Bangunan tua, memiliki estetika tersendiri disetiap sudutnya. Terbangun dari sebuah batu alam dan dinding yang tersorot cahaya matahari menimbulkan warna indah. Banyak hal yang perlu diurus selama masa OSPEK dimulai dari data diri mahasiswa, pengecekan visa dan lain-lain.
Berbagai tenda stand yang didirikan, berisi bermacam-macam informasi tentang universitas serta beberapa hiburan untuk merilekskan pikiran sebelum berhadapan dengan tumpukan tugas. Setelah semua urusan selesai, aku berkeliling bersama Lena dan juga temannya. Sedikit menyenangkan karena ini hal baru yang baru kurasakan yaitu berjalan bersama teman sebaya. Setengah hari sudah kulewati dan untuk jam kerja memang aku sudah meminta bagian shift malam.
"Emm..aku pulang dulu semua, masih ada yang perlu aku urus diluar, thanks buat hari ini," kataku lalu berbalik badan.
"Hati-hati ya Jer, sampai ketemu besok!" ujar Keyla sambil melambaikan tangannya.
aku menoleh sebentar dan tersenyum ikut melambai. "Angin hari ini sedikit kencang, apakah mau ya?" gumamku sambil merapikan rambutku.
Menaiki sepedaku dan pergi menuju tempat kerja baru. Yang baru saja kulamar kerja beberapa hari lalu. Sebuah Toko buku yang tidak terlalu menyibukkan jadi pikirku bisa sekalian mengerjakan tugas diwaktu istirahat.
Tibanya, aku menyandarkan sepedaku di dinding lalu meninggalkannya dalam keadaan terkunci. Masuk kedalam toko, melihat di dalam banyak rak buku dan jejeran buku tebal disana. Disediakan pula tempat duduk di lantai beralas karpet bulu maupun di kursi jadi para pembeli ataupun seseorang yang ingin membaca bisa bebas.
Hari ini aku menggantikan seorang lelaki yang sedang berjaga di kasir. "Bagaimana hari ini?" tanyaku, mengikat rambut agar lebih rapi.
"Oh hai...tidak begitu ramai jadi kau juga bisa bersantai sambil baca buku." katanya tersenyum manis padaku dan aku sudah berada di posisi kasir.
"Ya sudah, kau bisa pergi melanjutkan harimu, disini serahkan saja padaku." aku mengacungkan jempolku agar tak membuatnya cemas.
"Sepertinya kau menginginkan aku segera pergi dari sini!" dia menunjukkan wajah menyebalkannya itu.
"Bukan, bukannya kamu juga ada keperluan lainnya? jika tak ada lebih baik kau disini saja kalau gitu!"
Dia terlihat berpikir lalu tersadar ada yang dia lupakan dihari ini.
"Oh my God, aku lupa kalo sehabis kerja ada janji kencan buta!" pekiknya, aku menggeleng tak percaya, dia berlari seperti orang menahan ingin buang air.
"Dia melupakan hal penting ternyata," aku terkekeh dan pintu toko terbuka dengan sigap aku berdiri tegap dan tersenyum.
"Selamat datang, ada yang bisa saya bantu?" ucapku ramah
"Apakah disini ada buku tentang Arsitektur?" tanyanya, aku berpikir sejenak lalu segera menuntunnya menuju ke rak yang berisi tentang arsitektur.
"Di rak bagian ini Sir, anda bisa mencarinya sesuai yang anda butuhkan." aku pun pergi dari situ.
"Terimakasih ya, Miss!" ucapnya
kembali ke posisi, aku sedikit merasa bosan, hawa kantuk hampir menyerangku. Mataku memejam secara perlahan. Selang beberapa menit, ada seseorang yang membangunkanku, aku terkaget.
"Astaga, aku ketiduran, maafkan saya ya Sir." aku merapikan tatanan rambutku dan membenarkan letak kacamata yang kukenakan.
"Tidak apa-apa Miss, kelihatannya kau sangat kelelahan, sebaiknya kau beristirahat saja dulu!" katanya, aku menggaruki pelipis sedikit tak enak hati.
"Baik Sir, nanti saya lakukan, apa anda sudah memilih bukunya?"
"Ah..saya ambil ini, isi buku sesuai dengan yang saya cari!" dia menyerahkan buku padaku untuk aku check harganya.
"Harganya 25£ Sir!" dia mengeluarkan kartu Debitnya dan kuterima lalu ku gesek ke mesin khusus.
"Ini buku dan struk, terimakasih dan datang kembali!" ucapku dia tersenyum pergi.
aku masih mengantuk, apa aku kurang tidur hari ini? pikirku, pintu terbuka kembali.
