Pacar Pertama Calon Kedua 5

E. Taka Corp

Seperti biasa paginya selalu berkutat dengan berkas. Seolah tidak mau membuang waktu. Semua pekerjaan se-dini mungkin di selesaikan, pekerjaan akan terus bertambah setiap jam-nya.

"Baiklah, atur rapat untuk proyek ini kepada pemegang saham," hanya itu yang terlontar dari mulut Taka, kemudian dia berkutat kembali dengan file lainnya.

"Baik Pa Taka." Kansa terlihat ragu karena mood Taka beberapa hari ini.

Sebelah alisnya naik, gerakan pulpen nya terhenti di atas berkas mahal miliknya, jemari panjang itu saling bertaut lalu bertopang dagu.

"Hn.."

"U.. untuk modelnya? Apakah Pa Taka setuju?," suaranya patah dia takut salah bicara.

Taka terkekeh melihat ketakutan pada sekretaris muda itu.

Yaah.. dia tahu beberapa hari ini mood si bos tidak terkendali sedang tidak terkendali.

Menghela napas panjang, netra lelaki rupawan itu terus mengamati sekretaris nya yang kini  tidak berani melihat ke arah nya.

"Apa aku terlihat— sangat ganas?."

Memberi jeda pada ucapannya sampai Kansa kembali angkat kepala.

"Aku tidak perlu melihat profil model itu, yang terpilih pasti cocok. Dan ya, aku setuju" kalimat itu meluncur dengan nada lembut.

Merasa sedikit tenang dan lega sekretaris. Tersenyum dan mohon undur diri dari hadapan Taka.

Pintu ruangan CEO baru saja

tertutup. Taka menarik napas sedikit panjang. Memutar kursi, punggung tegap bersandar nyaman. Jelaga hitam menikmati pemandangan ibukota Jakarta yang padat dan ramai.

Pendengarannya mulai terusik, suara yang tidak asing terdengar. Mata kelam menoleh ke arah pintu.

"Aku mau masuk," suara wanita berteriak di luar pintu ruang sang CEO.

Ia segera berdiri dekati rak buku, tangannya terulur meraih kotak kecil di sana, membuka nya dan  memutar benda yang terlihat seperti mini toys berbentuk ular itu ke arah kanan, bersamaan dengan itu dinding di hadapannya terbuka.

Taka masuk kedalam sana. Setelahnya dinding kembali tertutup sempurna tanpa celah. Secara otomatis juga benda kotak yang tadi masih terbuka kini tertutup kembali.

Napasnya terdengar sangat berat. Taka duduk pada sofa panjang. Mengambil sebatang rokok, memberi api di ujung. Napas berat berhembus bersama asap nikotin, hal sekecil itu memberi efek tenang dari pikirannya yang kacau beberapa hari ini.

"Ta—"suara Cindy terputus, mendapati ruangan kerja mewah itu kosong.

"Sudah saya bilang dia tak ada nona," suara Dendi terdengar kesal.

"Kalau dia tidak ada di sini, untuk apa kau ke sini, hah, kau itu bodyguard nya?"

"Saya— hanya di suruh ambil beberapa berkas  tertinggal," Dendi se–tenang mungkin.

"Oh ya.. lalu di mana dia sekarang?" Tantang Cindy pada Dendi dengan melipat tangan depan dada.

Dendi mengangkat kedua bahu. Memisah berkas di meja dan pura-pura mencari di sana.

Masih dengan rasa kesal Cindy keluar dari ruangan begitu saja, lalu Dendi bernapas lega.

Tangannya tidak sengaja menjatuhkan file hijau. Meraih dan membuka file itu dengan seringai geli muncul.

"Kurasa ini pasti seru dan menarik," menutup file tersebut dan keluar ruangan.

Di dalam private room.

Pria tampan berambut panjang itu bersandar pada sofa besar. Mendongak menatap kosong langit private room, ia memijat pangkal hidung.

Suara desah laknat masih setia terngiang di benaknya. Kekasihnya bergairah diiringi erangan hasrat pria lain di dalam apartemen wanitanya.

Taka marah, rahangnya mengeras, dadanya berdenyut sakit, rahangnya mengetat, kedua tangan sudah terkepal kuat menahan marah.

