Cahaya Di Kegelapan Hidupku
Awan Gelap disertai gemuruh petir yang berdengung di telingaku. Tanah aspal yang terbasahi dengan butiran air hujan membendung air di berbagai tempat. Kawasan yang sudah mulai menyepi dan sunyi, membuatku merasakan dinginnya udara yang menusuk setiap pori kulitku. Aku gesekkan kedua telapak tanganku sambil meniupnya agar menimbulkan kehangatan sementara.
Mantel yang kukenakan tampak kurang ampuh untuk menghangatkan tubuhku, dengan itu kupererat sambil menyelipkan tangan kedalam baju mantelku. Tiada hari tanpa perjuangan untukku, melihat keseharian orang lain diselingi canda tawa dan secangkir coklat hangat, aku pun ingin merasakan yang namanya bersantai seperti itu. Namun, tidak ada waktu untukku melakukan hal itu, kehidupanku serta seseorang yang menungguku di rumah itu yang terpenting saat ini.
"Kapan hujan ini akan berhenti? apakah Ayah dirumah baik-baik saja? hari ini sedikit melelahkan." gumamku sambil mendekat ketepian jalan. Lalu, mengulurkan tangan hingga air hujan menetesi telapak tanganku.
Aku melangkah mundur kembali, Tiba-tiba suara lonceng pintu disebelahku terbuka, sosok wanita paruh baya menatapku sebentar lalu menyodorkan sebuah payung transparan.
"Ini ambillah, aku memberikan payung ini untukmu, sedari tadi aku memperhatikanmu dari dalam, sepertinya kau ingin pulang tapi tak ada payung, bukan?" katanya, aku menerima payung itu dan tersenyum kepadanya.
"Terimakasih Mrs, sudah mau meminjamkan payung ini, kapan-kapan saya kembalikan kepada anda." jawabku sambil membuka payung dan segera pulang kerumah.
"Kalau begitu saya permisi, sekali lagi terimakasih sudah membantu saya hari ini, semoga harimu menyenangkan." sahutku sambil membungkukkan badan sekejap dan pergi menembus derasnya hujan.
Sepatuku sangat berat untuk dibuat melangkah, celana bagian bawahku sudah mulai basah kuyup. Tinggal satu gang lagi aku hampir sampai rumah, samping kanan kiriku beberapa rumah dengan pintu tertutup juga lampu halaman yang menyala menerangi rumah tersebut, membuatku berpikir sejenak.
"Rumah pasti masih gelap, aku harus cepat-cepat sampai, kasian ayah sendirian dan kegelapan dirumah," ujarku dan mempercepat langkahku, tas satu-satunya kurengkuh agar tidak kebasahan.
Begitu sampai di depan rumah, aku membuka kenop pintu dengan kunci lalu masuk ke dalam rumah gelap gulita itu. Aku berjalan mencari saklar untuk menghidupkan lampu. Setelah rumah terlihat terang, aku berjalan menuju kamar ayah yang berada di sebelah kamarku. Kubuka pintu itu pelan tanpa bunyi agar tak mengganggu tidur ayahku. Dia masih tertidur di kasur empuknya, aku mendekat dan berjongkok di sampingnya serta mengusap puncak kepala ayah.
"Bagaimana harimu Yah? apa yang Ayah lakukan saat aku tidak ada, hmm?" aku berbisik pelan, mataku meneliti setiap jengkal wajah ayah, kulit yang sudah mulai mengeriput dan pipi yang tirus, mata yang terlihat seperti tenggelam. Akan tetapi, di pandanganku dialah yang paling tampan. Ibu yang sudah lama meninggalkan kami sejak penyakit ganas menyerang imun tubuhnya, aku juga sejak saat itu menjadi tulang punggung keluarga. Pulang sekolah aku langsung pergi bekerja sedangkan ayahku yang dulu masih bisa beraktivitas ringan, dia yang memasak untuk aku dan dirinya. Aku tak pernah mengeluh di depannya tetapi aku selalu tersenyum tulus untuk menggantikan rasa lelah itu. Melihat ayah tersenyum dan masih sayang padaku itu rasa lebih dari cukup untukku.
Aku berdiri dan keluar dari kamar tak lupa menutup pintu setelah menghidupkan lampu kamar ayah. Aku masuk kamar berniat untuk membersihkan diri sambil berendam air hangat. Untuk kuliah aku memang sudah menabung dari SMA dulu, hasil separuh gajiku kutabungkan agar menjadi biaya kuliahku. Memang terlambat untuk mendaftar, aku tidak butuh universitas yang terbaik setidaknya aku masih mampu melanjutkan kuliahku dulu. Selesai mandi, aku memakai piyama tidurku, perutku berbunyi aku mengelusnya sebentar kemudian keluar kamar untuk makan se-cup mie instan.
Jam menunjuk pukul 9 malam, aku tidur sambil menarik selimut hingga sebatas leher, udara terasa sejuk dan dingin membuatku mengigil kedinginan. Meringkuk seperti kucing kelaparan supaya dingin tak menyerang kulitku. Malam ini, tidurku di iringi nyanyian hujan dan gelegarnya suara guntur.
Pagi pun menjelang, kicauan burung yang hinggap di sela jendelaku sambil mematukkan paruhnya di kaca, hal itu membangunkanku dari tidur panjangku. Mengeliat sambil menguap lebar, mataku masih sayup-sayup mengantuk, Aku turun dari kasur membasuh wajah lalu melakukan aktivitas pagiku seperti biasanya. Menyiapkan segalanya untuk ayah mulai dari memandikan, memberikan sarapan pagi dan berjemur untuk mendapatkan sinar Matahari pagi lalu kembali masuk.
