Ketika pintu kamar dibuka, tampaklah wajah polos Alan menyeringai tanpa merasa berdosa. Remaja itu tidak tahu bahwa ada hasrat yang telah dipatahkan ketika harus membukakan pintu untuknya.
"Ada apa, Dek?" Tanya Aufar yang berusaha menguasai emosinya. Semoga saja si Alan tidak bernasib sama seperti Abang Pizza kemarin malam ya. Aamiin. 😁
"Maaf mengganggu ya, Kak.." Ucap Alan sambil cengengesan, nampaknya anak cerdas itu sudah menangkap kekesalan yang tersembunyi dibalik wajah datar kakak iparnya.
"Udah tahu ganggu, Dek, Dek, tapi masih aja nekat buat ngetuk pintu." Cebik Aufar dalam hati. Hanya di dalam hati ya gengs.
"Iya enggak papa," Jawab dokter tampan itu sok berlapang dada. "Tapi Juniorku ini yang jadi masalah." Pekiknya di dalam hati.
"Itu loh, Kak. Di depan ada yang nyariin Kakak." Jelas Alan sembari menunjuk ke arah pintu keluar yang masih tertutup rapat.
"Laki-laki?" Tanya Aufar lagi sambil menggaruk-garuk kepalanya.
"Bukan Kak, Perempuan." Lalu Alan mendekatkan bibirnya ke telinga Aufar. "Cantik loh, Kak." Sepertinya anak itu sengaja berbisik agar suaranya tidak terdengar oleh Alia yang masih berbaring di atas tempat tidur.
"Kamu ini, kayak udah ngerti aja sama cewek cantik. Ya udah, kamu duluan gih..nanti Kakak nyusul!" Instruksi Aufar kepada Alan setelah mengacak lembut pucuk kepala adik iparnya itu.
Setelah Alan beranjak dari sana, Aufar kembali masuk ke dalam kamar untuk meminta izin kepada istrinya. Ia berjongkok di pinggir kasur, meraih tangan mulus sang istri dan mengecupnya bertubi-tubi.
"Sayang..maaf ya, pembelajaran hari ini sampai di sini dulu." Ucap Aufar yang sebelah tangannya membelai lembut pucuk kerudung Alia.
"Maksudnya private kissing class-nya?" Alia tersenyum malu setelah mengatakan sepenggal kalimat memalukan yang tidak terencana tersebut.
"Anggap saja begitu, but for the next meeting, bakal aku kasi materi simulasi." Aufar berkata lirih di telinga Alia, lalu mengelus lembut bibir manis yang semakin menggodanya itu.
"Kamu sekarang istirahat ya. Aku keluar dulu, Alan bilang ada seseorang yang ingin bertemu denganku di depan." Aufar menarik selimut dan membalutkannya pada setengah tubuh sang istri. Tentu saja Alia mengangguk patuh akan perintah suaminya. Mulai saat ini, kepada Aufar lah semua pengabdiannya tertuju.
Aufar beranjak dari duduknya dan berlalu meninggalkan Alia setelah mengecup kening bening wanitanya itu.
Ia melewati ruang tamu yang masih dihuni oleh keluarga besarnya. Namun tidak dengan Pak Harry dan Ibu Nana. Mereka berdua sudah bertolak ke unit apartemen yang di tempati Alia, untuk beristirahat. Sedangkan Alan, ia masih betah di sana karena asyik bermain bersama dua krucil lucu dan menggemaskan.
Perlahan Aufar membuka pintu apartemennya, dia sangat penasaran, wanita seperti apa yang dibilang cantik oleh adik iparnya itu. Setelah pintu terbuka lebar, tampaklah sosok seorang wanita yang sedang memunggunginya. Jika diperhatikan dari postur tubuhnya, Aufar sangat mengenali sosok ini.
"Fana..." Exactly. Wanita itu adalah Ghifana Aurora.
Mendengar namanya disebut, Fana sontak membalikkan badannya. Ia tersenyum merekah melihat Aufar yang dengan senang hati membukakan pintu untuknya. Ia menghambur memeluk tubuh tegap Aufar tanpa rasa malu.
"Beb, aku kangen kamu.." Bisiknya manja di telinga Aufar. Dokter tampan itu tersentak, kaget pastinya.