"Pergilah, aku tidak terima semua pengkhianatan mu padaku.

Aku tidak akan pernah bisa menerima mu lagi.

Pengkhianat selalu sama, tak ada yang berubah karena itu sifat mereka."

Meraih remote sebuah televisi. Bibirnya setia mengapit sebatang rokok menghisap kecil sampai asap nikotin itu keluar disela bibirnya. Ditemani segelas wine merah di atas nakas depan sofa.

Iris hitam menatap lembut namun terkesan sendu pada tayangan televisi. Seseorang yang dulu memberi pernyataan cinta tulus untuknya. Sayang, sungguh teramat sayang. Taka tidak menerima pernyataan tulus itu.

Tatapan penuh rindu itu muncul, "Kau semakin manis dan cantik, bisakah aku berharap memiliki mu sekarang." kerongkongan nya merasa kering.

Helaan napas berat meluncur, mematikan api pada puntung rokok yang masih panjang di asbak kristal, dia tahu semua sudah terlambat, dia menyesal telah abai nasihat para sahabatnya.

Desah sesal meluncur, "Kenapa begitu sesak?" Menyesal.. rasanya percuma." Terkekeh pahit.

Dia pasti sudah memiliki seseorang yang selalu setia di sampingnya, berbagi suka dan duka.

Dia kembali bergumam, '"Maafkan aku, bisakah aku berharap kau mencintai ku kembali."

Iris hitam menatap sendu tayangan talkshow tersebut. Tersenyum kecut, meratapi kebodohan yang lalu.

Saat ini dia merasa televisi layar 50" itu sedang tertawa atas dirinya.

Terlambat selalu seperti itu.

🌟🌟🌟

CEO P. Diamond Corp baru saja keluar dari ruang kerjanya. Alisnya menukik satu saat mendengar suara ponsel bergetar. Pendengarannya menajam ia mencari sumber suara.

Tepat di depannya, di meja yang sudah rapi. Sebelah komputer diantara beberapa folder,ia melihat ke arah layar ponsel berdering itu. Kesal tidak lebih tepatnya cemburu gambaran perasaan Chris melihat sebuah nama tertera di sana.

Bagaimana tidak, semalaman Chris tidak bisa tidur setelah Rani telepon. Tepat saat Ega mendapat telepon dari Galih. Dia semakin geram Ega berkata rindu dengan nada lembut.

Tanpa pikir panjang tangannya meraih benda pipih tersebut. Menggeser tombol hijau menaruh benda itu di telinga tanpa bersuara.

"Halo Ga kau sudah selesai? Aku di tempat parkir."

1detik

2detik

3detik

.

.

Di seberang sana Galih menatap layar ponsel miliknya dengan kerutan di dahi tidak ada suara menyahut.

"Ga, kau baik - baik saja? Cepat turun ya, aku tunggu sayang," Galih menambah panas suasana dengan memberi kiss jauh dari seberang.

"Cih, mati saja." Geramnya menggenggam benda persegi itu kuat-kuat.

Aura iblis Chris semakin menguar, matanya berkilat api cemburu pekat.

Ia tersentak panik saat mendengar suara langkah kaki mendekat. Dengan tenang ia berbalik masuk ke ruang kerjanya. Lalu  pura-pura seolah dia baru saja ingin keluar.

Melihat Ega menggenggam ponsel. Chris merasa panas. 

"Ga." Panggilnya dengan tangan memijat pelipis, mengintip dengan ujung mata, ia bisa melihat Ega menghampirinya.

"Kau tak apa?" Terlihat raut panik di wajah manis Ega. Ia menuntun Chris masuk ke ruang kerja.

Senyum iblis muncul.

"Entahlah, aku merasa sedikit pusing. Apa kau bisa buat kopi?" Ega mengangguk sebagai jawaban.

"Dan bisa kau tolong cek invoice tiga bulan terakhir, aku belum sempat mengeceknya," iris mata Chris menatap lembut manik bening didepan nya.

"Ok, tunggu sebentar aku segera kembali," Ega pamit.

Kedua sudut bibirnya terangkat licik. Menatap punggung Ega pergi ke arah pantry. Hati iblis Chris bersorak gembira.

"Mungkin menahan mu di sini sedikit lama itu lebih baik."

