3. Segala kesalahpahaman

Lea menggigiti jarinya selagi menatap jalan dibalik jendela dengan tidak fokus. apa ia akan selamat? apa ia boleh minta dinikahi saja? ia tak perduli asal tidak ada kata pelecehan dalam riwayat hidupnya.

sedangkan Farhan hanya fokus menyetir. Ia tahu bahwa Gadis di sampingnya akan tinggal di rumah atasannya. Ia sendiri sangat sadar bahwa Lea tengah berpikiran jauh seperti berkeliling galaksi Bima sakti karena Ada tidak menjelaskan dengan rinci alasannya harus tinggal bersama bujang tampan itu.

" Nona Lea gak usah takut, Pak Asa gak ada ketertarikan untuk jadi pedofil."

Lea menoleh dan menatap horor Farhan. " No-nona? maaf mas, saya gak mau dipanggil gitu... Lea aja... lagian, kenapa harus tinggal bareng? emang dia sekesepian itu Sampe bayarin saya kuliah hanya untuk minta saya tinggal sama saya?"

" memang Pak Asa sekesepian itu." jawaban Farhan membungkam Lea. Gadis itu menutup mulutnya dan menatap tak enak Farhan. " Mas Farhan udah kerja sama Mas Asa sejak kapan?"

" sejak Pak Asa masih kuliah S2." Lea mengangguk paham ia mengakui bahwa Asa terlihat awet muda untuk ukuran orang setua itu. " lama dong ya? 10 tahun kah?"

Farhan menoleh sejenak dan tertawa kecil. " Pak Asa masuk S2 umur 22 tahun, sekarang beliau 27 tahun... saya baru 5 tahun kerja sama beliau, Lea.. kamu kira Pak Asa 30 tahunan ya?" tentu Lea merasa malu. Jabatan Asa begitu tinggi untuk orang seusianya.

saat mereka sampai di tujuan, Lea merasa tengah salah alamat. Lea bahkan baru pertama kali melihat rumah besar dengan desain trendy seperti itu. " ini beneran rumah Mas Asa?" tanyanya retorik.

rasa takjub tak berhenti hanya didepan rumah, saat masuk dan melihat kamarnya, Lea merasa bahwa dia baru menang lotre. " ini beneran kamar Aku, Mas Farhan?"

Farhan mengangguk dan tertawa. Lea sangat bersyukur dia menitipkan ricecooker dan galon airnya kepada pemilik kost lamanya. Jika dia bawa mungkin akan menghancurkan nilai estetika kamarnya.

" baju kamu bisa ditaro di balik pintu itu." Farhan menunjuk sebuah pintu yang menempel di dinding. Lea berpikid apakah semua lemari orang kaya memang nyambung dengan dinding? saat Lea membuka pintu itu, gadis itu terdiam seribu bahasa.

kenapa ada ruangan didalam ruangan? kalau adanya kamar mandi di kamarnya saja sudah menakjubkan, bagaimana dengan ruangan berisi baju-baju bagus dan sepatu bahkan tas, dan cermin, " Ini toko baju kenapa ada dikamar, Mas Farhan???" heran Lea mengundang senyum pria itu.

Farhan merasa aneh. Dia adalah orang yang cenderung diam dengan orang asing, tapi Dengan Lea ia banyak tersenyum dan tertawa. " kamu pemilik semua benda di kamar ini. nikmati aja."

Lea menoleh dengan pandangan antusias. " kalo aku jual boleh? lumayan buat duit jajan.." izin gadis itu membuat Farhan menggeleng. " untuk uang jajan anda, nanti Pak Asa yang membicarakan, sebaiknya didiskusikan daripada anda menjual barang-barang ini."

Lea menghela nafasnya dan memasang wajah cemberut. kalau meminta Asa, ia akan merasa tidak enak bukan main. Farhan hendak keluar, tapi menahan langkahnya di pintu,

" Pak Asa meminta Kamu untuk menunggunya, dan izin dari semua part time kamu malam ini."

Lea mengerutkan keningnya. untuk apa? batinnya bertanya.

***

Menunggu adalah kegiatan paling aneh bagi Lea. Gadis itu sangat jarang berdiam diri melihat jarum jam lalu melihat sekeliling menantikan sesuatu. Hanya Dosen yang sering membuatnya seperti itu, tapi Lea pun biasanya mengisi waktu menunggunya dengan berdiskusi kecil dengan temannya.

kali ini ia sendirian, tak ada siapapun, bahkan Farhan ataupun ART yang kata Farhan masuk pagi siang sudah pulang, Dan ia hanya berkeliling rumah besar itu dengan Sepatu roda yang ia temukan di 'toko baju'-nya.

