Perawat membantu Fera menuju mobil Leo dengan menggunakan kursi roda.
"Sini suster saya aja yang bawa kursi rodanya. " ucap Leo.
Leo mendorong kursi roda menuju mobilnya dan bergegas membuka pintu mobil.
"Ayo masuk," Leo membuka pintu mobil dan membantu Fera masuk ke dalam.
"Terima Kasih kakak" ucap Fera sebelum beranjak dari kursi roda tersebut.
"Sama-sama dek Fera, lekas sembuh ya." Ucap Rati
Setelah berpamitan dengan Rati, mereka segera menuju tempat tinggal Fera.
"Rumahmu di mana dek," tanya Leo kepada Sana.
"Rumah saya di komplek permai bang," sahut Fera.
Leo hanya memberikan anggukan, tanda tau lokasi rumahnya di mana.
"Punya nomor telpon?" Boleh minta nomor telepon dek ucap Leo.
"Untuk apa bang?" selidik Fera yang merasa aneh di mintai nomor telepon oleh Leo.
"Iya untuk memastikan kakimu sembuh, kamu baik-baik saja selama proses penyembahan dek." kata Leo.
"Pasti luka kaki saya akan cepat pulih bang, lagi pulang lukanya sudah di jahit." Fera meyakinkan Leo supaya Leo tidak harus merasa bersalah. Lagi pulang semua nya terjadi bukan karena unsur kesengajaan. Pikir Fera.
"Iya, walaupun bagaimana pun saya harus tetap bertanggung jawab dek, karena kamu terluka akibat kelalaian saya." Tegas Leo.
Akhirnya Fera pun memberikan nomor telepon nya kepada Leo.
"Ini nomor saya." Fera memberikan nomor telepon nya kepada Leo yang sudah di tulisannya di sebuah kertas.
" Kamu masih sekolah dek? " tanya Leo mencari suasana yang hening.
"Baru tamat tahun ini bang, " ucap Fera.
"Oh, baru dengar kelulusan ya? "
"Iya bang. " Fera tersenyum.
Satu jam sudah berlalu, Fera sudah hampir sampai di rumah tempat kediamannya.
"Bang berhenti di sini saja ya." Pinta Fera.
"Loh kenapa berhenti di sini dek, bukannya kita belum sampai di rumah mu."Ucap Leo yang merasa aneh mendengar ucapan Fera, bagaimana tidak rumah Fera masih 50 meter jaraknya jika sesuai dengan alamat yang di sebutkan Fera tadi.
"Iya bang, berhenti di depan gang ini saja. Saya tidak mau orang tua saya salah faham karena tadi saja ijinnya pergi sama teman perempuan. nanti kalau papa lihat saja di antara abang Fera takut papa marah."
"Oh seperti itu dek, abang bisa jelaskan kalau papamu marah dek. "
"Gak apa-apa bang, berhenti di sini aja ya. " ucap Fera sambil memohon.
"Baiklah dek, memangnya kakimu udah bisa di pakai untuk jalan? " tanya Leo memastikan keadaan Fera.
"Sudah bang, kakiku sudah bisa jalan ko. " ucap Fera sambil tersenyum.
"Baiklah, bukan abang yang menurunkanmu di sini ya dek. Tapi kamu yang minta. " ucap Leo.
"Iya bang, maaf ya sudah merepotkan abg. " ucap Fera.
"Iya tidak apa-apa dek. Abang tidak merasa di repot kan, malah Abang merasa senang sudah membantu adek. "
Fera berusaha menjelaskan kepada Leo. Meskipun Leo tetap memaksa untuk mengantar Fera sampai ke rumahnya langsung, tetap saja di tolak oleh Fera dan berkeras untuk di turunkan di depan gang komplek rumah nya.
Meskipun sudah berusia 18 tahun dan sudah tamat SMA Fera tidak pernah membawa laki-laki untuk bertamu di rumah nya jika bukan karena hari raya. Karena orang tua Fera melarang keras anak-anaknya untuk berpacaran sebelum selesai sekolah dan bekerja.
Seusai Fera pasti banyak anak yang sudah memiliki banyak mantan atau kekasih, tapi beda halnya dengan Fera. Fera seorang anak yang penurut dan patuh aturan, tak pernah Fera melanggar aturan yang di buat oleh orang tua nya. Karena dalam pikiran Fera, setiap hal yang di lakukan orang tuanya untuk Dia hanya demi kebaikan mereka.
