Menolong Bunda

Pov Umaiza

Umaiza bangun seperti biasanya, shalat malam, tadarusan dan shalat subuh.

Kebetulan malam ini Umaiza menginap di panti, Umaiza membantu bersih-bersih dan membuatkan sarapan untuk adik-adiknya. Untuk bunga sendiri Umaiza sudah membuatnya semalam sebelum tidur.

Dan hari ini, Umaiza akan ke kampus untuk meminjam leptop yang punya Rara. Siang, waktu Rara selesai dengan mata kuliahnya.

Umaiza memang mengambil mata kuliah ke atas, jadi tingkat 4 sudah selesai. Sedangkan Rara mata kuliah yang di ambil sesuai dengan yang di jadwalkan oleh fakultas.

Setelah selesai semua, Umaiza segera siap-siap pergi ke stopan untuk menjual bunga. Dengan biasa, Umaiza akan berjalan kaki untuk menuju stopan tersebut.

"Ibu, Umaiza pamit pergi dulu ya?" dengan membawa keranjang bunga.

"Iya, Nak,"

Umaiza melangkah keluar.

"Umaiza," panggil Ibu panti mengikuti Umaiza dari belakang

"Iya, Bu," menoleh ke arah Ibu panti.

"Daripada kamu jalan, lebih baik pakai sepeda itu," tunjuk Ibu panti ke arah sepeda setelah dekat dengan Umaiza.

"Memang tidak dipakai, Bu?"

"Tidak, pakai saja!"

"Baik, Ibu. Terima Kasih,"

"Sama-sama, hati-hati di jalan,"

"Assalamu'alaikum," Ucap Umaiza dengan mencium tangan Ibu panti.

"Wa'alaikummussalaam," mengelus kepala Umaiza dengan lembut.

Umaiza mendekati sepeda dan menaruh bunga di keranjangnya dan tas di punggung.

Umaiza menoleh ke arah Ibu panti dan tersenyum.

Ibu panti mengangguk pelan.

Hati Umaiza sangat senang. Umaiza menjalankan sepeda dengan kecepatan sedang. Sesekali menoleh ke kanan dan ke kiri. Daerah panti masih sangat asri, udara pun masih sejuk.

Jalanan sudah mulai padat, Saat akan menembus jalan raya. Suara kendaraan yang sangat bising dan asap knalpot sehingga udara pun terasa pengap. Tiba-tiba ada seorang Ibu yang ke serempet oleh motor dengan kecepatan tinggi.

Umaiza sandarkan sepedanya ke sisi jalan dekat dinding yang ada di trotoar lalu turun dan menolong Ibu itu, yang lain hanya melihat saja tidak ada rasa empati dan simpati sedikit pun.

"Ibu, tidak apa-apa?" tanya Umaiza lembut.

"Tidak, Nak. Hanya tangan Ibu saja yang sakit dan pegal terbentur oleh motor itu."

"Ibu mau kemana?"

"Ibu tadinya mau ke pasar, namun sepertinya tidak jadi. Ibu mau pulang saja,"

"Rumah Ibu dimana?"

"Disana dekat, Nak," tunjuk Ibu itu.

"Mari Umaiza antar," sambil membangunkan Ibu itu dan memapahnya.

"Bagaimana dengan sepedanya?"

"Biarkan saja, Bu. Umaiza akan ambil setelah mengantarkan Ibu pulang,"

Umaiza mengantar Ibu itu ke rumahnya, rumahnya di pagar dengan tinggi, di jaga oleh satpam dan di dalamnya terdapat 2 rumah, yang 1 rumah sederhana, yang 1 rumah yang sedikit besar.

"Pak, tolong ambil sepeda Umaiza di pinggir jalan sana," perintah Ibu itu kepada satpamnya.

"Baik, Bu."

Ibu menunjuk ke arah rumah yang sederhana kepada Umaiza.

Umaiza masih setia memapah Ibu itu.

"Silahkan duduk, Nak,"

"Terima Kasih, Bu." Ibu duduk di kursi yang panjang.

Umaiza pun duduk di kursi untuk satu orang dekat Ibu.

"Boleh, Umaiza lihat Bu untuk bagian yang sakitnya?" ucap Umaiza penuh perhatian.

"Tidak apa-apa, Nak. Nanti juga sembuh sendiri,"

"Takutnya bengkak, Bu. Tadi motor itu jalannya kencang sekali,"

Ibu menyingsingkan lengan baju nya, Dan ternyata memang bengkak.

Umaiza pamit ke dapur untuk mengambil es batu dan wadah tidak lupa kainnya untuk mengompres.

Ibu mengangguk.

Tidak lama kemudian Umaiza datang.

Dengan telaten Umaiza mengompres lengan Ibu, sampai benar-benar terasa cukup.

"Bagaimana sekarang, Bu?" tanya Umaiza.

"Alhamdulillah, Nak. Sudah agak baikan,"

"Ibu, tinggal sama siapa disini?" dengan nada khawatir takutnya Ibu hanya sendirian.

