamu yakin bakal diterima?" tanya wanita paruh baya, sembari menyiuk nasi dan lauk ke dalam piring.

"Yakin dong, Bun. Masa udah lulus sarjana. Jadi pengangguran sih."

"Tapi kamu kan bisa bantu-bantu Bunda di toko kue, kalau gak kerja di kantor Ayah." 

Hana menggeleng. "Gak Bun. Hana mau mandiri gak mau bikin repotin Bunda dan Ayah yang sudah besarin Hana seperti anak sendiri. Biarkan Hana untuk bisa balas budi ke Bunda dan Ayah."

"Ayah dan Bunda tidak mengharapkan apapun dari kamu. Kami ikhlas, berkat kehadiran kamu, kami berasa mempunyai anak lagi. Jadi Bunda mohon kamu jangan berfikir seperti itu, Hana tetap anak Bunda dan Ayah."

"Makasih ya, Bun."

Acara makan siang mereka menjadi galau, sejak kecil Hana di titip kedua orangtuanya di rumah Bunda Safira dan Ayah Azata, saudara sepupu dari Papi nya. Mereka malah lebih menyayanginya Hana di banding kedua orangtuanya sendiri yang mementingkan kakaknya. Hingga suatu saat mereka kembali meminta Hana untuk ikut pergi dan meninggalkan Bunda dan Ayah. Namun Hana menolak keras, bukannya tidak mau saat itu dia sudah tahu yang namanya sakit hati. Apalagi dulu sakit hatinya begitu amat membekas.

Dulu ia tidak tahu alasanya. Tapi sejak saat kakaknya pergi. Ia baru mengerti. Selama ini ia salah paham. 

Saat memasuki SMA Hana mendapatkan kabar bahwa Papanya meninggal. Ada rasa penyesalannya. Tidak bertemu untuk yang terakhir kali. Hana menemui keluarga kandungnya menghadiri acara pemakaman yang di antara kedua orangtua angkatnya yang baik.

Setelah hal itu, keluarganya meminta maaf kepada Hana. Sejak saat itu Hana dan keluarga kandungnya terjalin baik.

Tapi dia masih tetap memilih tinggal bersama kedua orangtua angkatnya. Yang sudah membesarkannya.

"Tante Hana…Kok melamun?" Lamunan Hana buyar saat Tyana memanggilnya. Safira sejak tadi memperhatikan hanya memaklumi anak angkatnya.

"Kenapa, Tya?"

"Tante, melamun?"

Hana tersenyum. "Sedikit." kemudian meletakkan piringnya yang sudah habis. "Mau es krim?" Hana mengalihkan pembicaraannya. 

"Mau… " jawab kegirangan. Hana dan Tyana berdiri dari kursinya. Dan menggeser kembali kursi yang didudukinya sedikit ke dalam. 

"Bunda, aku sama Tya mau beli es krim dulu ya, di swalayan dekat komplek." Safira masih belum menyelesaikan makan siangnya dan memandang Hana.

"Iya jangan lama-lama. Jangan ajak Tya keluyuran." ucap Safira mengingatkan.

"Gak lah Bun, nyadar masih jomblo masa keluyuran apa kata calon pacar."

"Jomblo kok bangga, heran Bunda." Safira heran dengan Hana, ia wanita yang cantik banyak yang menyukainya tapi tidak tahu kenapa ia selalu menolak pria yang mendekatinya. 

"Tenang aja Bun, sebentar lagi aku bakal melepas ke Jomblowan. Calon pacar masih dalam proses searching. Tunggu aja semoga gak error."

Hana terkikik geli sendiri akan ucapan.

"Candamu, Han." Safira menggeleng.

"Kalau gitu, Hana sama Tya pamit, Bun." Hana mencium tangan Safira di susul Tyana. "Nek, Tya pamit ya."

"Iya cucu Nenek." Safira mencubit pipi gembul Tyana. "Sudah sana, kira aja ada cowok di pinggir jalan mau diajak pacaran." usirnya ke Hana. 