Fera bejalan kaki menuju Rumah kediamannya. Rumah mereka sangat sederhana, tidak semegah rumah orang kaya. Bentuk bangunan yang lama tetapi karena terawat membuat rumah lama itu masih bisa di bilang indah untuk di pandang. Rumah itu adalah rumah peninggalan kakek Fera. Hal itulah yang membuat orang tuanya tidak mau merubah bentuk rumah mereka karena begitu banyak kenangan indah di rumah itu.
"Terima kasih banyak bang, " ucap Fera setelah keluar dari dalam mobil.
"Iya sama-sama, hati-hati jalannya dek. "
Setelah Fera berjalan agak jauh, Leo akhirnya memilih untuk pulang ke rumah. Sementara Fera berjalan perlahan menuju rumah.
"Ham.. benar-benar anak keras kepala. " ucap Leo sambil memperhatikan Fera yang berjalan dengan susah payah.
"Ya, yang penting aku sudah berniat baik. " ucap Leo dalam hatinya.
"Ya udah lah aku pulang aja. " pikir Leo
***
"Hmm... syukur aja bang Leo mau turunin aku di depan gang. " pikir Fera yang merasa lega.
"Kalau gak bisa repot sampai di rumah, pasti di tanya macam-macam sama papa. " ucap Fera yang membayangkan apa yang terjadi jika Leo mengantarkannya pulang sampai ke rumah.
"Aduh... kaki ku lumayan sakit. " Fera mengelus-elus kakinya dan sejenak berhenti berjalan.
Setelah kakinya terasa sedikit nyaman Fera melanjutkan perjalanan nya.
"Akhirnya sampai juga, " ucap Fera yang melihat rumahnya sudah di depan mata.
"Semoga mama gak marah, " pikir Fera
Ting..tong.. ting...tong.. bunyi bel yang di pencet Fera.
Tidak lama kemudian, pintu pun di buka oleh Sinta mama Fera.
"Tumben kamu lambat pulang nak," selidik Sinta kepada anaknya.
"Hi..... "Fera menyunggingkan giginya yang putih kepada ibunya.
"Kenapa kakimu nak?" Tanya Sinta pada anaknya itu.
"Iya bu, tadi Fera kurang hati-hati saat jalan. Jadi kesandung, makanya kaki Fera luka." Jawab Fera sambil memamerkan giginya yang putih.
"Tenang ma, tadi Fera sudah ke klinik Kinasih. Jadi kaki Fera sudah di bersihkan dan di jahit." Ucap Fera sekali lagi kepada ibunya.
"Ayo masuk dulu. "
"Ha... sampai di jahit nak, berarti lukanya dalam? " Respon Sinta dengan perasaan kuatir dengan apa yang di alami oleh anaknya.
Iya ma, sedikit dalam jadi harus di jahit kata dokter, kalo tidak lukanya nanti terbuka dan penyembuhannya akan lama ma di tambah lagi lukanya juga mengenai pembuluh darah." Jelas Sinta pada ibunya.
"Kamu dapat uang dari mana untuk mengobati kakimu nak? Memangnya uangmu cukup?" tanya Sinta pada anaknya.
"Soalnya tadi pagi mama lupa kasi uang jajan kan." ucap Sinta.
"Iya bu, tadi Fera di tolong orang baik." Ucap Sinta.
"Jadi orang itu yang bayarin biaya perawatan kakimu. Sudah mengucapkan terimakasih pada orang itu?"
"Fera lupa ma, sambil menepuk kepala Fera menjawab ibunya. Fera baru sadar kalau dia belum berterimakasih."
"Lain kali jangan lupa ucapkan terimakasih kasih kepada orang yang sudah berbaik hati kepada kita ya." Sinta kembali mengingatkan anaknya.
"Sudah ko ma, Fera bercanda aja tadi" ucap Fera.
..."Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu....
...Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan....
...Mat 7:7, 8...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 189 Episodes
Comments
ARSY ALFAZZA
like 👍🏻
2021-10-27
0
Ika Sartika
👍👍👍👍
2021-09-21
0
Lia Rosita
Aku hadir thor
2021-04-30
1