Cinta Untuk Aruna
Aruna semakin mempercepat langkahnya sambil sesekali melirik jam tangannya. Jam 08.35 pagi, itu artinya dia sudah terlambat lima menit.
Ini adalah hari pertama dia bekerja di sebuah perusahaan ternama di kotanya yang bergerak di industri fashion. Dia bersyukur mendapatkan pekerjaan ini meski hanya sebagai Cleaning Cervice. Mencari pekerjaan di jaman seperti sekarang ini susahnya seperti mencari jarum di tumpukan jerami.
Beruntung dia mendapatkan pekerjaan ini setelah kemarin dia di pecat dari cafe tempatnya bekerja.
Angkot yang ditumpanginya hari ini tiba tiba saja mogok di tengah jalan. Hingga terpaksa Aruna harus berjalan kaki menuju tempatnya bekerja saat ini. Untung saja perusahaan tempatnya bekerja itu jaraknya tidak terlalu jauh. Dalam beberapa menit saja dia pun sampai.
Setelah kepergian kedua orang tuanya Aruna harus berjuang sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Aruna adalah gadis manis yang lugu, secara mendadak menjelma menjadi seorang gadis yang mandiri dan pekerja keras.
Dengan terpaksa Aruna harus berhenti kuliah dan memilih menjadi tulang punggung keluarga. Demi Alika, adiknya yang masih duduk di bangku SMA dan masih membutuhkan biaya sekolah itu, Aruna harus kuat. Apapun pekerjaannya akan dia lakukan sepenuh hati, jika pekerjaan itu tidak merugikan dirinya.
The Royal Fashion
Sebuah perusahaan fashion ternama dengan produknya yang terbilang berkualitas dan selalu mendapatkan sambutan hangat di pasaran.
Saat ini tersiar kabar bahwa Direktur TRF saat ini sedang jatuh sakit. Dan untuk sementara waktu akan digantikan oleh putra tunggalnya yang baru saja menyelesaikan kuliahnya.
Nampak seorang wanita paruh baya dalam balutan busana modis itu tengah berdiri sambil memandangi seorang karyawan yang berdiri di hadapannya saat ini.
"Shanti ..." panggil wanita paruh baya nan modis untuk mengecek kehadiran karyawan baru di perusahaan itu, lebih tepatnya CS (Cleaning Cervice) baru.
Dia, Bu Diana, seorang kepala HRD. Dialah yang bertanggung jawab penuh atas kinerja karyawan TRF. Dia di beri hak untuk memecat karyawan yang menurutnya kurang maksimal dalam kinerjanya.
"Saya Bu." Sahut Shanti, yang berdiri tepat di hadapannya sejak tadi, sembari mengacungkan jempolnya.
"Aruna." Panggilnya lagi.
"Saya Bu ..." Sahut Aruna dari kejauhan sambil berlari lari kecil dengan nafas terengah - engah. Berjalan kaki ke perusahaan itu sudah cukup menguras tenaganya.
"Baru hari pertama bekerja tapi sudah berani datang terlambat. Bagaimana besok besok nanti." Omel Bu Diana dengan wajah kesalnya.
Sedikit kesal, bahkan ekspresi wajahnya kurang bersahabat kali ini.
"Maaf Bu. Tadi angkotnya mogok, jadi__" Ucapan Aruna terpotong.
"Ya sudah, hari ini saya maafkan. Besok jangan diulangi lagi ya? datang tepat waktu." Sela Bu Diana cepat.
"Baik Bu!" Jawab Aruna sambil menundukkan wajahnya dengan perasaan bersalah.
"Jaka." Panggil Bu Diana kemudian pada seorang karyawan lagi.
"Jaka." Panggilnya sekali lagi karena yang bernama Jaka tak kunjung menampakkan batang hidungnya.
Bu Diana kini menatap tajam kearah Shanti dan Aruna secara bergantian. Dahinya mulai mengerut. Dan kali ini sedikit menyeramkan.
"Ada yang bernama Jaka? Diantara kalian berdua ada yang tahu tidak siapa yang bernama Jaka?"
Aruna dan Shanti hanya saling menatap. Mereka berdua memang tidak tahu siapa yang bernama Jaka. Jangankan kenal, melihat wajahnya saja, belum pernah sekalipun.