Kemudian, aku sibuk dengan diriku sendiri, rencananya hari ini aku akan mendaftar kuliah di Universitas kotaku. Tak jauh, aku hanya perlu menggunakan sepeda gayuhku dan hanya membutuhkan waktu 20 menit untuk sampai tujuan. Kutatap diriku sendiri di cermin kamarku tampak elegan dan casual hari ini, rambut yang aku kuncir kuda serta poni menyamping dengan helaian rambut tak terkuncir dan sepatu flat shoes coklat dengan hak 5 cm.
"Hari ini aku akan mendaftar kuliah setelah itu berangkat bekerja seharian dan kembali pulang," merapikan sebentar tatanan rambut dan tersenyum lalu keluar rumah, mengunci pintu rumah, mengeluarkan sepeda gayuh dan berangkat.
Perumahan yang aku tinggali memang sangat ramah dan nyaman. Tidak ada kebisingan yang mengganggu sekitar, beberapa orang yang duduk santai diteras sambil membaca koran pagi, anak remaja bahkan orang tua juga ada yang bersepeda ataupun Jogging. Sungguh melihat mereka bersenda gurau bersama bisa sampai merasuk ke relung hatiku saat ini juga.
Ku percepatan gayuhanku agar cepat sampai, tidak membutuhkan waktu lama karena jalan tampak tidak macet cuaca juga sangat mendukung hari ini. Memasuki kampus, melewati Taman beserta pepohonan yang sangat menambah nilai view tersendiri. Banyak mahasiswa yang berlalu lalang, berjalan sambil mengobrol bersama teman, menikmati cemilan pagi sambil duduk di kursi taman.
Matahari dengan cahaya hangatnya bagus untuk kulit dan tulang, sesampainya di parkiran sepeda khusus sepeda gayuh, aku menggembok sepedaku dan pergi mencari tempat pendaftaran. Menyusuri setiap gedung, terlihat sebuah papan informasi aku pun melihatnya, sebuah denah kampus aku meneliti setiap bangunannya, tempat pendaftaran berada di bagian belakang lapangan kampus tanpa babibu aku memfoto denahnya lalu pergi mencarinya.
"Sangat sulit juga ternyata mencarinya, atau aku salah membaca denahnya," aku berjalan sambil fokus melihat denah di ponselku tanpa melihat ada seseorang yang kutabrak, ponselku terjatuh, dengan cepat aku mengambilnya dan menggosokkan di bajuku. Setelah itu, aku mendongakkan kepala melihat siapa yang kutabrak barusan ini.
"Maafkan saya, saya tidak sengaja menabrak anda karena terlalu fokus pada ponsel saya sendiri." lanjutku lalu segera pergi.
"Eistt..Tunggu dulu, beginikah caramu meminta maaf, sungguh tidak sopan." sahutnya menarik pergelangan tanganku yang hampir saja membuatku terjungkal ke belakang.
"Terus saya harus bagaimana? asalkan
anda tak membuat saya terbebani saja."
"Astaga, aku bukan orang yang seperti itu kali, gini aja sebagai tanda maaf tukaran nomer ponsel saja kalau gitu!" ucapnya, menaik turunkan alisnya itu.
"Untuk apa anda meminta nomor ponsel saya? itu tidak penting untuk diri anda, sudahlah saya permisi dulu, saya sangat keburu hari ini, lain waktu saja jika kita bertemu kembali, saya akan meminta maaf secara tulus!" aku pun pergi dari situ dan memasuki gedung didepanku.
"Dasar Wanita, selalu aja gitu, aku kurang ganteng apa?" berkaca dilayar ponselnya.
"Lo itu dah cakep, cukup percaya diri ajalah!" sahut temannya
Menelusuri setiap lorong ruangan akhirnya ketemu juga ruangan pendaftaran. Aku mengetuk sebentar pintu di depanku lalu suara orang dari dalam terdengar.
"Masuk!" perintah orang didalam ruangan.
"Permisi Mr, saya disini ingin mendaftar kuliah,"
"Oh, silakan duduk dulu saya siapkan formulir juga persyaratannya, siapa namamu?" tanyanya
"Ah, perkenalkan nama saya Jerafasya Parena panggil saja Jera Mr." kataku sambil berjabat tangan dan kembali duduk.
"Saya Mr. Heruxio Zelawa panggil saja Mr. Herux!" aku mengangguk paham.
"Ini adalah Formulirnya dan saya lihat nilaimu cukup lumayan bagus sehingga kamu di terima di universitas ini, untuk info biaya selengkapnya bisa dilihat di persyaratan, semua sudah dijelaskan secara detail," tuturnya, aku tersenyum mengangguk.
"Baiklah pak, saya akan langsung mengisinya saja hari ini."
"Baik nanti jika selesai anda bisa mengisinya sekarang." ucapnya
Begitu selesai mengurus kuliah, aku berangkat ke tempat kerjaku yang tak jauh dari sini, aku sungguh tidak sabar memulai masa kuliahku, sungguh di nantikan hal itu untukku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
🐝⃞⃟⃝𝕾𝕳Simple Hayati
halo aku datang mulai baca karyamu.
semangat terus yaa
ditunggu feedbacknya di karyaku 😍😍😍
2021-02-20
1
Ratih Iu Harada
love
2021-02-08
0
🍫I⃟𝖓a̶『༆Gₑₛᵣₑᴋ᭄』ELN'T🌸ᶠ²ᶜ🌠
semangat kak, ina sudah mampir😊
2021-01-21
42