Alia tercengang. Bibirnya kelu perlahan pucat pasi hampir tak beraliran darah. Lipstick yang tadinya merona sempurna kini memudar bagai ditelan kabut biru bahkan abu-abu. Dipandangnya orang-orang di sekitar, Ayah, Ibu, Alan dan beberapa wajah baru hadir disana dengan senyuman bahagia disetiap sudut bibir mereka. Alia kembali menatap wajah laki-laki yang sejak hari ini sudah sah menjadi imamnya, ia mencubit pipi lembut laki-laki itu sekuat tenaga.
"Aw...sakit Sayang.." Pekikannya terdengar sangat nyata di telinga Alia. "Berarti ini bukan mimpi," batinnya.
"Apa yang kamu pikirkan? Kamu kira ini semua hanya mimpi?" Ah, bagaimana laki-laki ini bisa dengan cepat membaca pikirannya?
"Tadinya begitu," cebik Alia.
"Dimana-mana kalau mau memastikan mimpi atau bukan, harusnya kamu mencubit bagian dari tubuhmu sendiri, bukan orang lain, Sayang.." Jelasnya dengan suara lembut selembut hembusan angin.
"Benar juga kata orang ini," batinnya lagi. Lalu ia mencoba mencubit pipinya sendiri.
"Aduuuuh..beneran bukan mimpi."
Tingkah gadis polos itu berhasil membuat orang-orang disana sontak tertawa. Terlebih wanita paruh baya yang sudah melahirkan suaminya itu. Ia sudah sangat tidak sabar lagi untuk memeluk menantu kesayangan dari anaknya yang tersayang itu.
"Sudah...kalau mau main cubit-cubitan entar aja di kamar." Celetuk Pak Penghulu yang sedari tadi cengar-cengir melihat tingkah pasangan pengantin baru itu. Sepanjang sejarahnya menikahkan anak adam, baru kali ini ia menyaksikan tontonan lucu bak serial lawak di stasiun televisi nasional.
Acara selanjutnya adalah sungkeman, yang dimulai dari kedua orang tua pengantin laki-laki kemudian beralih kepada kedua orang tua pengantin wanita. Prosesi ini benar-benar berlangsung penuh khidmat dan drama dalam kutip bukan drama k*rea.
Alia menghampiri Mama mertuanya, berlutut di hadapan lutut si empunya dan mencium punggung tangannya. Ia bersimpuh memohon restu dari wanita luar biasa yang telah melahirkan sosok misterius bagai malaikat tanpa sayap baginya.
"Mama merestui kalian berdua. Semoga bahagia selalu, anak-anakku.." Mama mertuanya memeluk dan menghujani kecupan di setiap inci wajah Alia. Hal itu membuat Alia merasa sangat disayang. Jangan ditanya dimana letaknya air mata, karena saat ini aliran sungai di pipi sudah sangat pasang. Karena baginya yang berharga itu bukanlah uang asap atau pun mahar yang diberikan kepadanya, melainkan restu dan kasih sayang yang berlimpah.
Kemudian mereka bergeser ke hadapan seorang laki-laki paruh baya yang perawakannya masih sangat segar walaupun sebenarnya usianya sudah tak lagi muda.
"Selamat datang di keluarga kami, menantuku. Bagi kami kamu bukan hanya seorang menantu, tetapi putri di dalam rumah kami." Ia memberikan restunya kepada Alia dan mengelus lembut puncak kepalanya.
"Jaga istrimu baik-baik bro, jangan sampai sedikitpun kamu menyakitinya." Lanjut laki-laki itu sambil menatap putranya dengan mata yang berkaca-kaca. Hari ini merupakan hari yang sangat membahagiakan baginya. Ia benar-benar tidak menyangka bahwa putranya sudah menepati janji itu, janji seorang anak kepada orang tuanya.
"Barokallah untuk kalian berdua, Ayah akan selalu mendo'akan semoga kalian bahagia selamanya. Ayah titip Alia ya, nak. Jika suatu saat nanti kamu tidak mencintainya lagi, jangan katakan padanya, katakan saja pada Ayah, maka Ayah akan menjemputnya." Ucap Pak Harry kepada menantunya dengan cairan bening yang sudah membingkai kedua bola matanya. Tiada hari yang lebih berat bagi seorang Ayah selain hari dimana ia harus menyerahkan permata hatinya kepada sosok laki-laki yang telah menjadi imamnya.
"Itu tidak akan terjadi Ayah, aku sangat mencintai Alia dan akan selalu begitu, InsyaAllah." Ucap laki-laki itu ketika mencium punggung tangan mertuanya.
"Alia..ingat kata-kata Ibu! Apapun keadaannya kamu harus tetap berada di sisi suamimu, sesulit apapun itu."
Ibu Nana sudah tak bisa berkata banyak, perasaannya hanya terwakili oleh buliran bening kesucian lambang indah kasih sayang seorang Ibu kepada anaknya. Tak lupa pula ia memberi restu kepada menantunya yang setelah ini akan menjadi satu-satunya sosok yang akan menjaga Alia di kota besar ini.
Drama dalam tanda kutip bukan drama k*rea itu berakhir sudah. Setelah menjamu para tamu dengan hidangan terbaik, mereka berkumpul di halaman masjid yang telah menjadi saksi suci dari sebuah ikatan yang tak kalah sucinya.
Tampak raut kebahagiaan menyelimuti kedua keluarga itu dan beberapa orang di sana, namun tidak dengan sosok yang bersembunyi di balik jendela mobil yang letaknya tak jauh dari mereka. Sosok yang sejak tadi mengamati prosesi khidmat itu dari kejauhan. Sosok yang tidak senang melihat pasangan itu mengikat janji pernikahan dan sosok yang sudah menemukan alat pemantik untuk menyalakan api prahara.