Seringai iblis bontot Mika dan Steven itu tidak lepas dari wajah edonis nya.

🌟🌟🌟🌟

Sebelumnya Ega di toilet.

Suara hantaman pada salah satu pintu kamar mandi. Tata hanya memutar bola mata nya melihat kelakuan teman se-kantornya sore ini.

"Kau kenapa? Ku lihat dari makan siang kau menggerutu tak jelas?!" Ega memijit pelipisnya.

Gadis itu mendesah berat, "Kau tahu, Chris seharian ini diam padaku, aku memberinya laporan bicara panjang lebar dan dia hanya menatap ku. Dia kesambet atau apa sih?" Tata tersenyum.

Nando telepon kemarin malam dan bercerita kalau Chris sedang kesal. Mendengar percakapan Ega dan Galih melalui Rani yang menghubunginya.

Rani disuruh atau lebih tepatnya dipaksa  Chris menginap di apartemen Ega. Chris sangat penasaran hubungan Ega dan Galih.

-Detective gadungan.

Tata mendengus geli, "Sudahlah jangan seperti itu kau bisa tua sendiri diantara kami nanti, kau selalu menggerutu, marah, apa kau tidak kasihan dengan kulit wajah mu," Ega semakin pusing mendengar kata pedas Tata.

"Kenapa kau tidak tanya pada Chris, sikap anehnya itu?"

"Tapi aku salah apa Ta? Kalau aku memang membuat kesalahan lebih baik dia mengomel pada ku," Ega sebal, mencuci muka untuk terlihat lebih segar.

"Kau ada lembur hari ini?" Tata memilih topik lain.

Ega melirik Tata, "Tidak, aku ada janji dengan Galih setelah pulang kerja, dan kami mampir ke Supermarket." Mengoles tipis lipstick berwarna nude ke bibir.

Tata hanya membentuk huruf O pada mulutnya, mereka keluar kamar mandi. Tidak jauh dari di lorong kamar mandi mereka melihat Nando. Tata tersenyum lebar menghampiri pujaan hatinya.

"Baiklah, kami duluan ya," Nando dan Tata melambaikan tangan.

Ega merogoh tasnya, ponsel nya tidak ada di dalam sana. Menepuk dahi Ega memutar arah masuk lagi ke dalam kantor.

🌟🌟🌟

Parkir-an

Galih tidak bodoh, dia tahu yang mengangkat ponsel itu bukanlah Ega. Karena tidak mungkin Ega tidak bersuara.

Ide jahil muncul

"Ga, kau baik - baik saja? Baiklah cepat turun ya, aku tunggu sayang,"

Memutus sambungan telepon dan tertawa kencang di dalam mobil terbayang raut masam Chris.

Tidak lama ponsel nya berdering kembali nama Ega muncul di sana. Dan ia tahu konsekuensinya.

"Halo Galih, maaf aku tak bisa sekarang."

"Sudah ku duga, ok hati-hatilah.".

"Apa mak—"

"Sudahlah, kau hati-hati saja oke,"

"Ok."

Galih menggeleng menatap layar ponsel.

"Menyenangkan" kepala Galih menggeleng.  mobil hitam kesayangan nya membelah kota yang padat di sore hari.

 

🌷🌹🌷🌹

Tbc

 

Kasih dukungannya pliss..😊

Komen ya😉

Like juga 💕

Salaminezt

ViRuz04

💕

Terpopuler

Comments

Daratullaila🍒

Daratullaila🍒

Hai author aku mampir lagi membawa like, semangat up nya💪
Jangan lupa baca episode baru CIC
Salam dari Calon Istri Ceo☺💖