Lea tak berani menyalakan televisi walau ia tahu cara menyalakannya. Ingin minum pun Lea tak berani karena takut dibilang lancang. bisa saja Asa ingin menjadikannya pembantu tetap?

Gadis itu menatap jam dinding yang menunjukkan pukul delapan malam. Ia bisa mati kebosanan kalau tidak melakukan apapun atau setidaknya keluar dari rumah itu, ancamnya pada diri sendiri.

" AAHHH GUE MAU KELUAR BODO AMAT!!" serunya bermonolog. Lea dengan cepat melepas sepatu olahraga sembarangan dan berjalan keluar dari rumah. Ia menatap ke sekeliling rumah itu. Lea merasa ia bisa berjalan-jalan ke sekitar perumahan ini untuk menghirup udara segar.

Gadis bertubuh sedikit mungil itu berjalan menatap gerbang. Tadi saat Masuk, Lea menyadari tidak ada penjaga walau ada posnya digerbang, Lea sempat mempertanyakan fungsi pos itu dibenaknya walau akhirnya ia abaikan karena takjub dengan rumah ini.

Lea melihat gerbang yang tidak terkunci dengan senyuman manisnya. Dia merasa seperti anak rumahan yang akhirnya bisa kabur dari rumah. Padahal Lea sejak dulu tak pernah dilarang ataupun terkekang untuk urusan keluar rumah ataupun kostan.

Lea berjalan riang dipinggir jalan perumahan itu. jalannya begitu sepi dan lumayan gelap. banyak pohon beringin yang menyejukkan angin malam. Lea menyesal tidak menggunakan jaketnya tadi. Lea merogoh kantung bajunya untuk mencari ponselnya,

tapi nihil. Lea lupa membawanya. Gadis itu mengendikkan bahu tak perduli, " Toh cuma sekitar sini aja... eh, tadi kemana ya? mirip semua rumahnya perasaan..." gumam Gadis itu.

Lea mengambil langkah mundur dan berbalik arah untuk kembali, mencoba mengingat-ingat jalan pulang. Untungnya, sejak tadi gadis itu tak ada mengambil arah belok, sehingga ia hanya perlu berjalan lurus untuk menemukan rumah Asa. " Mas Ada kapan pulang ya??" monolognya lagi. Lea merasa bosan berbicara dengan dirinya sendiri sejak tadi. Ia membuka pintu rumah itu, dan terkejut dengan wajah pucat Asa berada tepat didepan wajahnya.

" eh, Mas Asa kap--"

" kamu kemana aja?? saya khawatir kamu kenapa-kenapa karena gak ada di rumah... HP kamu malah ditinggal.." ucapan lemas Asa membuat Lea merasa tak enak pada pria itu.

" Ma-maaf... tadi aku bosen... jadi keluar buat jalan sebentar... Maaf ya... Mas Asa udah minum? mukanya pucet banget..." Ucapan Lea membuat Asa mengusap wajahnya kasar, berusaha meredam emosi yang mendadak memuncak.

Lea berlari kecil meninggalkan Asa yang masih bertahan didepan pintu, ia berjalan ke dapur dan mengambil air putih untuk Asa.

" kenapa kamu ambilin? saya bisa ambil sendiri.." tolak Asa. Lea pun mengerutkan keningnya, jadi dia disini bukan untuk menjadi pembantu tetap? tapi tetap saja, Lea merasa khawatir melihat wajah pucat Asa. " muka Mas Asa pucet... minum dulu.... udah pulang daritadi?"

Asa mengangguk. ia menegak minumnya sekaligus, lalu menatap Lea sejak tadi hanya diam melihat dirinya. " Kenapa?"

" muka Mas Ada pucet, Mas Asa sakit?" tanya Lea spontan. Asa tertawa kecil sambil menutup mulutnya. Lea sangat polos dan spontan dimatanya. " Saya gak ngerasa sakit kok." jawab Asa seadanya. Memang ia tak merasa sakit, hanya sedikit panik saat tahu Lea tidak ada dirumahnya, dan ponsel gadis itu tertinggal.

" Lea, Saya mau bicara banyak sama kamu, malam ini." ucap Asa serius.

Terpopuler

Comments

Edelweiss🍀

Edelweiss🍀

Sebenarnya apa ya motif Asa membantu Lea🤔

2022-04-18

1

Edelweiss🍀

Edelweiss🍀

jiwa miskin seketika meronta ya Lea

2022-04-18

0

Ni Ketut Artini

Ni Ketut Artini

ceritanya bagus,,cerita baRu ya kok baru dikit yg baca,,,
author semangat ya,,

2021-03-10

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!