Umaiza adalah gadis yang tumbuh di panti asuhan. Saat usianya masih bayi sekitar 2-3 bulan, Umaiza di simpan di depan pintu Panti Asuhan, 'Kasih Bunda'. Saat di temukan Umaiza hanya menggunakan selimut dan bajunya. Tidak meninggalkan jejak apapun seperti surat, liontin, gelang, cincin atau hanya sebatas bros dan kaos kaki seperti yang di sinetron-sinetron.
Umaiza tumbuh menjadi gadis yang mandiri, rajin, cantik dan pintar. Di sekolah selalu jadi yang terbaik. Di usianya yang masih muda, Umaiza sudah bisa membantu keuangan ibu panti untuk memenuhi kebutuhan adik-adiknya dengan menjual gorengan atau hasil karya tangannya yang di jual ke teman-teman sekolahnya.
Saat ini Umaiza kuliah tingkat akhir dan sedang menyusun skripsi. Untuk biaya sekolah dari SD sampai sekarang, Umaiza mendapatkan beasiswa penuh.
Untuk menambah uang saku dan membantu keuangan adik-adik panti nya, Umaiza dengan membuat bunga dan menjualnya di stopan lampu merah. Selain jualan, Umaiza juga mengajar anak-anak jalanan.
Meski tidak sekolah namun pintar harus, sistem mengajarnya sangat ringan, Umaiza mengikuti apa yang anak-anak inginkan.
Umaiza tidak pernah memaksakan, apa yang membuat mereka nyaman, pasti akan di ikutinya.
Sahabat di kampusnya yaitu Rara.
Dia sangat baik, suka meminjamkan leptopnya kepada Umaiza. Orangtuanya Rara pun sangat sayang pada Umaiza, mereka sudah menganggapnya seperti anak sendiri.
Terkadang dalam hati Umaiza suka terasa perih dan ingin menjerit, kenapa orangtuanya membuang Umaiza ke panti asuhan sedangkan orang lain yang tidak memiliki hubungan darah sangat mencintainya.
Hari ini pun sama Umaiza akan menjual bunga di stopan lampu merah dan mengajar anak-anak jalanan sebelum pergi ke kampus.
"Sudah bangun, Umaiza?" tanya Rara. Karena malam Umaiza tidur di rumah Rara untuk menyelesaikan skripsi.
"Sudah dari tadi, jam 03.30"
"Tidur jam berapa semalam?"
"Jam 12.00,"
"Gak ngantuk, Umaiza tidur hanya 3,5 jam?"
"In Syaa Allah, cukup,"
Umaiza melanjutkan kembali mengetik skripsinya, sebelum pergi untuk jualan dan mengajar.
"Tinggal berapa bab lagi?"
"In Syaa Allah tinggal 3 lagi,"
"Semoga lancar ya, tidak ada yang harus di revisi,"
"Aamiin, yang sudah selesai mau di print dulu. Kebetulan hari ini Umaiza janjian dengan dosen pembimbing."
"Sini, Rara print. Ikut ke ruang kerja ayah,"
"Makasih ya, Ra,"
"It's oke. kayak sama siapa saja sih, Umaiza," Sambil tersenyum menyeringai.
Umaiza beres-beres tempat tidur Rara. lalu pergi ke kamar mandi dan siap-siap.
Melihat Jam sudah mengarah ke angka 06.00.
"Ra, Umaiza duluan ya, takut terlambat," mengetuk kamar mandi, karena Rara sedang mandi.
"Baik, Umaiza. Ketikannya sudah selesai di print, Rara simpan di atas meja."
Umaiza menoleh ke meja lalu mengambil dan menyimpannya ke dalam tas.
Atasan kemeja panjang dan bawahan rok yang senada dengan warna kerudung dan memakai sepatu flat. Tas di atas pundak dan tangan membawa keranjang bunga.
"Umaiza pergi ya," teriak Umaiza kepada Rara supaya bisa terdengar olehnya.