Kekesalannya semakin naik ke ubun-ubun. Hasrat yang memuncak terus melambung hingga ke otak besarnya. Denyutan yang diciptakan oleh puluhan saraf yang menari di kepalanya, sungguh menyiksa akibat hasrat yang tidak tersalurkan tadi. Tentu saja hal itu semakin membuat Aufar tak bisa berpikir jernih.
Ia mendorong kasar tubuh Fana hingga tubuh model wanita itu hampir terjatuh ke lantai. Beruntung pertahanannya kuat, tapi bukan sekuat macan ya🤭. Biskuat dong!!!
"How dare you!" Aufar terlihat murka. Berani-beraninya wanita pengkhianat ini datang ke apartemennya.
"Aku sudah pernah mengingatkanmu untuk berhenti mengganggu kehidupanku, Fana! Berhenti lah menemuiku! Di antara kau dan aku sudah tidak ada apa-apa lagi. It's over. Why don't you understand?" Cerca Aufar menggebu-gebu, emosinya sudah tak tertahankan lagi.
Mendengar keributan di pintu depan, tentu saja mengundang perhatian Papa Fahri, Mama Yani, Kak Fira dan Kak Farun. Mama Yani segera menghampiri Aufar yang masih berdiri di muka pintu.
"Ada apa ini, Far? Kenapa ribut-ribut?" Tanya Mama Yani yang baru saja mendekati anak bungsunya. Mimik wanita paruh baya itu, tiba-tiba berubah terkejut ketika melihat wanita yang sedang berdiri di hadapan Aufar.
"Fana...kamu...! Bagaimana kamu bisa berada di sini? Ayo masuk. Aufar, kenapa Fana tidak diajak masuk?" Mama Yani yang tidak mengetahui pokok permasalahannya, tiba-tiba saja menggandeng tangan wanita ular itu dan mengajaknya duduk di sofa bergabung bersama dengan yang lainnya.
Aufar berdecak kesal. Kenapa dia harus lepas kendali sehingga kemarahannya terdengar oleh Sang Mama. Laki-laki itu mau tidak mau menyusul sang Mama ke ruang tamu. Tatapan macannya tertuju fokus pada sosok Fana.
Tidak ada yang berubah dari keluarga Aufar. Mereka tetap menganggap Fana sebagai wanita baik-baik. Fana yang anggun, lemah lembut, berhati mulia, cerdas dan banyak lagi sifat-sifat terpuji yang mereka rekam dari sosok seorang Ghifana Aurora. Yang dulu pernah mereka harapkan sebagai pendamping hidup Aufar di masa depan. Hanya saja, skenario Tuhan lebih indah, membuat Aufar dan Fana tidak berjodoh.
"Kamu apa kabar, nak? Bagaimana bisa berada di sini? Lalu, bagaimana kabar kedua orang tuamu? Kami sudah lama tidak bertemu dengan mereka." Pertanyaan beruntun dari Mama Yani untuk Fana.
"Alhamdulillah, baik Tante. Kedua orang tuaku juga sangat baik. Sudah lama kita tidak bertemu ya, Tan?"
Jawaban sok manis wanita ular itu semakin membakar telinga Aufar. Ingin rasanya ia menarik rambut panjang wanita itu dan menyeretnya keluar dari apartemen ini. Namun sayangnya, Fana itu seorang wanita. Ia tidak mungkin melakukannya.
Kalian pasti penasaran kan kenapa keluarga Aufar tetap bersikap manis kepada Fana? Jawabannya adalah karena dokter muda, tampan, dan baik hati itu tidak pernah mengatakan aib Fana kepada keluarganya. Termasuk penyebab berakhirnya hubungan di antara mereka. Jadi, keluarga Aufar menganggap bahwa kandasnya hubungan mereka hanya karena masalah ketidakcocokan saja.
Kalimat-kalimat manis diiringi canda tawa sebagai penghapus rasa rindu telah mereka haturkan. Awalnya Mama Yani juga memberitahu Fana bahwa Aufar sudah menikah dua hari yang lalu. Fana berpura-pura terkejut mendengarnya, padahal ia sendiri telah mengetahui kenyataan yang tidak sesuai dengan harapannya itu.
