Ketika makan suasana pun sangat sepi, tidak ada sepatah katapun yang terucap dari mulut mereka. Membuat Hati Rahman tambah tidak karuan.
"Alhamdulillah," ucap Umaiza setelah suapan terakhir, di atas piring tidak ada yang tersisa. Ambil gelas dan segera menyedot minumannya. Yang di susul dengan Rara dan Rahman.
"Ra, malam ini Umaiza pulang dulu ke panti asuhan, salinnya sudah habis dan Umaiza harus bikin bunga lagi."
"Oke, untuk melanjutkan ngetik skripsinya kapan?"
"Besok saja," jawab Rara dengan senyum khasnya.
"Besok Rara harus keluar kota, nganter Bunda. Gimana dong?"
"Ya, udah gak apa-apa. Nanti saja pulang dari sana melanjutkan ngetiknya. Lagian alhamdulillah, hasil kemarin tidak ada yang harus di revisi. Sempurna," senyum bahagia dan memperlihatkan lesung pipinya.
"Atau besok Rara bawa leptopnya jadi Umaiza bisa bawa ke panti. Supaya cepat beres,"
"Makasih, ya." Peluk Umaiza dengan manjanya
Rahman pun pamit pulang duluan, karena waktu istirahat akan segera selesai.
"Kakak, pamit ya pulang duluan," berdiri dan meninggalkan Umaiza dan Rara.
"Terima Kasih ya, Kak. Traktirannya sekali lagi," teriak Rara.
"Iya," Jawab Rahman
"Hati-hati di jalan," ucap Rara dan Umaiza.
Rahman menoleh ke arah mereka dan tersenyum.
Umaiza pun mengangguk dan tersenyum.
Rahman masuk ke dalam mobil dan melajukan kendaraanya menuju kantor. Ada perasaan bahagia karena bisa bertemu dengan Umaiza dan bisa berkenalan dan mengobrol langsung.
Ada perasaan iba karena ternyata di balik senyumnya Umaiza ada luka. Umaiza seorang gadis yang tumbuh di panti asuhan. Dan juga ada rasa kagum terhadap dirinya, karena Umaiza adalah anak yang sangat cerdas dan pintar.
Rahman pun sudah sampai di depan perusahaannya, lalu memarkirkan mobilnya di tempat biasa. Mematikan mesin mobil dan segera turun. Dengan gagahnya masuk ke dalam kantor dan segera masuk ke ruangannya.
Rahman mendapatkan semangat baru untuk memulai bekerja, berbeda dengan yang sebelumnya. Sekarang sedikitnya Rahman ada tujuan dalam hidupnya, yaitu ingin membuat bahagia gadis pujuaannya. Gadis berkerudung pink, dengan senyuman khasnya yang di hiasi oleh lesung pipi, namun gigi tidak terlihat.
Semua pekerjaan sudah selesai, Rahman setelah melihat jam di dinding mengarah ke angka 5. Rahman membereskan semua file yang ada di atas meja, dan bergegas pulang.
Di dalam mobil Rahman fokus di balik kemudi, Jam segini merupakan jam sibuk. Karena waktunya yang bekerja kantoran pulang. Jadi jalanan di padati oleh kendaraan roda empat dan dua. Untuk menghilangkan kesuntukannya Rahman menyalakan MP3 untuk mendengarkan murrotal. Mata Rahman mengarah keluar jendela.
Melihat ada seorang perempuan yang berjalan di trotoar dengan pandangan menunduk. Melihat dari belakang tubuh yang sudah tidak asing lagi, gadis pujaan hatinya.
"Itu kan Umaiza," gumam dalam hatinya.
"Mau kemana dia?" tanya dalam hati Rahman.
"Jalan sendirian,"
Mobil berjalan sedikit-sedikit karena macetnya. Saat hampir dekat, Rahman mencoba memanggilnya.
"Umaiza," panggil Rahman dalam mobil.
Umaiza langsung menoleh dan mencari sumber suara dengan celingak celinguk ke kanan ke kiri.
"Umaiza," panggil Rahman lagi dengan membuka jendela mobil.
Umaiza langsung menoleh ke arah suara dan mendekat.
"Mau kemana?"
"Pulang,"
"Ayo Kakak antar,"
"Tidak, terima kasih."
"Ayolah, cepat."
Umaiza lalu naik mobil karena takut di marahi oleh mobil yang berada di belakang.
"Kamu dari mana?"
"Kampus," Jawab Umaiza polos.
"Memang tadi tidak langsung pulang?"
"Ya, Umaiza kan pulangnya jalan kaki, hehehe."
"Astagfirullah, itu kan jauh Umaiza,"
"Ya, habis bagaimana lagi. Kalau naik kendaraan umum harus 3-4 kali naik, sayang uang,"
"Tapi kalau kamu sakit, bagaimana?" merasa khawatir.
"Sudah terbiasa juga, Kak."