Umaiza keluar dari kamar Rara.
"Umaiza mau kemana?" tanya bunda nya Rara.
"Bunda, Umaiza mau jualan bunga dulu takut terlambat."
"Tidak sarapan dulu?"
"Nanti di kampus saja, Bun,"
"Ya, sudah kalau begitu. Hati-hati di jalan."
Umaiza pamit dan mencium tangan Bundanya Rara.
Umaiza jalan dari rumah Rara, sambil jualan bunga.
Alhamdulillah, sepanjang jalan bunga yang Umaiza buat laku beberapa tangkai. Jadi membuat stock sedikit berkurang.
Tiba di stopan lampu merah, Umaiza menemui anak-anak jalanan. Mereka pun selain mengamen, membantu Umaiza juga untuk menjual bunga.
Setiap lampu berwarna merah, Umaiza suka turun menawarkan bunganya.
Kaca mobil di turunkan dan Umaiza segera mendekat, "mau membeli bunganya?" tawar Umaiza.
"Iya," jawab laki-laki itu.
"Berapa tangkai?"
"Semuanya saja," jawabnya dengan memberikan senyuman.
"Boleh, Pak. Karena tinggal 10 tangkai lagi, jadi harga semuanya seratus ribu, Pak."
"Baik, ini uangnya," menyerahkan 2 lembar berwarna merah.
"Ini kebanyakan, Pak,"
"Tidak apa-apa, buat Mbaknya saja,"
"Terima kasih, Pak." memberikan bunganya.
Menerima bunga dari tangan Umaiza.
Umaiza kembali lagi ke tempat sebelumnya dengan membawa keranjang yang kosong.
Laki-laki yang membeli bunga masih tetap melihatnya sambil menutup jendela mobil.
Dan lampu sudah hijau. Lalu melanjutkan jalan kembali.
Jam 07.00 Umaiza langsung mengajar anak-anak. mereka sangat antusias setiap kali belajar. Kepolosannya terkadang membuat Umaiza tersenyum. Dan pertanyaan-pertanyaan yang konyol keluar dari mulut mereka sehingga Umaiza kesulitan untuk menjawab.
Selesai mengajar Umaiza bergegas ke kampus. Karena jarak yang jauh, Umaiza membutuhkan banyak waktu. Umaiza selalu menempuhnya dengan jalan kaki.
*****
Di Kantor
Rahman ada kebahagiaan tersendiri melihat pujaan hatinya tersenyum dengan manis kepadanya. Ingin rasanya berkenalan namun mulut ini terasa kelu.
"Ikuti saja kemana arah air ini bermuara," Ucap Rahman dalam hatinya.
Bunga yang di beli dari Umaiza di simpan dalam vas bunga untuk menghiasi ruang kerjanya.
Siang nanti Rahman akan mencoba ke kampus lagi, siapa tahu yang namanya kebetulan masih berpihak pada dirinya.
Umaiza si gadis cantik bersuara merdu.
"Izinkan diri ini mengenalmu lebih jauh," lirih hatinya.
"Rahman bisa ke ruang kerjaku, sekarang?" tanya Direktur utama.
"Bisa, Pak. Dengan segera saya akan menemui Bapak,"
Rahman melangkahkan kakinya menuju ruang kerja Direktur Utama. Bapak Baskoro.
"Pagi, Pak," sapaku sambil mengetuk pintu.
"Masuk"
Rahman masuk dan berdiri di hadapannya.
"Silahkan duduk,"
"Baik, Pak,"
"Kantor cabang baru sedang finishing. Siapkan diri kamu untuk menjadi pimpinan di sana,"
"Saya, Pak?"
"Iya, kenapa keberatan?"
"Tidak, Pak. Saya akan siap dimanapun Bapak menempatkan saya,"
"Alhamdulillah, nanti kalau ada kabar terbaru saya akan beritahukan kepadamu,"
"Baik, Pak."
Rahman kembali lagi ke ruang kerjanya.