"Loh Sir! ada yang ketinggalan kah?"
"Ini kopi Latte untuk anda supaya bisa menahan kantuknya!" dia memberikan aku sebuah cup Kopi. Aku menerimanya.
"Terimakasih banyak Sir, sudah berbaik hati untuk saya!" aku membungkuk sebentar.
"Kalo boleh tahu siapa nama anda Miss?"
"Saya Jerafasya Parena, senang bertemu dengan anda Sir!" aku berjabat tangan dan langsung dibalasnya.
"Oh kalau saya Rolandie Numarth, ini kartu pengenal saya, jika anda membutuhkan bantuan saya begitu mendesak, anda bisa menelpon nomor ini." aku mendongak, mata kami saling bertatapan, otakku penuh tanda tanya kepada orang di depanku ini.
"Baiklah saya terima kartu ini, sebaliknya pun begitu jika anda butuh bantuan bisa datang kesini dihari yang sama seperti hari ini." ujarku tersenyum tulus.
"Kalau begitu saya permisi, selamat sore, Miss."pamitnya, aku pun mengangguk tersenyum.
Malam hari ini, Aku hendak mau pulang, ditengah jalan aku tergelicir sebuah batu kerikil. Roda sepeda berlenggak-lenggok hampir menabrak sebuah tiang listrik didepanku. Tiba-tiba otakku tak bekerja dengan baik, jantungku bekerja tidak normal, pikiranku tertuju pada rumah dan Ayah sekarang.
Kugayuh sepedaku dengan cepat, keringat di dahi dan punggung mengalir deras membuat bajuku basah. Hingga tiba di rumah kubuka kasar pintu rumah dan berlari ke kamar ayah.
Disana ayah terlihat kesulitan bernafas, "Ada apa Yah? kenapa Ayah begini?" aku membangunkan Ayah agar berposisi duduk. Dadanya berkembang kempis seperti sesak nafas.
Aku bingung, pikiran langsung kosong tak ada yang solusi. Akan tetapi, aku tersadar seseorang sudah memberiku kartu tanda pengenal, dengan cepat aku menelponnya.
"Ha..halo, bisa bicara dengan Mr.Rolandie? Saya sedang butuh bantuan mendesak sekarang!" aku berbicara gemetaran, takut hal buruk terjadi pada keluargaku satu satunya di dunia.
"Saya sendiri, posisi anda dimana sekarang? kirimkan lokasi posisi anda, saya akan segera kesana!" kawabnya, aku langsung mengirimkan lokasi rumahku berada dan mencoba menggotong Ayahku.
Aku tidak ingin kehilangan keluargaku untuk yang kedua kalinya. Jika begini aku hanya seorang diri tanpa semangat hidup. Aku masih belum siap harus merasakan moment menyedihkan ini.
Deruman mobil masuk ke halaman rumah, aku berdiri dan memapah ayahku untuk masuk mobil. Seorang pria yang kukenal, dia turun dari mobil dan langsung menggendong ayah masuk mobil.
"Ku..kumohon segeralah ke rumah sakit..aku memegang lengan bajunya lalu mobil ini melaju kencang menembus angin malam. Tak ada yang aku pikirkan selain Ayah saat ini, Rasanya ingin mati saja aku jika kesedihan terus memdatangi kehidupanku.
Sampainya Ronald menggendong Ayahku lagi, kemudian masuk ke rumah sakit. Seorang suster membawa kasur dan mendorong penuh hati-hati. Ayah masuk ke UGD aku meluruh terduduk didepan pintu UGD.
Aku menangis, aku seperti berada di titik terendahku saat ini. Ronald membawaku duduk di kursi panjang dia memelukku dari samping. Sangat sulit menghirup nafas bagiku sekarang, aku merasa lemas, kakiku tak bertulang saat ini. Aku berdo'a pada Tuhan agar memberikan kesempatan hidup untuk Ayah dan memberikan kesehatan pada Ayah.
"Kau bisa menangis tetapi jangan sampai kau putus asa dengan hidupmu jika kau kehilangan seseorang dalam hidupmu." tutur Ronald, suaranya terdengar samar di telingaku saat ini namun aku tahu dia memberiku semangat hidup untuk aku.
Jangan lupa para readers untuk like, koment, dan vote kalian 💕🙏🏻 terimakasih atas dukungannya....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
🐝⃞⃟⃝𝕾𝕳Simple Hayati
boom like 5 episode dulu ya. nanti aku mampir lagi
ditunggu feedbacknya
2021-02-20
1
Vi_Lian
Semangat
2020-12-16
0