2020-12-18

0

Rosni Lim

Rosni Lim

Semangat

2020-12-17

0

Diah Fiana

Diah Fiana

aku udah like dan vote kak 😊

2020-11-30

0

lihat semua
Episodes
1 Pacar pertama Calon Kedua _ 1
2 Pacar pertama Calon Kedua _ 2
3 Pacar Pertama Calon Kedua _ 3
4 Pacar Pertama Calon Kedua 4
5 Pacar Pertama Calon Kedua 5
6 Pacar Pertama Calon Kedua 6
7 Pacar Pertama Calon Kedua 7
8 Pacar Pertama Calon Kedua 8
9 Pacar Pertama Calon Kedua 9
10 Pacar Pertama Calon Kedua 10
11 Pacar Pertama Calon Kedua 11
12 Pacar Pertama Calon Kedua 12
13 Pacar Pertama Calon Kedua 13
14 Pacar Pertama Calon Kedua 14
15 Pacar Pertama Calon Kedua 15
16 Pacar Pertama Calon Kedua 16
17 Pacar Pertama Calon Kedua 17
18 Pacar Pertama Calon Kedua 18
19 Pacar Pertama Calon Kedua 19
20 Pacar Pertama Calon Kedua 20
21 Pacar Pertama Calon Kedua 21
22 Pacar Pertama Calon Kedua 22
23 Pacar Pertama Calon Kedua 23
24 Pacar Pertama Calon Kedua 24
25 Pacar Pertama Calon Kedua 25
26 Pacar Pertama Calon Kedua 26
27 Cast character
28 Pacar Pertama Calon Kedua 27
29 Pacar Pertama Calon kedua 28
30 Pacar Pertama Calon Kedua 29
31 Pacar Pertama Calon Kedua 30
32 Pacar Pertama Calon Kedua 31
33 Pacar Pertama Calon Kedua 32
34 Pacar Pertama Calon Kedua 33
35 Pacar Pertama Calon Kedua 34
36 Pacar Pertama Calon Kedua 35
37 Pacar Pertama Calon Kedua 36
38 Pacar Pertama Calon Kedua 37
39 Pacar Pertama Calon Kedua 38
40 Pacar Pertama Calon Kedua 39
41 Pacar Pertama Calon Kedua 40
42 Pacar Pertama Calon Kedua 41
43 Pacar Pertama Calon Kedua 42
44 Pacar Pertama Calon Kedua 43
45 Pacar Pertama Calon Kedua 44
46 Epilog
47 New Kuy di Cek
Episodes

Updated 47 Episodes

1
Pacar pertama Calon Kedua _ 1
2
Pacar pertama Calon Kedua _ 2
3
Pacar Pertama Calon Kedua _ 3
4
Pacar Pertama Calon Kedua 4
5
Pacar Pertama Calon Kedua 5
6
Pacar Pertama Calon Kedua 6
7
Pacar Pertama Calon Kedua 7
8
Pacar Pertama Calon Kedua 8
9
Pacar Pertama Calon Kedua 9
10
Pacar Pertama Calon Kedua 10
11
Pacar Pertama Calon Kedua 11
12
Pacar Pertama Calon Kedua 12
13
Pacar Pertama Calon Kedua 13
14
Pacar Pertama Calon Kedua 14
15
Pacar Pertama Calon Kedua 15
16
Pacar Pertama Calon Kedua 16
17
Pacar Pertama Calon Kedua 17
18
Pacar Pertama Calon Kedua 18
19
Pacar Pertama Calon Kedua 19
20
Pacar Pertama Calon Kedua 20
21
Pacar Pertama Calon Kedua 21
22
Pacar Pertama Calon Kedua 22
23
Pacar Pertama Calon Kedua 23
24
Pacar Pertama Calon Kedua 24
25
Pacar Pertama Calon Kedua 25
26
Pacar Pertama Calon Kedua 26
27
Cast character
28
Pacar Pertama Calon Kedua 27
29
Pacar Pertama Calon kedua 28
30
Pacar Pertama Calon Kedua 29
31
Pacar Pertama Calon Kedua 30
32
Pacar Pertama Calon Kedua 31
33
Pacar Pertama Calon Kedua 32
34
Pacar Pertama Calon Kedua 33
35
Pacar Pertama Calon Kedua 34
36
Pacar Pertama Calon Kedua 35
37
Pacar Pertama Calon Kedua 36
38
Pacar Pertama Calon Kedua 37
39
Pacar Pertama Calon Kedua 38
40
Pacar Pertama Calon Kedua 39
41
Pacar Pertama Calon Kedua 40
42
Pacar Pertama Calon Kedua 41
43
Pacar Pertama Calon Kedua 42
44
Pacar Pertama Calon Kedua 43
45
Pacar Pertama Calon Kedua 44
46
Epilog
47
New Kuy di Cek

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!