"Tukang dagang kali, Bun."

"Gak apa-apa, biar anak Bunda gak jomblo terus." Hana memang sudah hampir dua tahun jomblo, masih mencari, karena ia tidak mau hubungannya kandas seperti dulu, disaat mereka ingin serius pria itu malah meninggalkannya. Ngenes kan? Sampai sekarang Hana ngejomblo, mencari-cari sosok yang bisa membuat hatinya kembali bergetar.

"Yaelah, Jahat banget Bun, biarkan Rangga yang jahat jangan Bunda."

"Somplak kamu. Kapan perginya coba. Kasian Tyana mau es krim pending mulu." kembali mengingatkan. Tyana sejak tadi hanya melihat tingkahnya konyolnya Hana. 

Hana menggandeng tangan Tyana. "Sorry. Ayo Tya kita kuy lah," ajaknya. Mengucapkan salam.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

***

Semua pengunjung dalam cafe terarah kepada sosok pria, yang baru saja memasuki cafe. Bima menghampiri pelayan pria itu yang sedang berdiri pandangannya ke arahnya. 

"Ada yang bisa saya bantu, pak?" pelayan pria itu ramah, sedangkan pelayan wanita di sebelah terus memandangnya seperti akan siap menerkam.

"Saya mau bertemu, Ibu Luna." balas Bima.

"Ada keperluan apa ya, pak?" Pria itu kembali bertanya, mungkin dia pegawai baru makanya tidak mengenalnya siapa Bima, tidak lama seorang wanita mendekat. "Mas Bima kan?" katanya, wanita itu menunduk hormat.

"Iya, kenal saya?"

"kenal dong, Mas. Lupa sama Minong?" wanita itu membuat Bima mengingatkan kejadian di mana dia pernah mengenal wanita yang bernama Minong itu. Setelah beberapa detik barulah Bima ingat akan wanita itu, Minong dengan gigi behel. Saat masih SMA dulu, Bima pernah menolong gadis SMP di pinggiran jalan menangis karena tidak punya uang untuk pulang. Membawa Minong ke Cafe untuk sekedar menenangkannya. Lalu Minong malah mengajukan kerja partime untuk uang tambahannya. Mommy-nya menerima. 

"Jadi kamu Minong si gigi behel?" Minong mengangguk antusias, akhirnya pria itu mengenalnya. Minong menunduk malu lalu menyekat rambutnya ke telinga. "Sekarang kok behelnya gak ada Minong, di kemanain?"

"Alhamdulillah, Mas Bima akhirnya ingat sama Minong, soal behel udah Minong lepas. Gigi Minong sudah bagus, sudah gak butuh."

Minong dan Bima tertawa. Membuat para karyawan wanita dan para pengunjung iri akan Minong dekat dengan pria tampan itu.

"Kamu masih kerja di sini? Aku kira kamu sudah jadi, artis kayak mimpi kamu."

"Mas Bima meledek Minong, muka macam Minong paling dapet figuran, numpang lewat doang. Paling dapet bayaran sepuluh ribu satu adegan lewat." balasnya, perawakan Minong itu memang kecil dan mempunyai kulit hitam manis. Tapi Minong punya kelebihan mempunyai mata bulat dan indah.

Minong teman Bima di luar Gengkor. Anaknya asyik dan mudah berbaur.

"Segitu juga, harus bersyukur. Intinya bisa masuk TV kan. Terus di bayar sepuluh ribu satu kali lewat, coba kalau lima puluh kali lewat, dapet lima puluh ribu, lumayan buat beli pulsa." desis Bima pada Minong yang polo mendengarkan perkataan Bima yang ngasal. 

Minong manggut-manggut. "Iya juga sih. Nanti Minong coba."

Bima tertawa dalam hatinya. Dasar Minong polos mau aja dikerjain. 

"Kapan pulang dari luar negri, makin ganteng aja." ucapnya sambil mengagumi sosok Bima. "Cewek-cewek sampai ngiler tuh dari tadi ngeliatin Mas Bima." nunjuknya ke seluruh ruang Cafe. Bima hanya tersenyum. Malas membahas perihal ini. Sudah biasa.

"Kemarin." ucapnya singkat. 

"Mau ketemu Ibu Luna, Minong antar ke ruangan."

Akhirnya Minong peka juga.

"Ayo."

Bima melangkah mengikuti Minong, dalam perjalanan ke ruang Luna mereka bercerita menenangkan zaman dulu. Bima untuk Minong adalah malaikat penyelamat nya, kalau tidak bertemu Bima, Minong mungkin tidak bisa pulang saat itu. Minong menjadi karyawan tetap di Cafe, berkat kerja kerasnya selama ini. Setelah sampai di sebuah pintu Minong mengetuk dan membuka knop pintu, wanita paruh baya duduk dengan santai di depan laptop. 

Bima masuk, Minong kembali bekerja. Tidak lupa Bima berterima kasih pada wanita itu. Ia masuk tapi Mommy-nya masih belum sadar akan keberadaanya. Bima melangkah pelan mendekati meja Luna. 

"Sibuk banget, Mom. Sampai gak sadar Bima ada." kata Bima. 

"Biboy, kamu sama siapa kesini, sorry Mommy lagi cek e-mail." Luna beringsut dari kursinya memeluk kedatangan Bima. Lalu kembali duduk, berhadapan.

Biboy lagi, Biboy lagi, ucapnya dalam hati. 

"Sendirian. Jangan terlalu fokus sama kerjaan Mom, serahin aja semua ke Nabila. Mommy diam saja di rumah. Jangan terlalu diforsir bekerja. Jaga kesehatan."

Bima sekilas melihat ruangan Luna begitu minimalis dan rapi. Ada beberapa foto terpampang di dinding ruangan, dan di meja kerja juga ada. Foto kebersamaan keluarga besar mereka. Ada foto masa kecil, serta liburan ke luar negeri dan banyak lagi.

"Mommy juga maunya begitu tapi kamu tahu sendiri, Nabila masih kuliah."

"Kalau begitu gaji orang aja."

"Kamu itu kayak Daddy kamu, minta serahkan ke orang. Mommy gak mau sembarang orang, Sayang. Zaman sekarang itu susah cari orang yang dipercaya. Mommy masih trauma cabang Mommy yang di Malang dan Makassar, orang kepercayaan Mommy malah menipu abis-abisan. Sampai rugi bandar." ujar Luna, sembari memeriksa beberapa e-mail di layar laptopnya. 

Malang? Bima baru tahu kalau CSN&N ada cabang juga di sana. Apa selama ini Mommy masih berhubungan dengan keluarga Clara.

"Mommy punya cabang juga di Malang?" Luna menghentikan pekerjaannya memandang Bima. Anaknya memang tidak tahu kalau Luna punya cabang di Malang, karena saat itu Bima berada kuliah di Jerman. Luna sengaja membuka cabang di sana, sembari mencari keberadaan Nita sahabat mereka. Tapi hasilnya nihil. Mereka tidak pernah ada, hilang begitu saja. Semenjak Arga meninggal, Nita dan keluarga pindah rumah. Sampai detik ini pun mereka masih belum menemukannya. 

"Punya, sudah tiga tahun lalu." balasnya. 

"Selama itu?" Luna mengiyakan. 

"Kamu masih memikirkan Clara?" Luna berhati-hati bertanya, ia bukan bermaksud mengingatkan masa lalunya tapi memang ini hal yang ingin Luna tanyakan sejak dulu. "Masih belum Move on?"

Bima tampak datar. "Bima sudah Move on. Udah gak lagi mikirin dia." bohongnya. Bima tidak mau membuat khawatir Mommy-nya karena masalah percintaannya yang begitu membekas dan membuat luka di hatinya robek begitu saja. Luna tahu kalau Bima bohong. Insting seorang Ibu tidak pernah salah. Ikatan batin Luna dan Bima sangat erat. Meskipun bukan darah dagingnya sekalipun.