"Ibu tinggal bersama dua anak laki-laki. Namun yang satu sudah tinggal di rumah sebelah, yang satu lagi kadang pulang kadang tidak katanya banyak tugas kuliah,"

"Umaiza lega dengarnya, takutnya Ibu tidak ada yang menjaga,"

"Terima kasih ya, Nak. Sudah menolong Ibu,"

"Sudah seharusnya, Ibu. Umaiza pamit dulu, ya. Umaiza juga harus ke kampus,"

"Iya, Nak. Hati-hati di jalan,"

"Assalamu'alaikum," ucap Umaiza dengan mencium tangan Ibu itu

"Wa'alaikumsalam," Jawab Ibu.

Umaiza pun pergi dan tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada Satpam yang sudah mengambilkan sepeda milik Ibu panti.

Umaiza masuk ke jalan raya kembali dan jalanan sudah sedikit lancar. Jadi masih bisa sempat jualan bunga dan mengajar anak-anak jalanan.

Umaiza sudah sampai di stopan yang biasa dan anak-anak jalanan menyambutnya dengan bahagia.

"Kak, tadi ada laki-laki yang naik mobil orangnya tampan putih melambaikan tangannya dan menanyakan kakak." kata salah satu anak laki-laki.

"Pasti Kak Rahman," dalam hati Umaiza

"Namanya Kak Rahman," sambungnya lagi

"Tebakan Umaiza tidak meleset,"

"Di jawab apa sama kamu?"

"Ya, bilang tidak ada. Wajahnya seperti yang kecewa,"

Umaiza hanya tersenyum mendengar ucapan anak laki-laki itu.

"Ayo, mau belajar atau mau ngobrol saja nih?" Tanya Umaiza dengan nada bercanda dan alis di angkat dan tak lupa tersenyum.

"Belajar dong Kak," jawab mereka serempak

"Mau belajar apa hari ini?"

"Belajar matematika saja," jawab salah satu anak.

"Bosen, matematika terus," timpal yang lain.

"Bahasa inggris saja, Kak," sambung yang lain.

"Oke, bagaimana kalau bahasa inggrisnya tentang hitung-hitungan?" jawab Umaiza menengahi mereka.

"Siap, Kak,"

Umaiza pun memberikan pelajaran menggunakan bahasa yang santai dan mengikuti gaya mereka supaya mereka mudah untuk mengerti.

"Sudah faham semuanya?"

"Sudah, Kak."

"Alhamdulillah,"

"Terima kasih, Kak."

"Sama-sama, Kakak akan pergi dulu ke kampus ya,"

"Iya, Kak."

"Assalamu'alaikum," kata Umaiza sebelum pergi.

"Waalaikummussalaam,"

Umaiza melajukan sepedanya ke kampus dengan kecepatan sedang karena sekalian dagang bunga.

Di sepanjang jalan Alhamdulillah, rezekinya ada saja. Hampir setengah bunga yang Umaiza bawa, terjual. Dan Umaiza pun sudah sampai di kampus.

"Masih ada bunganya, Umaiza?" tanya salah satu teman laki-lakinya.

"Masih dong, mau beli berapa tangkai?"

"5 saja,"

"Wih, banyak banget. Buat di kasih ke cewek-cewek ya?" goda Umaiza dengan senyuman khasnya.

"Sok tau, buat nyokap,"

"Oooo," manggut-manggut dan membulatkan mulutnya.

"Nih, uangnya. Kembaliannya buat lu saja," ucap temannya dan berlalu meninggalkan Umaiza.

"Thank's ya," teriak Umaiza supaya terdengar oleh temannya.

Temannya hanya mengacungkan jempolnya di atas bahu.

Rara pun datang.

"Sudah menunggu lama?"

"Gak, baru saja datang,"

"Ke kafe yuk,"

Aku mengangguk dan mengunci sepeda dulu.

Kami melangkahkan kaki menuju kafe.

Terlihat Kak Rahman sudah ada di dalam kafe.

"Kakak," panggil Umaiza mendekati mejanya.

"Eh, Umaiza, baru datang?"

"Iya, Kak. Umaiza ke kampus hanya mau minjam leptop Rara saja. Jadi siangan kesini nya,"

"Pantesan tadi kakak mencari d stopan Umaiza tidak ada."

"Hehehe, Iya, tadi Umaiza menolong seorang Ibu yang terserempet oleh motor, Jadi terlambat ke stopannya,"

Rara hanya melirik ke arah Umaiza dan Rahman. Entah apa yang ada di benaknya.

"Umaiza mau pesan makanan atau mau mengobrol saja?"

"Pesan makanan dong,"

"Kakak sudah pesankan makanan, sebentar lagi datang,"

"Kakak, jangan sering-sering traktir kami. Nanti kami ke enakan bagaimana?"

"Kalau kakaknya ada rezeki kenapa tidak, Kakak senang melakukan ini."

"Tapi Umaiza malu, Kak,"

"Udah, jangan nolak rezeki," ucap Rara sambil tersenyum.

"Tuh, benar kata Rara,"

Umaiza yang menunduk.