"Bagaimana dengan nasib cinta Rahman yang sudah terpaut kepada gadis penjual bunga, yang bernama Umaiza," tanya pada hatinya.
Sebenarnya ini sangat bagus, karena jenjang karirnya naik. Dari seorang staf, manajer, wakil direktur dan akan segera naik menjadi direktur utama. Dengan otomatis gajinya pun akan naik. Namun kini hatinya sudah terpaut pada gadis di stopan lampu merah yang bernama Umaiza.
"Bismillah, kalau jodoh tidak akan kemana," meyakinkan dirinya sendiri.
Waktu istirahat pun telah tiba, Rahman beres-beres meja dan segera turun menuju halaman parkir. Rahman masuk dan segera menjalankan mobilnya ke arah kampus untuk makan siang di kafe. Dengan harapan bisa ketemu kembali dengan Umaiza.
Sampai di kafe, Umaiza tidak nampak. Hati Rahman terasa perih, harapannya tidak terpenuhi oleh Allah.
Rahman masuk dan melangkahkan kakinya menuju meja pelayan untuk memesan makanan.
Rahman makan dengan pelan-pelan karena tidak selera, sang pujaan hati tidak ada.
Gadis yang di tunggu pun datang dengan temannya yang kemarin.
Umaiza menoleh kepada laki-laki yang sedang makan sendirian. "Seperti Bapak yang membeli semua sisa bunga Umaiza di stopan tadi pagi?" tanya Umaiza dalam hati. Untuk memastikannya Umaiza langsung melangkahkan kakinya menuju tempat makan Rahman.
"Bapak, suka makan di sini juga?" tanya Umaiza kepada Rahman.
Rahman dengan seketika mengangkat kepalanya dan terlihat bahagia.
"Iya," dan Rahman berdiri.
"Mbak juga?"
"Iya, saya kuliah di sana," tunjuk Umaiza ke arah kampusnya.
"Saya juga alumni kampus sana juga,"
"Ambil jurusan apa?"
"Akuntansi,"
"Sama dong,"
"Wah, kebetulan kalau begitu."
"Jangan panggil Mbak, panggil saja Umaiza,"
"Kalau saya panggil Kak Rahman saja, jangan Bapak. Kesannya sudah tua,"
Kami tertawa bersama.
"Itu teman saya Rara," tunjuk ke arah Rara yang sedang memesan makanan.
"Kalau begitu tunggu sebentar," ucap Rahman sambil melangkahkan kakinya.
"Kakak mau kemana?" tanya Umaiza heran karena Rahman meninggalkan makanan dan dirinya.
Rahman menuju kasir. Untuk membayar pesanan kami.
"Kenapa Kakak yang bayar," tanya Rara heran.
"Sudah anggap saja ini hadiah perkenalan dari kakak."
"Kalau nggak salah, kakak juga kan yang kemarin membayar makanan kami?" ucap Rara untuk memastikan.
Rahman hanya mengangguk sambil tersenyum ke arah Rara dan sesekali menoleh kepada Umaiza.
"Ya, sudah syukur Alhamdulillah. Terimakasih ya, Kak. Jadi uang jajan Rara awet lagi."
Rara pergi ke meja dimana Umaiza berada. Rahman mengikutinya dari belakang. Rara duduk di samping Umaiza dan Rahman tepat di hadapan Umaiza.
Pelayan pun segera datang dan menghampiri meja mereka.
"Ini Mbak, silahkan" sambil menyimpan makanan di hadapan Umaiza dan Rara.
"Terima kasih ya, mbak" ucap Umaiza kepada pelayan.
Setelah makanan Umaiza dan Rara, Rahman kembali melanjutkan makannya.
"Terima Kasih, Kak. Hari ini kakak memberikan 2 kebaikan untuk Umaiza." ucap Umaiza sambil tersenyum sebelum mulai makan dan mengucapkan do'a.
"Sama-sama"
Rara hanya bengong melihat pembicaraan kami.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments