Cinta Rahman Bukan Hanya Sekedar Rasa
Setiap pagi seperti biasanya Khairul Rahman mengendarai mobilnya untuk menuju kantor. Yang biasa di panggil dengan nama Rahman.
Rahman adalah wakil direktur keuangan di perusahaan swasta multinasional. Untuk mendapatkan posisi tersebut, sangatlah tidak mudah. Dengan kerja keras dan ketekunan.
Apalagi setelah ayahnya meninggal 5 tahun yang lalu, dengan meninggalkan istri dan kedua anaknya. Yaitu Rahman dan adiknya.
Bunda hanyalah Ibu rumah tangga, sedangkan Rahman masih kuliah. Saat itu baru semester VII dan adiknya kelas VIII.
Uang peninggalan ayahnya yang tidak seberapa di gunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan kebutuhan sekolah adiknya.
Sedangkan untuk biaya kuliah dan kehidupan sehari-hari Rahman, mencobanya dengan melamar pekerjaan sebagai staf d tempat kerja yang sekarang.
Saat gajian tiba, Rahman tidak lupa memberi uang kepada Bunda. Bersyukurnya ayahnya Rahman meninggalkan 1 buah rumah yang mereka tempati sekarang.
Rahman bisa menyelesaikan kuliahnya tepat pada waktunya dengan cum laude dan mendapatkan beasiswa untuk ke S2 di kampus yang sama. Rahman tidak merasa ragu langsung mengambil kesempatan itu.
Dari staf Rahman di angkat menjadi manager karena melihat dari kerajinan dan ketekunan dalam bekerja.
S2 pun di selesaikan dengan cepat dengan hasil yang memuaskan. Dan di perusahaan sedang ada uji tes untuk menduduki posisi wakil direktur. Rahman tidak ketinggalan untuk mengikutinya. Dan Alhamdulillah, Rahman mendapatkan nilai tertinggi dan di angkat menjadi wakil direktur keuangan sampai sekarang.
Kehidupan keluarganya pun ikut berubah, adiknya sekarang sudah kuliah semester III.
Rahman berhenti di lampu merah yang saat itu lampu yang menyala berwarna merah. Rahman melayangkan pandangannya ke samping kanan. Ada pemandangan baru, penjual bunga yang begitu sangat cantik, putih, bibir kecil dan berhijab. Usianya kira-kira 22 tahun.
Jantung Rahman berdetak tidak beraturan.
"Ada apa ini?" tanya Rahman dalam hati sambil memegang dadanya.
Lampu di depan sudah hijau namun Rahman masih terpaku pada gadis itu sehingga suara mobil di belakang membunyikan klaksonnya dan mengagetkan Rahman.
Rahman segera melajukan mobilnya.
Sepanjang jalan Rahman mengingat gadis itu, sepertinya apa yang Rahman lihat di lampu merah, langsung disimpan di dalam memori ingatannya.
Rahman sudah sampai di perusahaan tempatnya bekerja. Semua mengangguk dan tersenyum ketika Rahman lewat.
Rahman adalah pria yang begitu dingin dengan perempuan. Sangat irit dalam bicara. Terkadang perempuan-perempuan itu segan meski hanya sekedar menyapa.
Namun dalam bekerja Rahman sangat cekatan, sehingga atasannya sangat suka kepadanya.
Gagasan-gagasannya sangat bagus, tidak sedikit pendapat Rahman di setujui oleh bosnya. Yang bisa membuat perusahaannya berkembang lebih pesat.
Ada rencana akan mendirikan cabang baru, Rahman di rekomendasikan akan di pindah tugaskan di perusahaan tersebut. Sekarang masih tahap pembangunan.
Wajah gadis itu selalu terlintas dalam pikiran Rahman. Membuat Rahman tidak tenang dan akhirnya pergi ke toilet untuk cuci muka dan wudhu serta mendirikan shalat dhuha.
"Alhamdulillah, tenang," batin Rahman.
Rahman kembali ke ruang kerjanya dan melanjutkan pekerjaannya.
Waktu Istirahat pun tiba, Rahman berencana makan dekat kampusnya. Merasa kangen dengan kafe itu. Karena setiap hari saat kuliah, kafe itu tempat favorit Rahman meski hanya sekedar untuk minum kopi.
Rahman parkir tepat di depan kafe.
Turun dari mobil dan melangkahkan kakinya ke tempat duduk yang kosong. Pandangannya tertuju pada gadis yang sedang sibuk di depan leptop.
Gadis yang Rahman lihat di stopan lampu merah tadi. Yang telah menganggu pikirannya. Hati Rahman langsung berdebar kembali.
"Ternyata kuliah di sini?." ucap Rahman dengan suara sangat pelan.
"Umaiza," panggil seseorang yang melangkah ke arah gadis itu.
Gadis itu langsung menoleh, "Iya, Ra,"
"Sudah sampai mana?" saat sudah duduk di hadapannya
"Baru 2 bab ini," jawab gadis itu.
"Lanjut di rumahku yuk!" ajak Rara
"Baik, sebentar ya, tanggung selesaikan dulu bab 2 nya," jawab gadis itu dengan suara yang lembut dan ramah. Membuat hati Rahman semakin berdebar dengan kencang.
"Baik, aku pesan makanan dulu ya," ucap teman gadis itu.
"Iya," jawab gadis itu
"Kamu mau pesan apa?"
"Gak, usah." masih terus fokus mengetik.
"Umaiza, wajah dan nama sangat pas dan cocok sekali. Wajah yang cantik dan nama yang bagus. Ditambah dengan nilai lebih, suaranya begitu lembut dan santun,"
Setelah selesai makan, Rahman berdiri lalu melangkahkan kakinya untuk membayar makanannya.
Sekalian Rahman pun berinisiatif memesankan makanan untuk Umaiza dan temannya.
"Tolong anter ke meja itu ya," tunjuk Rahman ke arah meja Umaiza.
"Baik, Pak,"
Rahman melangkahkan kakinya dengan segera menuju mobil dan melajukannya untuk kembali ke kantor.
Pesanan di antar ke meja Umaiza.
"Saya tidak pesan, Mbak. Mungkin Mbak salah meja atau kamu, Ra? yang memesan untuk saya," tanya Umaiza heran
"Tidak, Umaiza. Saya juga bawa uang pas-pasan maklum akhir bulan," dengan mengangkat alisnya sambil tersenyum.
"Ini pesanan seorang pemuda yang tadi duduk di sebelah sana, menyuruh saya untuk mengantar pesanannya ke meja Mbak" sambil menunjuk ke kursi tempat Rahman duduk tadi.
Umaiza terkejut, karena merasa tidak kenal dengan laki-laki itu.
"Siapa, Ra?"
Rara mengangkat bahu.
"Mbak ini juga sudah di bayarkan tadi sekalian,"
"Serius, Mbak?"
"Iya, benar, Mbak,"
"Asyik, uang jajan Rara awet deh. Kalau ke sini lagi, bilangin makasih dari Rara dan Umaiza. Jangan bosen traktir kita," kata Rara sambil tersenyum.
"Jangan gitu, kita kan belum kenal dengan laki-laki itu. Bagaimana kalau laki-laki itu tidak baik,"
"Tadi sempat melihat tampangnya ganteng, putih, dan sepertinya tajir pula." jawab Rara.
"Jadi kamu melihatnya, Ra?"
"Selintas, saat Rara baru datang,"
Umaiza langsung menyimpan data dan menutup leptopnya.
"Kalau begitu simpan disini saja, mbak!" pinta Umaiza dengan menunjuk ke meja.
"Baik, silahkan di makan" kata pelayannya
"Terima kasih ya, Mbak"
"Sama-sama," dengan meninggalkan meja
"Langsung sikat saja ni, Za?" ajak Rara menggoda
"Ya, sayang dari pada mubadzir. Ini kan rezeki dari Allah, melalui perantara laki-laki itu," ucap Umaiza serius
Umaiza dan Rara langsung makan makanan yang sudah di berikan pria itu. Ya Umaiza tetap positif thinking saja, mungkin ini cara dia untuk berkenalan dengan dirinya.
Jika memang orangnya baik, kenapa tidak bisa di jadikan teman atau saudara.
"Kayaknya dia naksir sama kamu, Umaiza!"
"Tahu dari mana kamu, Ra?"
"Dari cara dia melihat dan memperhatikanmu, karena tadi Rara perhatikan sesekali, dia sedang menatap kamu,"
"Udah deh jangan menggoda Umaiza, melihat belum tentu suka," elak Umaiza.
"Ya, habis kamu gak merhatiin bagaimana dia melihat kamu, fokus terus ke leptop," dengan nada manja dan sedikit kecewa tak lupa sedikit memonyongkan mulutnya.
"Iya, Umaiza mengejar target. Ingin selesai skripsi dalam minggu-minggu ini ,"
"Iya, deh di do'ain cepat sidang, wisuda deh,"
"Aamiin,"
#Kantor Rahman
Rahman kembali lagi mengingat wajah gadis itu, yang kini Rahman tahu namanya. 'Umaiza' nama dan wajah sangat sesuai. Cantik dan unik.
Hari ini tanpa sengaja melihat gadis itu di stopan lampu merah dan di kafe dekat kampusnya.
Kampus dan Kafe yang sama dengan Rahman, dimana sama-sama digunakan untuk mencari ilmu dan tempat untuk mengetik skripsi serta melepas lelah setelah kuliah.
Akan kah besok bertemu lagi?
Entahlah,
Hanya takdir yang akan menjawabnya.
Rahman sudah mulai bisa kembali lagi fokus bekerja dan tidak lupa shalat dzuhur dan ashar nya.
"Ya Allah, jika memang gadis itu jodohku, maka dekatkanlah. Jika bukan maka jauhkan dan bantu aku untuk melupakannya," Do'a Rahman. Dan mungkin do'a itu akan menjadi do'a-do'a Rahman selanjutnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
Oh Dewi
Mampir ah...
Sekalian rekomen buat yang kesusahan nyari novel yang seru dan bagus, mending coba baca yang judulnya Korban Perasaan
2023-10-03
0
ummi_kia_thea
In Syaa Allah, semangat.
Terima kasih dukungannya,
dan nantikan part-part berikitnya
2023-07-09
0
Nikfyni
semangat up thor
2023-07-09
0