Sedikit cerita, Aruna dan Shanti sudah berteman semasa SMA. Mereka berdua senasib. Sama sama dipecat dari cafe tempat mereka bekerja, dan sama sama mereka melamar pekerjaan di TRF. Untung saja keduanya diterima.
Tapi bedanya Shanti masih memiliki orang tua yang lengkap, sedangkan Aruna tidak memilikinya
Hari ini keduanya berangkat kerja sendiri-sendiri. Karena seperti biasa, sebelum berangkat kerja Aruna harus beberes rumah terlebih dulu. Bahkan harus menyiapkan sarapan untuk Alika adiknya, om dan tantenya, Teddy sepupunya, dan untuk dirinya sendiri meskipun terkadang sering dia lupakan.
Dari kejauhan tampak seseorang berlari menghampiri mereka. Seorang pemuda dengan penampilan yang jauh dari kata rapi, rambut acak-acakan, bahkan tali sepatunya pun belum terikat dengan benar.
"Saya Jaka Bu. Karyawan baru." Kata pemuda itu tanpa rasa bersalah sedikitpun sembari terburu-buru merapikan seragam dan rambutnya.
"Ya ampun ... Kamu tahu tidak ini sudah jam berapa? mana seragam kamu belum rapi, rambut masih acak acakan, bahkan kamu tidak merasa bersalah sama sekali. Padahal kamu datang sangat terlambat. Apa kamu serius mau bekerja?" Nada suaranya mulai meninggi dan matanya melotot seakan kedua bola mata itu ingin melompat keluar dari tempatnya.
Bu Diana pun mulai naik pitam. Wajahnya semakin membulat. Tubuhnya yang gen ... Eh bukan, padat berisi lebih tepatnya, akan terlihat semakin melebar saat sedang emosi seperti ini. Sekilas jadi mirip Doraemon kali ya?
"Maaf Bu, saya bangunnya kesiangan. Semalam saya harus memperbaiki genteng rumah yang bocor. Jadi hari ini saya terlambat. Sekali lagi maaf ya Bu?" Kata Jaka dengan santainya.
"Genteng bocor? memangnya tadi malam hujan? hujan dari mana di cuaca cerah begini? Kamu pikir saya baru pulang dari Amerika gitu, sampai saya tidak tahu menahu cuaca di negara saya sendiri. Ada ada saja." Sembari menggelengkan kepalanya. Sebuah alasan yang terlalu klise.
Aruna dan Shanti pun saling memandang. Wajah keduanya memerah karena menahan tawa. Ya ampun, si Jaka. Alasannya sedikit masuk akal sih? Meski nyeleneh.
Diam diam Aruna melirik kan matanya kearah Jaka. Saat tahu ada yang meliriknya, Jaka pun menoleh dengan cepat.
Namun buru-buru Aruna menarik kembali pandangannya dan menundukkan wajahnya sambil tersenyum tipis.
Dilihat dari segi tampang sih, OKE. Potongan anak muda jaman NOW. Postur tinggi, tubuh proporsional, wajah tampan dan so cute, gaya rambut jaman NOW. Tapi rasanya kurang meyakinkan kalau dia yang bernama Jaka.
"Baiklah, sekarang kerjakan saja tugas kalian dengan baik, jangan bermalas - malasan." Tegas Bu Diana setelah panjang lebar menjelaskan tentang tugas-tugas mereka.
"Baik Bu!" Sahut ketiganya serempak bagai paduan suara.
****
Karyawan Marketing saat itu tengah bergosip. Saat Aruna sedang bersih-bersih di ruangan itu.
Di ruangan itu pula tampak Jaka tengah sibuk menyajikan kopi pesanan para karyawan Marketing.
"Dengar - dengar mulai hari ini anaknya Pak Danu yang akan memimpin perusahaan ini." Kata salah seorang karyawan wanita.
Danu Anggara adalah Direktur TRF yang dikenal baik hati oleh semua karyawannya. Beliau adalah orang yang sangat bijaksana.