Mereka semua larut dalam melodi lama yang sudah terkubur bersama pengkhianatan wanita ular itu di mata Aufar. Lebih-lebih lagi, Fana hampir melupakan sosok yang berada di ruang tengah yang hanya bersekat tirai tembus pandang itu. Jimmy.
Sejak awal kehadiran wanita berbisa itu tak lepas sedikitpun dari tatapan mautnya. Aufar yang menyadari sorot bermakna mata Jimmy, membuatnya beranjak dan menghampiri asisten pribadinya itu.
"Elu tau kan apa yang harus lu lakuin?" Tanya Aufar kepada Jimmy sambil bersendekap.
Jimmy yang telah memahami bahasa tersirat boss-nya itu lantas bangkit dan berjalan menuju ruang tamu.
Menyadari keberadaan Jimmy yang berdiri tegap di hadapannya, Fana sontak terkejut seperti seorang nenek-nenek yang sedang latah. Raut ketakutan terpampang nyata di wajah cantiknya. Keringat dingin seketika itu juga bercucuran membasahi anak rambutnya.
"Mari, Nona Fana..Bukankah Anda meminta saya untuk mengantarkan Anda ke rumah sakit?" Ucap Jimmy dengan sopan dan senyuman hangatnya.
Fana yang mulai memahami arah pembicaraan Jimmy, tak ingin berkilah lagi. Macan berkepala manusia telah berdiri tegap di hadapan dan kapan saja siap untuk memangsa tubuh langsingnya. Sudah bisa dipastikan dalam waktu kurang dari sepuluh menit seluruh dagingnya tersikat habis oleh sang macan. Apalagi bobot tubuhnya yang tidak lebih dari 45 kg itu.
Tanpa banyak tingkah, Fana menganggukkan kepalanya, lalu pamit undur diri kepada keluarga besar Aufar dan keluar beriringan dengan Jimmy. Sekali lagi, Jimmy membalikkan tubuhnya sebelum bayang-bayangnya lenyap di balik pintu.
"Akhirnya aku menemukan laki-laki itu." Batinnya, kemudian berlalu meninggalkan unit milik Aufar.
Ketika ia rasa cukup aman dan jauh dari pandangan orang-orang, Jimmy menarik pergelangan tangan Fana dan mendorong tubuh langsingnya menempel ke tembok.
"Jangan membuatku berlaku kasar padamu, Fana. Apa tujuanmu datang ke apartemen Aufar?" Tanya Jimmy.
Fana yang merasa tubuhnya terkunci oleh tubuh kekar asisten pribadi Aufar itu, hanya bisa menunduk ketakutan.
"A..aku..aku hanya i..ingin menemuinya saja, Jim." Jawab Fana dengan suara terbata.
"Bohong!! Pekik Jimmy. Membuat Fana menutup kedua telinganya.
"Kau semakin nekat saja, Fana. Aku tahu jika insiden terkuncinya Alia di dalam toilet tadi adalah ulahmu." Mendengar perkataan Jimmy, Fana sontak mendongakkan kepalanya karena tubuh Jimmy yang jauh lebih tinggi darinya.
"Ba..bagaimana kau bi..bisa tahu? Tanyanya masih terbata menatap manik mata merah menyala milik Jimmy.
"Tidak penting bagaimana aku bisa tahu, Fana. Listen to me, Jika sekali lagi kau mencoba menyakiti Alia, maka kau akan berurusan denganku, Dokter Fana yang terhormat."
Kali ini Jimmy benar-benar mengatakan isi hatinya. Sorot mata tajam itu tak lepas dari wajah Fana yang sedari tadi bermandikan keringat dingin.
"Temui aku di tempat biasa!" Perintahnya, kemudian ia berlalu meninggalkan Fana sebelum mendengarkan respon apapun dari mulut berbisa wanita ular itu.
"Da"n it!" Pekiknya setelah merasa tubuh Jimmy telah lenyap ditelan pintu lift.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Siti Rohana
fana fana klo deket gw Jambak rambut loo
2021-04-25
1
Nofi Kahza
hadeh..fana minta di lempar ke laut mati. heran gw. dh tau aufar dh nikah masih aja kegatelan. dasar gk tw malu😡
2021-03-14
1
Be___Mei
di fana emang macan kok thor, macam betina yang suka gangguin laki orang 😑😑😑😑😑
2021-01-17
1