"Mau langsung pulang?" tanya Rahman sambil menatap Umaiza

"Tidak, Umaiza mau beli alat-alat untuk membuat bunga,"

"Iya, hati-hati di jalan."

Pesanan datang.

Umaiza dan Rara makan tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada pelayan dan tentu juga kepada Kak Rahman.

Kak Rahman pamit untuk kembali lagi ke kantor.

Episodes
1 Lampu Merah
2 Gadis penjual bunga
3 Gadis berkerudung Pink
4 Macet yang membawa berkah
5 Menolong Bunda
6 Perhatian
7 Takdir
8 Istri Idaman.
9 Umaizaku
10 Menangis bahagia
11 Tes DNA
12 Print Skripsi.
13 Hasil DNA.
14 Kamar Umaiza
15 Ayah dan Ibu Umaiza
16 Restu Orangtua
17 Ketakutan Umaiza
18 Rahman sangat cool
19 Hati Umaiza yang Tulus
20 Senyum Umaiza
21 Ketegasan Umaiza
22 Tempat Pernikahan
23 Pengeroyokan
24 Rencana Buruknya
25 Semuanya Terbongkar
26 Kantin Perusahaan
27 Goda Dengan Gemulai
28 Lift
29 Cover Skripsi
30 Barang Seserahan
31 Sidang
32 Mall Besar
33 Baju Pengantin
34 Kasih Sayang Orangtua
35 Sarapan
36 Di Kantor
37 Di Kantor Part 2
38 Rama
39 Pak Baskoro
40 Dani sang penolong
41 Sopir
42 Rumah Sakit
43 Kebahagiaan Berbalut Duka
44 Curiga
45 Alifa
46 Istirahat
47 Terima kasih
48 Keluarga
49 Umaiza Sayang
50 Di Pasar
51 Merasa Bersalah
52 Surat
53 Janji Umaiza
54 USG
55 Dua Sejoli
56 Tepati Janji
57 Buku Agenda
58 Kotak
59 Sari
60 Foto
61 Syok
62 Tidur
63 Meeting Pertama
64 Buku Harian Ayah
65 Rompi
66 Gadis itu
67 Menyesal
68 Semakin Dekat
69 Ibu Aisyah
70 WO
71 Lelah
72 Fitnah Alifa
73 Umaiza Kecewa
74 Rencana Alifa
75 Tahanan Baik
76 Menolong sang penolong
77 Ke Panti
78 mohon maaf
79 menyapa pembaca
80 Bersolek
81 Mahasiswi Terbaik
82 Hadiah
83 Persiapan Ayah
84 Peresmian Kantor Cabang Baru
85 Rumah Ibu dan Ayah
86 Keluarga Ibu
87 Keluarga Ayah dan Bundanya Rahman
Episodes

Updated 87 Episodes

1
Lampu Merah
2
Gadis penjual bunga
3
Gadis berkerudung Pink
4
Macet yang membawa berkah
5
Menolong Bunda
6
Perhatian
7
Takdir
8
Istri Idaman.
9
Umaizaku
10
Menangis bahagia
11
Tes DNA
12
Print Skripsi.
13
Hasil DNA.
14
Kamar Umaiza
15
Ayah dan Ibu Umaiza
16
Restu Orangtua
17
Ketakutan Umaiza
18
Rahman sangat cool
19
Hati Umaiza yang Tulus
20
Senyum Umaiza
21
Ketegasan Umaiza
22
Tempat Pernikahan
23
Pengeroyokan
24
Rencana Buruknya
25
Semuanya Terbongkar
26
Kantin Perusahaan
27
Goda Dengan Gemulai
28
Lift
29
Cover Skripsi
30
Barang Seserahan
31
Sidang
32
Mall Besar
33
Baju Pengantin
34
Kasih Sayang Orangtua
35
Sarapan
36
Di Kantor
37
Di Kantor Part 2
38
Rama
39
Pak Baskoro
40
Dani sang penolong
41
Sopir
42
Rumah Sakit
43
Kebahagiaan Berbalut Duka
44
Curiga
45
Alifa
46
Istirahat
47
Terima kasih
48
Keluarga
49
Umaiza Sayang
50
Di Pasar
51
Merasa Bersalah
52
Surat
53
Janji Umaiza
54
USG
55
Dua Sejoli
56
Tepati Janji
57
Buku Agenda
58
Kotak
59
Sari
60
Foto
61
Syok
62
Tidur
63
Meeting Pertama
64
Buku Harian Ayah
65
Rompi
66
Gadis itu
67
Menyesal
68
Semakin Dekat
69
Ibu Aisyah
70
WO
71
Lelah
72
Fitnah Alifa
73
Umaiza Kecewa
74
Rencana Alifa
75
Tahanan Baik
76
Menolong sang penolong
77
Ke Panti
78
mohon maaf
79
menyapa pembaca
80
Bersolek
81
Mahasiswi Terbaik
82
Hadiah
83
Persiapan Ayah
84
Peresmian Kantor Cabang Baru
85
Rumah Ibu dan Ayah
86
Keluarga Ibu
87
Keluarga Ayah dan Bundanya Rahman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!