My Sugar Brother
Suasana senja yang cerah dan begitu oranye dipadukan sedikit warna ungu membangun atmosfer yang hangat di Cafe itu. Lalu lintas yang ramai, bahkan beberapa teriakan antar pengendara yang melibatkan otot lehernya membuat suasana di cafe yang berada di jalan besar itu semakin terasa normal dan hangat.
itulah Lea betah bekerja di Cafe itu walau kuliah yang ia hadiri satu jam yang lalu memiliki materi yang membuat otaknya berniat resign.
" Lea, mau pesen Americano dong." Lea menoleh dan tersenyum sambil menghampiri meja itu, " tapi kerjain biodata pasien gue ya? ok?" tawar Lea dengan senyum cerahnya.
Tazqia, teman kuliah Tazqia yang berlangganan di Cafe itu sejak Lea bekerja disana, menatap sengit temannya itu. " gratisin?"
" lu mau bayarin UKT gue?" sindir Lea. dan Kini tazqialah yang tertawa riang.
Aeleasha Gayatri, Mahasiswi Keperawatan di politeknik kesehatan, dimana Ia harus menghadapi praktik lebih banyak daripada hafalan teorinya untuk bisa mendapat gelar sarjana terapan dan profesinya.
sejak akhir semester 2 kemarin, ia mendapat kabar dari keluarganya di Bogor, bahwa ia terancam Cuti karena orang tuanya kewalahan dengan biaya adiknya yang masuk sekolah kejuruan swasta. benar-benar efek dari wabah pandemic sangat menakjubkan.
bahkan hingga Lea masuk semester 3, dan pandemic mereda hingga bisa melaksanakan kuliah offline, ia belum mendapat kabar bahwa ayahnya sudah mendapatkan pekerjaan yang tetap. Sehingga gadis itu masih harus bekerja sampingan untuk membayar UKT semester 3 nya ini.
" Lea, di meja no.4 pesen Coffee Mocha ice sama Frappuccino, tolong anter ya, gue mau ke toilet soalnya.." Lea mengangguk dan mengatar pesanan Tazqia sebelum ia mengatar pesanan di meja nomor 4. Saat ia sampai di meja itu, wajah pemesannya sejenak membuatnya terdiam berpikir.
entah apa yang Lea bayangkan, tapi ia sendiri merasa sedikit familiar dengan wajah orang itu. ia menaruh pesanannya dan tersenyum, " selamat menikmati." ucapnya.
" boleh minta waktunya sebentar?"
Lea mengerutkan keningnya. " Ke-kenapa mas? ada yang salah? atau saya bocor ya?" Lea langsung menoleh ke arah Tazqia yang duduk tidak begitu jauh, " Qi! gue bocor?" ucapnya agak keras.
Tazqia menatap aneh temannya itu sambil menggeleng kepalanya, " engga, bego!" balas gadis berhijab itu. Jawaban Tazqia tentu membuat kerutan didahi Lea semakin menjadi. ia kembali menatap wajah pelanggannya itu dan menggaruk kepalanya yang tak gatal.
" ma-maaf mas, saya panikan orangnya. jadi kenapa mas?"
" boleh duduk dulu? soalnya yang saya bicarakan agak serius." ucap orang itu. Lea mengerutkan keningnya walau ia tetap duduk. mungkin saja orang itu butuh bantuan, seperti itulah yang dipikirkan Lea.
sejenak, hanya hening yang ada di meja itu, ditemani berkas cahaya senja dan suara musik yang disiarkan di speaker yang menempel di dinding Cafe. Apalagi lagunya begitu cocok, Senja merah Jambu.
Lea merasa sedikit tidak nyaman, walau Seragam kuliahnya sudah ia ganti dengan kaus biasa, ia tetap merasa tak nyaman hanya di tatap dengan intens oleh orang didepannya.
" Nama kamu Ayeleasha Gayatri kan?" tanya orang itu. Lea menggangguk sambil tertawa kecil, " A Sama E nya dibaca E mas, jadi dibaca Eleasha Gayatri." jelas gadis itu. Pria yang sejak tadi berwajah tenang itu kini sedikit terkejut dan bahkan menutupi wajahnya karena malu.