"Panti asuhannya masih jauh?"
"Lumayan, Kak. 10 km lagi,"
"Ya Allah, begitu santainya gadis ini dalam menghadapi ujian dari-Mu. Semoga Engkau senantiasa memberikan kekuatan kapadanya, aamiin," lirih Rahman dalam hati.
"Kamu anak ketua yayasan panti?"
"Bukan, Kak. Umaiza hanya anak panti yang di buang oleh kedua orang tua Umaiza saat usia 3 bulan," jawab Umaiza ringan.
"Ma syaa Allah, hati gadis ini terbuat dari apa sebegitu santainya menyikapi hidup," lirih hati Rahman
"Kalau di stopan, kakak lihat Umaiza begitu akrab dengan anak-anak jalanan,"
"Mereka bagi Umaiza merupakan teman, adik, sahabat, dan siswa. Karena Umaiza tiap pagi selalu mengajar mereka,"
"Ma Syaa Allah, izinkan hamba-Mu ini untuk mengenal gadis ini lebih jauh lagi ya Allah," do'a Rahman.
Jalanan yang macet tidak membuat Rahman kesal karena mengobrol dengan Umaiza. Banyak hal-hal yang unik dari kepribadiannya.
"Maaf, ya, Umaiza kalau kakak banyak tanya. Tidak apa-apa kan?"
"Tidak apa-apa, Kak. Supaya tidak suntuk juga."
"Habis kamu unik, jadi membuat penasaran kakak."
"Maksud kakak?" menoleh ke arah Rahman.
"Ya, banyak hal yang membuat kakak ingin mengenalmu lebih jauh,".
"Jangan nanti Kakak kagum, sudah kagum suka terus jatuh cinta."
"Ya, gak apa-apa normal dong berarti kakak,"
"Jangan Kak, Umaiza tidak ingin kakak patah hati,"
"Maksudnya, Umaiza sudah punyak pacar?"
"Hus, apa itu pacar. Umaiza tidak kenal itu, yang namanya pacar. Kalau suami, Umaiza mau," tersenyum dengan manisnya.
Deggg....
Hati Rahman berdegup kencang.
"Apakah ini adalah kode dari Umaiza?" dalam benaknya."Hus, jangan GR dulu," sambung Rahmam dalam benaknya.
"Kenapa Kak, ada yang salah dengan ucapan Umaiza?" tanya Umaiza heran melihan Rahman diam terpaku.
"Tidak, tidak apa-apa."
"Oooh, kirain,"
"Setelah lulus kuliah, Umaiza mau kerja atau melanjutkan S2?"
"Inginnya kerja, habis ingin membantu biaya untuk adik-adik sekolah. Tapi kalau ada tawaran beasiswa lagi untuk S2 Umaiza gak kan nolak,"
"Ya, coba melamar pekerjaan dulu saja. Kakak juga dulu begitu. Kuliah sambil bekerja, S2 nya dapat beasiswa."
"Wah, hebat. Berarti kakak pintar ya?"
"Gak, juga. Lebih pintar kamu di banding kakak."
"Kok, kakak tahu lebih pintar Umaiza?"
"Itu tadi saat di kafe ngobrol sama Rara, tidak ada yang di revisi sama dosen pembimbing. Waktu kakak sampai beberapa kali tuh, di ulang,"
"Parah, ngetiknya sambil memikirkan pacar itu mah, pasti," goda Umaiza.
"Pacar, apa itu pacar. Tidak ada pacar, yang ada calon istri," jawab Rahman sambil tersenyum."
"Aduh, parah. pantesan beberapa kali di revisi doyannya copas," ucap Umaiza sambil tertawa.
Rahman yang mendengarkan ucapan Umaiza ikut tertawa.
"Bisa pinjam hp?"
"Untuk apa?" tanya Rahman bingung
"Lihat google maps,"
"Oh, kirain mau menyimpan no hp kamu,"
"Aku gak punya hp," jawabnya polos.
"Zaman gini gak punya hp, kalau ada info kampus bagaimana itu?"
"Dari Rara,"
"Ooooh," sambil memberikan hp kepada Umaiza.
Umaiza menerima hp Rahman.
Lalu Umaiza masuk ke google maps, mengetik nama panti asuhan dan alamatnya lalu menekan gambar mobil.
"Ini, Sudah. Takut nyasar saja, makanya pakai bantuan google maps" Ucap Umaiza.
"Oke, makasih ya."
"Umaiza yang makasih, Kak. Sudah mau mengantar Umaiza pulang."
"Kalau nanti-nanti kakak yang jemput saja ya, dari pada jalan kaki. Kan jauh,"
"Memang rumah kakak dimana?"
"Sebenarnya rumah Kakak dekat dengan panti asuhan kamu, beda 2 KM"
"Oh, ya,"
Kak Rahman hanya mengangguk
Jalanan masih tetap macet, volume kendaraannya bukan berkurang yang ada tambah banyak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments