Jimmy memasangkan sabuk pengaman Alia. Berbeda dengan biasanya, kali ini Alia duduk di kursi depan berdampingan dengan kursi kemudi. Wanita itu tidak banyak protes. Kabut ketakutan masih menyelimuti jiwanya. Buliran bening terus saja membanjiri pipinya. Tubuhnya masih bergetar hebat. Tak semudah itu ia bisa melupakan kejadian menakutkan tadi. Pandangannya kosong mengarah ke depan. Sungguh Jimny menjadi sangat prihatin dengan kondisi wanita itu.
Tanpa bertanya banyak kepada Alia, Jimmy melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Ia tidak ingin membuka pembicaraan sebelum Alia sendiri yang memulainya. Pria itu seakan memberi ruang kepada Alia untuk menenangkan pikirannya.
"Haaa..uuus.." Ucap Alia lirih. "A-aku..ha..us.." Ucapnya lagi terbata.
"Minum ini, Nona.." Jimmy mengulurkan sebotol air mineral kepada Alia. Alia melirik takut, tanpa menoleh kearah Jimmy ia meraih botol itu dan meminum airnya. Tenggorokannya yang terasa mengering, kini telah basah terlewati aliran air. Kemudian ia kembali terdiam menatap sendu ke luar jendela.
"Terima kasih, Jim.." Kalimat itu lolos begitu saja setelah lima belas menit lamanya ia berdiam diri.
"Terima kasih untuk apa, Nona?" Tanya Jimmy yang pandangannya masih fokus ke depan.
"Terima kasih karena kamu telah menyelamatkanku..kalau saja tadi kamu tidak ada disitu mungkin aku sudah......."
Kalimat Alia tercekat. Dadanya naik turun seakan menahan gunungan ketakutan akan memori kecil dari otaknya yang kembali mengingat peristiwa pelecehan yang hampir saja menimpa dirinya. Ia menutup mulutnya rapat-rapat agar Jimmy tidak bisa mendengarkan isakannya.
"Nona Zalia..sekarang Anda sudah aman, Anda tidak perlu takut lagi. Dan...Anda tidak perlu berterima kasih, karena jika bukan Anda pun saya juga akan melakukan hal yang sama." Ucapnya tulus sesekali melirik ke arah Alia.
"Jim..." Panggil Alia dengan lirih, suara wanita itu sudah terdengar sedikit lebih normal dari sebelumnya.
"Iya, Nona.."
"Bolehkah aku menanyakan sesuatu?" Alia menoleh ke arah Jimmy.
"Silakan Nona.."
"Kenapa kamu tidak hadir saat pernikahanku dan Aufar?"
DEG
Jimmy merasa kikuk. Sering kali ia dihadapkan dengan perasaan seperti melewati jalan buntu ketika berbicara dengan wanita yang sudah menjadi istri dari atasannya itu. "Apa yang harus aku katakan? Haruskah aku jujur saat ini? Tidak..tidak...! Aku tidak boleh melakukannya." Gumam Jimmy dalam hati.
Merasa tidak mendapat jawaban Alia terpaksa menyentuh lengan kekar Jimmy yang terbungkus kemeja panjang berwarna abu-abu itu. "Jim.." Panggilnya lagi, sehingga menyadarkan Jimmy dari pergelutan pikirannya sendiri.
"I-iya, Nona...Maaf saya tidak bisa hadir di acara pernikahan boss dan Nona karena ada pekerjaan penting yang harus saya selesaikan." Elak Jimmy tanpa memandang ke arah Alia.
"Sepenting itukah?" Alia menyipitkan kedua matanya terus menatap wajah kikuk Jimmy.
"Maksud Nona?" Jimmy berpura-pura tidak faham. Ia menggenggam erat kemudinya menahan kecanggungan.
"Bukannya waktu itu kamu bilang hubunganmu dengan Aufar sudah seperti sahabat? Tidakkah persahabatan kalian sejauh itu? Sehingga kamu lebih mementingkan pekerjaanmu?" Desaknya semakin memojokkan Jimmy di ujung jalan buntu.
"Aku harus jawab apa?" Batin Jimmy. Dikala dilema menyerangnya. Nada dering ponselnya menyelamatkannya dari posisi terjepit itu.
"Maaf Nona, saya harus terima telepon ini sebentar." Jimmy tersenyum tidak enak agar Alia tidak tersinggung. Lalu Alia mengangguk tanda setuju.
"Iya, Boss...okay, okay, gua kesana sekarang juga." Jimmy mengakhiri panggilannya ketika seseorang di seberang sana menyelesaikan pembicaraan mereka.
"Aufar?" Selidik Alia. Jimmy menganggukkan kepalanya mengiyakan pertanyaan Alia.
"Boss minta kita kembali ke hotel, Nona."
"Baiklah.." Alia pasrah dan melupakan pertanyaan yang tidak sempat dijawab oleh Jimmy tadi.
"Untuk saat ini lu jadi malaikat penyelamat gua, Boss." Batin Jimmy. Pria tampan bertubuh tinggi itu mengulum senyuman sambil melajukan mobilnya dengan kecepatan yang lebih tinggi.
***
Aufar terlihat mondar mandir seperti seterikaan di halaman parkir hotel. Beberapa kali ia berdecak halus karena menantikan kedatangan Jimmy yang tak kunjung tiba di sana. Kemeja hitam yang ia gunakan tak lagi terpasang rapi ditubuhnya karena merasa frustasi tidak bisa menemukan sang istri. Rambutnya terlihat acak-acakan dan kedua matanya memerah karena terbingkai cairan bening yang sudah siap tumpah dari bendungannya.