"Itu memang benar. Pak Danu masih sakit dan untuk sementara waktu anaknya yang akan memimpin perusahaan ini. Tapi menurutku itu mungkin cuma akal akalan nya Pak Danu saja. Dia justru ingin mempersiapkan anaknya untuk menggantikan posisinya nanti, secara....dia kan anak tunggal. Sang ahli waris," sahut seorang karyawan pria lainnya.
"Jadi Pak Danu itu cuma pura pura sakit. Aku pikir sudah sakit parah."
"Hus! jangan sembarangan ngomong. Perusahaan ini punya si boss kan, bukan punya kalian. Terserah dia dong mau ngapain aja. Tugas kalian itu bekerja bukan bergosip yang tidak-tidak." Sela karyawan yang lainnya.
"Aku hanya cemas saja, bagaimana nasib kita nanti kalau perusahaan ini tiba tiba bangkrut karena dipimpin oleh orang yang belum berpengalaman." Kata karyawan pria yang sok tau itu.
"Memangnya kamu kenal anaknya Pak Danu?"
Brukkk ...
Tiba tiba saja Jaka datang dan tanpa sengaja menabrak pria sok tahu itu. Kopi yang dibawanya pun tumpah dan hampir saja mengenai baju si pria sok tahu itu. Seketika pria itu naik pitam dan mulai memarahi Jaka.
Aruna yang masih berada di ruangan itu pun terpaksa menghentikan pekerjaannya. Dia terkejut mendengar seseorang sedang mengomel.
"Pake mata dong jalannya. Kamu bisa kerja tidak. Kalau baju aku kotor gimana. Kerja jadi OB saja tidak becus," kata pria sok tahu itu dengan ketusnya.
"Maaf pak saya tidak sengaja," Jaka meminta maaf sambil membungkukkan badannya.
"Sudah, sudah. Pak Danu sudah datang. Jangan ada keributan lagi. Semua kembali ke tempat masing-masing. Dan Jaka cepat kamu bersihkan itu. Setelah itu tolong kamu buatkan kopi untuk Pak Danu, dan antar ke ruangannya. Ingat, kopinya tanpa gula ya?" tiba tiba Bu Diana datang dan menghentikan omelan Teddy si pria sok tahu itu.
Bu Diana segera bergegas menuju lobby guna menyambut kedatangan bossnya setelah hampir seminggu bossnya itu terbaring di Rumah Sakit. Dan bisa menyempatkan diri datang ke kantor hari ini meskipun kondisinya belum pulih benar.
''Mau aku bantu?"
Aruna mencoba menawarkan bantuannya pada Jaka. Tubuhnya membungkuk, dia sudah bersiap diri mau membantu rekannya itu. Namun Jaka menolak tawaran bantuan darinya.
Jaka tersenyum sambil menggelengkan kepalanya. Untuk hal seperti ini dia bisa mengerjakannya sendiri.
''Tidak perlu, aku bisa sendiri. Tapi makasih." Tolaknya dengan halus.
''Ah...ya sudah, kalau begitu aku balik kerja lagi ya?''
Jaka hanya tersenyum memandangi Aruna. Dia benar-benar tidak membutuhkan bantuan Aruna saat ini.
Tapi gadis itu sangat baik. Jarang orang akan menawarkan bantuannya untuk hal sekecil ini. Setidaknya, itu kesan pertama Jaka terhadap Aruna.
Aruna Pun beranjak pergi meninggalkan Jaka yang tengah membungkuk membersihkan tumpahan kopi itu.
Sekilas Jaka memandangi punggung Aruna yang semakin menjauh meninggalkan tempat itu. Tanpa sadar seulas senyum terukir di wajahnya. Baru pertama kali dia melihat gadis seperti itu. Bahkan untuk hal seperti ini pun dia tidak segan menawarkan bantuannya.
"Gadis yang baik." Bisik Jaka dalam hati dengan senyum yang masih menghiasi wajahnya.
...*...
...*...
...*...
...Bersambung...
Terima kasih sudah meluangkan waktu membaca karyaku. Ini adalah karya pertamaku. Mohon maaf jika masih terdapat banyak kesalahan dan banyak kekurangan.
🙏🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments
Erna Sikumbang
aku mampir
2022-02-11
1
เลือดสีน้ำเงิน
jejak
2021-11-21
0
Khapteen Lebay
lajut thor semgat
2021-06-17
1