"Hemm...ternyata itu wanita yang membuatmu menolak ku, sayang. Kita lihat saja..apa yang akan terjadi pada istri kesayanganmu itu." Senyuman busuk menyeringai di bibir manisnya.
***
Langit senja telah menampakkan aura jingga memesona. Burung-burung berkicau berterbangan hilir mudik kembali ke rumah pohonnya masing-masing. Tak terkecuali sepasang pengantin baru ini. Acara akad nikah yang digelar sederhana itu cukup menguras tenaga keduanya. Saat ini mereka sedang berada di sebuah kamar salah satu hotel bintang lima dengan kamar president suit sebagai kado dari mertua Alia.
"Kamu berhutang penjelasan kepadaku."
Alia melayangkan pernyataan dingin itu dengan wajah datarnya kepada sang suami yang baru saja keluar dari kamar mandi. Laki-laki itu tersenyum hangat dan menghampiri istrinya yang sedang duduk di atas sofa.
"Sayaang..."
Laki-laki itu menggenggam kedua tangan Alia. Kata ajaib penuh hipnotis itu seolah menjalar masuk melalui pori-pori terkecil dari lapisan kulit Alia, lalu masuk perlahan beriringan dengan aliran darah dari pembuluh nadinya sehingga mencapsi titik paling utama. Jantungnya berdetak tidak karuan. Suhu badannya pun mendadak terasa panas dingin.
"Padahal tadi laki-laki ini juga sempat mengucapkan kata itu di hadapan orang banyak. Tetapi kenapa sekarang rasanya berbeda? Oh jantung, tetaplah di posisimu," batin Alia.
"Tanyakan lah apapun yang ingin kamu ketahui. Aku akan menjawabnya sebisaku, insyaAllah." Ucap laki-laki itu dengan tatapan penuh dambanya yang tidak berubah ketika berhadapan dengan Alia.
"A-aku..." Alia menundukkan pandangannya. Pesona laki-laki ini masih sangat kuat dan mengikat bagian terapuhnya. Perasaan yang sekian kali ia tepis keluar angkasa ternyata mengguyur tubuhnya seketika bak hujan keberkahan cinta.
"Sayang..." Mengangkat dagu Alia sehingga menatap wajah tampannya.
"Maafkan aku..tolong berdamai lah dengan masa lalu. Kita mulai semuanya dari awal. Aku mungkin bukanlah manusia terbaik di dunia ini. Namun aku akan selalu berusaha menjadi yang terbaik untukmu."
Lagi-lagi kalimat laki-laki ini menyihir logika Alia yang tadinya memberi tekanan penolakan berubah menjadi penerimaan karena etiket baik yang sudah ia tunjukkan. Usaha yang benar-benar terniat, membuat Alia jatuh cinta berkali-kali dengan sosok misterius ini.
"A-aku juga minta maaf, Mas. Aku menyadari bahwa dulu aku sangat egois, lebih tepatnya lagi labil sehingga aku tidak bisa melihat betapa besar dan tulusnya perasaanmu kepadaku. Emosi menguasai diriku, gengsi dan sifat kekanak-kanakan yang aku miliki malah menjadi boomerang tersendiri bagi diriku. Aku terima hubungan ini mas, insyaAllah aku ikhlas. Namun aku butuh waktu mas, ini sungguh sangat mengejutkan bagiku. Aku harap kamu bisa mengerti."
Senyum mengembang di bibir penuh laki-laki itu, kata-kata Alia adalah siraman air segar bagi hatinya yang telah lama gersang, gelisah, rindu, putus asa dan banyak lagi perasaan buruk lainnya. Hari ini semua itu terobati sudah. Keinginan menatap wajah ranum kekasih halalnya tanpa adanya tirai pemisah kini tercapai sudah.
"Terima kasih sayang. Terima kasih atas kebesaran hatimu. Aku sangat mengerti posisimu saat ini, pelan-pelan saja..lama-lama kamu juga akan terbiasa. Namun yang perlu kamu ketahui sejak dahulu, kini dan seterusnya aku akan selalu mencintaimu, Nyonya Aufar Dwi Anggara."
Alia tersenyum malu-malu mendengar julukan terbaru yang diberikan suaminya. Melihat wajah menggemaskan sang Istri, Aufar semakin tidak sabar ingin membenamkan tubuh mungil itu ke dalam dekapannya. Namun ia harus tetap bersabar, pelan-pelan saja.
"Ya udah, kita sholat magrib yuk.." Ajak Alia yang sudah mulai salah tingkah.
Bersambung....
Jempol dimerahin ya sayang☺️ itu rate 5 tolong dipincit yah🤗 Thank you💞🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Ayuwidia
Pasangan pengantin baru yang bikin baper parah??? 😆😆😆 Dibalik kebahagiaan mereka, ada sepasang mata rubah yang mengintai ... Far, jangan sampai si rubah ciwi itu merusak hubunganmu dengan Alia.... 😬😬😬
2021-06-26
0
MyNameIs
Sebenernya gue tuh pen mewek waktu Ayahnya Alia ngomong begitu,,,, huaaaaaaa😭😭😭
Dari kemaren gue udah sok kuat, eh, tiba di sini ketemu lagi ma dialog itu,,, rasanya tuh,,, ...
2021-03-20
2
Nofi Kahza
ayolah..buruan cubit2an di lanjutin.. aku yg nonton dr kolong kasur🤣
meski milih kucing di dalam karung. setidaknya sekumuh2nya kucing. tetep aja hewan ksayangan nabi. 🥰🥰
2021-03-13
1