°°°~Happy Reading~°°°
Anelis mulai bisa mengontrol emosi nya, tangis yang tadi tumpah kini tak lagi menggenang di pelupuk mata.
Wajah yang masih sembab itu kini terlihat begitu fokus, mendengarkan dengan seksama penjelasan dokter Nita yang akan menentukan nasib hidup anaknya kelak.
" Jadi untuk kasus putra anda, kami bisa memberikan pengobatan dengan kemoterapi juga transplantasi sumsum tulang belakang. Namun, mengingat kanker darah yang di idap putra anda sudah memasuki stadium 2, kami menyarankan untuk melakukan transplantasi sumsum tulang belakang secepatnya, jadi kita harus segera mencari pendonor yang tepat untuk putra anda. Untuk pendonor nya sendiri, setidaknya pendonor itu berasal dari keluarga terdekat karena merekalah yang memiliki struktur DNA paling mirip dengan putra anda, jadi tingkat kecocokan nya akan semakin tinggi "
Anelis tampak menimbang.
" Apa... saya bisa menjadi pendonor untuk anak saya dok? " Tanya Anelis dengan penuh rasa was-was.
" Tentu bisa bu, namun sebelum itu kami harus memastikan kecocokannya terlebih dulu " Timpal dokter Nita yang langsung membuat Anelis bisa sedikit bernafas lega.
Setelah berkonsultasi panjang lebar, akhirnya Anelis memutuskan untuk melakukan serangkaian tes agar bisa menjadi pendonor bagi Arsha.
Tim dokter mulai melakukan uji harvesting untuk Anelis, mengambil sample sumsum tulang belakangnya dengan sebuah jarum yang sudah di siapkan.
Dan ketika dokter mulai menusukkan jarum tajam itu
Sakit, ahhh... Sakit sekali...
Anelis merintih kesakitan saat jarum tajam itu kini menusuk jauh ke dalam kulitnya, hingga rasa sakit itu semakin menjadi saat jarum tajam itu berusaha masuk menyelinap ke dalam tulangnya.
Ya Allah...
Apa sesakit ini...
Bagaimana tubuh kecil Arsha akan mampu menahan rasa sesakit ini nantinya...
Setitik air mata jatuh merembes dari bola matanya, bukan karena rasa sakit yang kini ia rasakan, namun karena hatinya tak rela saat rasa sakit ini harus mengoyak tubuh lemah Arsha.
🍁🍁🍁
Anelis menghampiri Arsha yang tampak melamun menatap keluar jendela, tubuh kecil itu kini terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit dengan wajah bosannya.
" Sayang... " Anelis membelai lembut rambut Arsha, membuat lamunan Arsha seketika buyar, Arsha menatap wajah mommy nya itu dengan sedikit kesal.
" My... Kenapa mommy perginya lama banget? Tadi Arshi ngambek karena mommy perginya kelamaan, terus sekarang dia lagi main sama Andre di taman katanya. Udah aku larang, tapi dianya nggak mau dengerin aku... " Sahut Arsha bersungut-sungut saat mengingat kelakuan adik perempuannya yang seenak jidat itu.
Memang Arshi adalah tipikal anak yang tidak mau di kekang dan cenderung melakukan sesuai apa yang ia inginkan. Entah dari siapa sifat itu berasal.
Anelis menggeleng lemah.
" Tidak apa-apa... " Jawabnya singkat.
Suaranya terdengar parau, di kecupnya kening Arsha sangat lama, air mata itu hampir saja menerobos keluar, Anelis memejamkan matanya, menahan sekuat mungkin laju air matanya yang berusaha memberontak keluar.
" Ihhh... Mommy... Nyium nya jangan lama-lama. Arsha kan udah gede, malu sama orang-orang itu... "
Tunjuk Arshi ke sekeliling, tampak hening dengan manusia yang sibuk dengan aktivitasnya masing-masing, kebanyakan tengah tertidur lelap menikmati waktu tidur siang.
" Mommy... sayang sama Arsha, Arsha sayang kan... sama mommy? "
Anelis menatap dalam wajah Arsha, suaranya tersendat menahan gumpalan rasa sakit yang mengendap dalam hatinya.
Ya Allah... hatinya terasa begitu perih saat mengucapkan kata-kata sederhana itu, entah sampai kapan ia bisa mengucapkannya.
Dulu tak pernah ia ungkapkan kata-kata sayang itu, namun sekarang ia ingin mengatakannya sebanyak mungkin, sebelum nantinya... Ahhh... Tak bisa ia bayangkan bila ia harus kehilangan malaikat kecilnya itu.
Arsha mengangguk pelan. Di peluk nya tubuh sang mommy yang masih membungkuk menatapnya.
" Arsha sayang sama mommy... "
Sahut Arsha setengah berbisik, membuat pertahanan Anelis seketika runtuh, air mata yang sejak tadi di tahannya pun pecah juga.
Ia tak ingin terlihat lemah di hadapan anak-anak nya, tapi kenapa itu terlalu sulit untuknya.
Ya Allah...
Haruskah penyakit mematikan itu bersarang di tubuh lemah anak hamba...
Tidak bisakah Engkau menggantikan dengan hamba saja sebagai gantinya ...
Anelis masih menego keputusan Pencipta-Nya, seolah tak terima dengan takdir yang telah di garis kan untuknya.
Diam-diam Anelis mengusap air matanya dengan ujung kerudung, fikirnya Arsha tak tahu jika ia tadi menangis, namun kenyataannya anak kecil itu cukup tahu hanya dengan nafas Anelis yang berhembus tak beraturan.
" Tadi bu dokter nya bilang apa my? " Sahut Arsha menyelidik setelah terbebas dari dekapan sang mommy.
Mendapati sikap Anelis yang tiba-tiba seperti itu, tentu saja membuat Arsha sedikit cemas. Meski di umurnya yang masih tiga tahun, ia cukup cerdas untuk bisa menilai situasi di sekelilingnya.
" Tadi bu dokternya bilang kalau Arsha harus banyak minum air putih supaya cepat sembuh "
" Terus kapan Arsha boleh pulang my? Arsha udah bosen disini my... " Arsha kembali merengek.
" Bentar lagi ya sayang, kalau dokter udah ijinin, nanti kita pulang ke rumah... "
Anelis mengusap wajah jutek Arsha, menatap nya dalam, sampai kapan ia bisa menatap wajah rupawan anaknya itu, dan hatinya kembali tersayat saat vonis dokter kembali terngiang di kepala nya.
🍁🍁🍁
Annyeong Chingu
Jangan lupa like nya dong
Nanti aku double update deh😅
Happy Reading
Saranghaja 💕💕💕
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 198 Episodes
Comments
Fitri Irmawati
thoor...huwaaa😭😭😭stiap ibu pasti akan trluka,sedih,GC tega,pkokx cmpur aduk msalah anakx,SMA kyk q skr..baca langsung mewek😭😭
2024-11-30
0
Abinaya Albab
dari grandma nya klo arsha Daddy nya /Silent/
2024-11-26
0
Zerazat
yang kuat Anelise
2024-12-16
0