"Jangan mencarinya lagi, lupakan dia. Cari wanita lain, belajar mencintai seseorang meski sulit. Mommy mau kamu bahagia."

Mendengar ucapan Luna. Bima jadi sangat bersalah selama ini. Mommy-nya sangat memikirkan kebahagian Bima dan ingin melihat dirinya bisa mencintai seseorang. 

Bima sadar hal itu. 

Ia juga ingin mencobanya.

Tapi sangat sulit. Masih belum menemukan sosok yang membuat Bima penasaran dan nyaman. Bima tidak butuh sosok wanita yang cantik yang penting wanita itu bisa membuat hati Bima nyaman dan bisa mengobati lukanya perlahan.

"Bima akan berusaha bahagia dengan seseorang, Mommy jangan khawatir."

"Mommy yakin cepat atau lambat kamu akan menemukan wanita yang akan membuat kamu jatuh cinta lagi."

"Bima berharap begitu."

***

Sampai sini ada yang sudah tebak alur atau isi ceritanya bakal bagaimana?

Kalau masih penasaran tunggu kelanjutannya ya. 

Terima kasih.

Terpopuler

Comments

Fitri Lin

Fitri Lin

jd hana itu adiknya clara ya... yg dri kecil diasuh ma keluarga lain..ehmmm...gitu... tinggal nunggu aja apa yg nyebabin clara menghilang...

2020-10-28

1

Nova Zariah Putri

Nova Zariah Putri

Clara kemna sich Thor kok ngilang gtu jdi penasaran

2020-10-22

1

Naoki Miki

Naoki Miki

haii mampir yuk ke krya q 'Rasa yang tak lagi sama'
cuss bacaa jan lupa tingglkan jejaakk🤗
tkn prfil q ajaa yaa😍
vielen danke😘

2020-10-20

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Kepulangan Bima
3 Gadis Kecil
4 Interview
5 Bertemu
6 Hari Pertama
7 CEO dan Sekretaris
8 Pertemuan Pertama
9 Nyirnyir
10 Keluh Kesah
11 Pesona
12 Bos Tidak Peka
13 Pejuang Cinta
14 Peduli dan Perhatian
15 Perawan Jomblo
16 Makan Siang Bersama
17 Surat Undangan
18 Acara Keluarga Bima
19 Pikiran
20 Tidak Hadir
21 Rumah Bos
22 Boncengan
23 Pesta dan Pertemanan
24 Help Me
25 Superhero Galak
26 Bocil
27 Taman Komplek
28 Ketemu Lagi
29 Terkejut
30 Informasi
31 Berhenti dan Melupakan
32 Mie instan
33 Cemburu (?)
34 Acara Kondangan
35 Kenangan Masa lalu
36 Ke Rumah Calon Jodoh
37 Rumah Winajaya
38 Makan Malam Berdua
39 Minta Izin
40 Pameran
41 Sepupu Adam
42 Status
43 Bima Galau
44 Pergi Menonton
45 Minta Maaf
46 Malam Panjang
47 Rasa Sakit Dimasa Lalu
48 Mantan
49 Memastikan Perasaan
50 Cupcake
51 Jepang
52 Fakta
53 Miyuki
54 Hanabi
55 Ungkapan Perasaan
56 Pulang
57 Butuh Waktu Sendiri
58 Surat Terakhir Clara
59 Selesai
60 Kenalan Lama
61 Alisha
62 Gosip
63 Waspada
64 Mama Papa
65 Tyana
66 First Date
67 Pajak Jadian
68 Hilang
69 Nekat
70 Ke Mall
71 Mantan Bima
72 Dalang Gosip
73 Dokter Saka
74 Nita & Saka
75 Bukti
76 Berkumpul
77 Terulang Kembali
78 Kabur
79 Tertangkap
80 Posesif
81 Kejutan
82 Asisten
83 Kembali Bekerja
84 Dua Keluarga
85 Lamaran
86 Wanita Iblis
87 Banyak Godaan
88 Bridal Shower dan Pingitan
89 Keluarga Luna
90 German Family
91 Pernikahan
92 Mesum
93 Pengantin Baru
94 Honeymoon : Santorini
95 Sunset
96 Apartemen
97 Kembali bekerja
98 Aneh
99 Hamil
100 Bima Ngidam
101 Cucu Kembar
102 Hewan Peliharaan
103 Mengancam
104 Hana Iri
105 Anniversary Perusahaan
106 Anniversary Perusahaan (2)
107 Bosan
108 Dejavu
109 Oleh-oleh
110 Cek Kandungan
111 Menjamu Mantan
112 Bebas
113 Kedatangan Fando
114 Kenangan Manis
115 Rindu
116 Orang Asing
Episodes

