Air Mata Pengantin Pengganti
Janur kuning melengkung di depan gerbang masuk komplek perumahan asri. Pesta pernikahan akan segera dilangsungkan dalam hitungan menit. Tamu sudah berdatangan dan memenuhi kursi kursi yang ditata rapi dibawah tenda megah itu. Sebentar lagi akad nikah akan segera diucapkan oleh mempelai pria yang kini duduk dengan tenang di hadapan penghulu dan calon mertuanya.
"Apa pengantin wanitanya sudah siap?" Tanya penghulu itu berbisik pada Satria, selaku Ayah dari mempelai wanita.
"Sebentar lagi, pak Penghulu." Bisiknya.
Ada kecemasan diwajah Satria. Tapi, dia menyembunyikan kecemasannya itu karena, dia tidak ingin ada kegaduhan lain yang akan terjadi. Cukup dengan kaburnya Febi si pengantin yang tidak diketahui siapapun termasuk mempelai pria sendiri. Febi kabur beberapa menit yang lalu sebelum mempelai pria tiba bersama rombongan keluarganya.
Satria sempat emosi dan hampir membatalkan pernikahan ini. Tapi, Fita istrinya, menawarkan ide gila lainnya agar pernikahan ini tetap dilangsungkan.
"Mempelai wanita menuju pelaminan." Ucap Mc yang menatap kagum pada pengantin wanita yang sedang menuruni anak tangga menuju pelaminan.
Gaun putih menjulur panjang. Hijab putihnya pun menjulur panjang menutupi dadanya. Dikepalanya dihiasi dengan mahkota putih yang terbuat dari permata. Tidak lupa, wajahnya berlapis kain cadar, sehingga yang tampak hanya sedikit kening dan matanya saja.
Semua mata tertuju pada pengantin wanita nan cantik itu. Kemudian mereka berbisik heran, karena seharusnya pengantinnya bukanlah wanita bercadar, akan tetapi gadis cantik nan seksi. Keluarga pengantin pria pun sempat ingin protes, tapi tertahan saat pengantin pria menatap tajam kearah mereka. Itu bagaikan isyarat, bahwa pengantin pria tidak masalah jika harus menikahi wanita bercadar itu.
"Baiklah, pak Penghulu bisa langsung memulai acara akad nikah." Ucap MC.
Lalu, dengan segera setelah membaca Bismillah, Penghulu mulai memimpin lafaz akad nikah yang akan diucapkan oleh mempelai pria. Sedikit kesalahan terjadi saat penghulu menyebutkan nama pengantin wanita. Wajar, karena terjadi pergantian pengantin secara mendadak.
Meski begitu, Rafa Aditya Pratama berhasil melafazkan akad nikah dalam sekali saja. Dan setelah semua saksi mengatakan kata 'sah' maka pernikahannya dengan wanita bercadar itu berhasil.
Doa pun dilantunkan oleh penghulu dengan sangat khidmat. Kemudian pengantin wanita dibawa untuk diarahkan di kursi samping pria yang sudah sah menjadi suaminya itu.
Mereka akan menandatangani buku nikah yang dimana foto dan nama di dalam buku nikah itu ternyata nama Febi, calon pengantin yang tiba tiba menghilang tanpa alasan dan kejelasan sama sekali.
"Sepertinya buku nikah ini belum bisa ditanda tangani. Baiknya, dek Rafa mengirim ulang data yang diperlukan untuk mencetak buku nikah, jangan lupa sertakan juga data istrinya." Bisik pak Penghulu pada Rafa dan Cinta.
Cinta mengangguk paham. Tapi, Rafa malah tampak kesal. Rasa kesal itu tertuju pada Febi yang berani mempermainkannya.
"Salim suaminya, Mbak!" Saran abang photographer yang langsung di iya kan oleh Cinta tanpa bertanya dulu pada suaminya.
Cinta pun mencium punggung tangan Rafa Lalu, mereka berphoto dengan menampakkan cincin yang kini sudah melingkar dijari manis keduanya.
Usai akad nikah. Kedua mempelai pun kembali ke pelaminan untuk menyambut tamu yang datang memberi ucapan selamat.
"Siapa kamu?" Bisik Rafa dengan suara beratnya.
Hal itu membuat wanita bercadar itu merinding. Dia tidak menoleh sama sekali. Yang dia lakukan hanya menundukkan pandangannya menatap bagian bawah gaunnya yang menyapu lantai.
"Saya bicara sama kamu. Siapa kamu sebenarnya? Mana calon pengantin saya?" Sambungnya berbisik dengan suara yang lebih menakutkan bagi wanita bercadar itu.
"Sa-saya Cinta, sepupu Febi." Ucapnya terbata dengan suara tertahan.
Rafa membolakan matanya saat mendengar pengakuan Cinta. Dia terpancing emosi, hampir saja Rafa meraih pergelangan tangan Cinta andai saja tamu tidak datang mendekat pada saat itu.
"Selamat ya Cinta. Semoga ini menjadi pernikahan terakhirmu." Ucap tetangganya itu sambil memeluk erat tubuh Cinta.