Beberapa saat kemudian, perlahan tapi pasti Jimmy memarkirkan mobilnya di halaman hotel. Menyadari hal itu, Aufar berjalan ke arah mobil Jimmy agar mereka bisa langsung melanjutkan misi pencarian Alia. Namun perlahan raut wajahnya terlihat terkejut ketika melihat Jimmy dan Alia keluar dari mobil itu secara bersamaan. Pasalnya Jimmy tidak mengatakan apapun soal Alia ketika ia menelponnya tadi.
"Sayaaang..." Aufar menghambur memeluk tubuh mungil istrinya. Memberikan dekapan hangat yang semakin lama semakin mengerat.
"Mas...uhuk..uhuk..aku tidak bisa bernafas." Keluh Alia sambil menggeliat ingin melepaskan tubuhnya. Lalu Aufar segera meregangkan pelukannya dan memegang kedua pundak Alia.
"Maaf, maaf Sayang..aku sangat mengkhawatirkan mu.." Ia merangkum wajah sendu sang istri menatap manik mata bulat yang baru saja tiga jam meninggalkannya, namun terasa berhari-hari bagi Aufar.
"Kamu baik-baik aja kan, Sayang? Kamu darimana saja, hem? Aku sudah mencari kemana-mana tapi tidak bisa menemukan keberadaan mu? Dan bagaimana kamu bisa bertemu dengan Jimmy?" Aufar melemparkan pertanyaan beruntun itu tanpa jeda sambil melirik ke arah Jimmy.
"Sebaiknya lu bawa istri lu ke kamar deh boss, dia butuh istirahat." Sela Jimmy memotong perbincangan antara pasangan pengantin baru itu. Aufar sontak menoleh ke arah Jimmy.
"Lu tunggu gua disini! Gua bawa Alia ke kamar dulu. Gua butuh penjelasan lu!" Aufar berkata tegas selayaknya seorang atasan dan bawahan. Ia memapah tubuh lemah istrinya kembali ke kamar mereka meninggalkan Jimmy mematung bersandar di samping mobilnya.
Setelah memastikan Alia tertidur dengan nyenyak, Aufar kembali ke bawah untuk menemui Jimmy di halaman parkir hotel.
"Gimana ceritanya lu bisa ketemu bini gua?" Aufar bersandar pada badan mobil Jimmy menatap lurus ke jalan raya.
"Tadi tu bini lu hampir aja dilecehin tau." Jimmy menjawab dengan tampang sok cool nya.
"Apa?? Siapa yang udah berani ngelakuin hal kotor itu ke bini gua?" Aufar berdiri tegak menghadapkan tubuhnya ke Jimmy dengan tatapan nanar.
"Biasa..preman jalanan. Untung aja tadi gua melintas disitu. Tadinya mau beli minuman ama pedagang asongan. Eeeh malah ketabrak ama bini lu. Elu tu seharusnya enggak ngebiarin bini lu keluar sendirian. Gimana sih lu, Boss?" Jelas Jimmy panjang lebar dan secara tidak langsung memojokkan Aufar.
Kalimat Jimmy seolah memberi tamparan keras pada Aufar. Ia menyadari bahwa semua itu bisa terjadi karena keteledoran dan kelalaiannya sebagai seorang suami. Belum genap satu hari satu malam ia menghalalkan Alia, namun wanita itu sudah dirundung masalah.
"Seharusnya gua enggak ninggalin dia sendirian di lobby hotel tadi." Lirih Aufar, wajah tampannya terlihat sendu menyadari kesalahannya.
"Lebih becusan juga gua jagain dia dibanding elu Boss. Kedepannya kalo lu enggak bisa jagain bini lu itu, jangan salahin kalo gua rebut dia dari elu...Haha..." Canda Jimmy ditengah insecure-nya dokter muda itu.
"Jaga mulut lu woi..!" Aufar menatap Jimmy dengan tatapan membunuh.
"Becanda kali Boss, serius amat lu." Jimmy menutup mulut dengan sebelah tangannya. Namun dalam hatinya siapa yang tahu.
"Tapi gua yakin, ada seseorang dibalik kejadian ini." Aufar kembali mengingat perkataan security hotel dan menceritakan kronologi peristiwa itu kepada Jimmy.
"Lu harus selidiki soal kasus ini, Jim. Gua yakin semua ini udah direncanain!! Gua tunggu laporan lu secepatnya. Gua enggak mau, kalo Alia ampe terluka."
"Beres Boss, serahin aja ke gua. Ya udah, gua cabut dulu. Lu balik sana ke kamar, gua enggak mau ngerusak malam pertama lu." Jimmy tersenyum usil dan menaik-naikkan kedua alisnya, lalu masuk ke dalam mobil dan meninggalkan Aufar di halaman hotel.
Bersambung..
Like, komen, rate 5, dan votemu adalah semangatku gengs🥰 Jangan lewatkan ya😁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Siti Rohana
bersyukur Alia selamat
2021-04-24
0
Little Peony
Like like like
2021-03-29
0
MyNameIs
Bener juga Jimmy, baru nikah Bini Nye udah mau dapat bahaya aja,,, nasib baik ada yang nolongin,,,
2021-03-20
1