Updated 116 Episodes

1
Prolog
2
Kepulangan Bima
3
Gadis Kecil
4
Interview
5
Bertemu
6
Hari Pertama
7
CEO dan Sekretaris
8
Pertemuan Pertama
9
Nyirnyir
10
Keluh Kesah
11
Pesona
12
Bos Tidak Peka
13
Pejuang Cinta
14
Peduli dan Perhatian
15
Perawan Jomblo
16
Makan Siang Bersama
17
Surat Undangan
18
Acara Keluarga Bima
19
Pikiran
20
Tidak Hadir
21
Rumah Bos
22
Boncengan
23
Pesta dan Pertemanan
24
Help Me
25
Superhero Galak
26
Bocil
27
Taman Komplek
28
Ketemu Lagi
29
Terkejut
30
Informasi
31
Berhenti dan Melupakan
32
Mie instan
33
Cemburu (?)
34
Acara Kondangan
35
Kenangan Masa lalu
36
Ke Rumah Calon Jodoh
37
Rumah Winajaya
38
Makan Malam Berdua
39
Minta Izin
40
Pameran
41
Sepupu Adam
42
Status
43
Bima Galau
44
Pergi Menonton
45
Minta Maaf
46
Malam Panjang
47
Rasa Sakit Dimasa Lalu
48
Mantan
49
Memastikan Perasaan
50
Cupcake
51
Jepang
52
Fakta
53
Miyuki
54
Hanabi
55
Ungkapan Perasaan
56
Pulang
57
Butuh Waktu Sendiri
58
Surat Terakhir Clara
59
Selesai
60
Kenalan Lama
61
Alisha
62
Gosip
63
Waspada
64
Mama Papa
65
Tyana
66
First Date
67
Pajak Jadian
68
Hilang
69
Nekat
70
Ke Mall
71
Mantan Bima
72
Dalang Gosip
73
Dokter Saka
74
Nita & Saka
75
Bukti
76
Berkumpul
77
Terulang Kembali
78
Kabur
79
Tertangkap
80
Posesif
81
Kejutan
82
Asisten
83
Kembali Bekerja
84
Dua Keluarga
85
Lamaran
86
Wanita Iblis
87
Banyak Godaan
88
Bridal Shower dan Pingitan
89
Keluarga Luna
90
German Family
91
Pernikahan
92
Mesum
93
Pengantin Baru
94
Honeymoon : Santorini
95
Sunset
96
Apartemen
97
Kembali bekerja
98
Aneh
99
Hamil
100
Bima Ngidam
101
Cucu Kembar
102
Hewan Peliharaan
103
Mengancam
104
Hana Iri
105
Anniversary Perusahaan
106
Anniversary Perusahaan (2)
107
Bosan
108
Dejavu
109
Oleh-oleh
110
Cek Kandungan
111
Menjamu Mantan
112
Bebas
113
Kedatangan Fando
114
Kenangan Manis
115
Rindu
116
Orang Asing

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!