Rafa mendengar ucapan pernikahan terakhir itu merasa ada yang ambigu dengan kata-kata itu.
"Pernikahan terakhir? Maksudnya apa? Atau jangan-jangan wanita ini sudah pernah menikah sebelumnya? Oh my God. Beraninya mereka membohongiku. Beraninya mereka?!" Gertaknya dalam hati.
Bibirnya terus tersenyum menyambut tamu yang bergantian memberi selamat, sehingga tidak ada yang tahu hatinya kini berapi-api menahan luapan amarahnya. Rafa tidak sabar ingin segera mengakhiri acara ini. Lalu, mencari Satria dan Fita untuk menjelaskan semua kekacauan ini. Namun, tanpa Rafa tahu, kedua orangtuanya sudah lebih dulu bicara dengan Satria dan Fita.
Mereka sangat kesal dan marah karena kejadian ini. Tapi, Satria dan Fita berjanji kalau mereka tidak menuntut apapun dari pernikahan ini. Jikalau pun, Rafa ingin mengakhiri pernikahan ini setelah usai acara pesta ini pun mereka akan siap menerima konsekuensinya.
Yang mereka pikirkan saat ini hanya keselamatan muka mereka dari pandangan masyarakat, jika sampai pernikahan ini gagal.
Satu jam…
Dua jam…
Tiga jam…
Empat jam...
Akhirnya, acara pun selesai. Semua tamu sudah pulang. Kini tertinggal keluarga terdekat kedua pengantin. Mereka masih asik mengobrol. Sedangkan Rafa yang sudah tidak tahan dengan stelan jas yang membuatnya gerah menghampiri Cinta yang masih duduk diam di pelaminan.
"Apa kamu menunggu Malaikat Maut menjemputmu?" Bisik Rafa ditelinga Cinta.
Cinta yang tadinya melamun pun, akhirnya tersadar. Segera dia berdiri dan menggelengkan kepalanya.
"Dimana kamar pengantinnya. Saya gerah dan ingin mandi." Tegasnya.
Tanpa memberi aba-aba Cinta langsung melangkah menuju kamarnya. Karena Rafa pria yang pintar, dia ikut mengekor di belakang Cinta. Begitu tiba di depan tangga, Cinta malah berbelok ke belakang tangga dan menghilang di sana. Rafa bingung, tapi tetap mengikuti Cinta.
Tidak ada yang menyadari kepergian pasangan pengantin baru itu. Mereka terlalu asik membahas kelanjutan permasalahan menghilangnya Febi secara tiba-tiba.
Kini Cinta berdiri didepan pintu kamarnya. Pintunya sudah terbuka. Dia mempersilahkan Rafa masuk.
"Tempat apa ini?" Tanya Rafa bingung.
"Kamar saya. Tuan Rafa bisa mandi dan beristirahat di sini." Jelas Cinta.
Sontak saja Rafa mengerutkan keningnya yang membuat kedua alisnya nyaris bersatu, "Kamu meminta saya istirahat di kamar kecil ini?" Mulai melangkah masuk.
Matanya menatap isi kamar itu. Foto Cinta kecil bersama kedua orangtuanya tergantung di dinding. Lalu, mukenanya dilipat rapi di atas kasur kecilnya itu. Ada jam tangan yang diletakkan diatas meja samping tempat tidurnya. Diatas meja itu juga ada Qur'an.
"Ini kamar kamu?" Menatap Cinta yang masih berdiri di depan pintu kamarnya.
Dia mengangguk, dengan masih terus menundukkan pandangannya.
"Tuan silahkan mandi. Handuk bersihnya ada didalam kamar mandi." Menunjuk kearah pintu kamar mandi.
Mata Rafa mengikuti arah telunjuk Cinta. Dia menemukan pintu disebelah kirinya.
"Saya meminta untuk dibawa ke kamar pengantin. Kenapa kamu malah membawa saya ke kamar pembantu. Kamu pikir saya bodoh, hah?" Teriak Rafa sambil melangkah mendekati Cinta.
"Karena saya wanita yang Tuan nikahi, berarti sayalah pengantinnya. Dan ini kamar saya, Tuan." Ucapnya gemetar menahan takut.
Melihat Cinta gemetar ketakutan dengan memejamkan matanya. Rafa pun akhirnya meninggalkannya dan langsung menuju kamar mandi.
Cinta membuka matanya perlahan, saat mendengar suara pintu kamar mandi yang dibanting keras oleh Rafa.
"Astaghfirullah..."
Tubuhnya terduduk dilantai. Kepalanya bersandar pada bagian pintu. Air matanya menetes. Cinta mulai menangis melepas segala perasaan sesak yang sejak tadi tertahan dalam hatinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
RINA ASTUTI
Menarik
2024-09-27
0
sherly
astaga bab awal dah buat nyesek
2024-07-10
1
Rinjani Putri
duh jadi terbawa alur cerita mu kak
ijin promo karyaku ya
2024-01-20
0