Lea sering menghadapi hal ini, dan sekarang gadis itu merasa deja vu.
" jadi kenapa Mas?" tanya Lea lagi. Ia merasa sudah membuang banyak waktu hanya untuk ditatapi dan ditanyai namanya.
Pria itu menghela nafasnya, " maaf, kalo saya gak salah, kamu lagi ada masalah keuangan terutama biaya kuliah 'kan?" pertanyaan orang itu membuat Lea langsung menatap antusias. Gadis itu berharap orang ini tengah menawari pekerjaan sampingan lagi untuknya. Dari bekerja di Cafe butuh waktu lama untuk mengumpulkan UKTnya, sehingga Lea membutuhkan setidaknya 2 pekerjaan paruh waktu.
" Mas Lagi butuh pegawai Part Time? saya mau mas, mau kerjanya ngangkut barang, atau jaga toko tengah malem, saya mau kok." ucapan antusias Lea membuat orang itu menggeleng sebagai penyangkalan dari harapan Lea barusan.
" Saya bisa biayain kuliah kamu dari UKT, kendaraan, makan, praktik, saya bisa bayarin itu semua. Asal kamu tinggal sama saya dan panggil saya Kakak. gimana?"
" Hah?" Lea menatap tak percaya dan merasa pendengarannya sudah terganggu dengan Delusinasi. gadis mengetuk kepalanya sedikit berusaha mengembalikan fungsi lobus temporalnya untuk tidak melantur, dan kembali menatap serius orang dihadapannya.
" maaf, Mas... tadi ngeblank. Jadi, tadi gimana?"
orang itu menghela nafasnya dan mengeluarkan ponselnya. ia mengetikkan sesuatu di layar lalu menyodorkan benda pipih itu ke hadapan muka Lea. Lea membacanya dan membelalakan matanya karena tulisan dilayar itu sama persis dengan yang ia dengar barusan.
Lea menatap ngeri pria dihadapannya, " Mas Daddy Sugar yang lagi nyari Baby sugar baru ya?"
Pria itu menggeleng kepalanya sambil tertawa, tak percaya bahwa gadis dihadapannya lebih bodoh dari perkiraannya. " jelas-jelas saya minta kamu manggil saya Kakak, bukan Daddy. Kamu bisa baca 'kan?"
Lea menatap heran orang itu. harga sebuah kata 'Kakak' bisa membiayai kuliahnya bahkan kehidupan sehari-harinya?
" Mm... maaf Mas.. saya mau mikir-mikir dulu, boleh minta kartu nama Mas? saya bakal hubungin Mas Kok. karena saya Emang lagi butuh tawarannya Mas, tapi saya lagi di jam kerja... gak bisa lama lama kayak gini.." Lea menatap tak enak orang itu, ia tahu mungkin orang itu sangat butuh bantuan walau sedikit aneh, tapi jika ia ditipu mungkin ia akan berakhir hancur berantakan.
orang itu menyodorkan kartu namanya sambil tersenyum. " kamu bisa minum 'kan?"
Lea mengerutkan keningnya karena tak mengerti maksud pertanyaan pria dihadapannya. " bisa lah, Mas, nanya aneh-aneh aja hahahaha.." tawa kecil gadis itu menular pada pria dihadapannya. " tolong diminum minumannya. saya pesen itu sebagai ganti mengganggu waktu kamu." ujar pria itu dengan senyumnya sebagai pamit dan pergi membawa salah satu minumannya.
Lea tak mengerti dengan hari ini. Padahal hari ini begitu cerah dan suasananya sangat normal, kenapa ia harus mengahadapi situasi aneh ini?
Ia menatap nama yang tertera di lembar kecil di meja itu. " Asa Aldebara... CEO dan Co-Founder Nextdoor Group? CEO? pemimpin itu? yang sering ada di *******-******* itu? demi apa?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
Edelweiss🍀
Coba-coba terus baca, sepertinya menarik🤔
2022-04-18
1
arora cantik
masi ku pantau😍😍
2022-02-12
1
@Ani Nur Meilan
Hadir..
2021-12-22
1