Pukul 03 dini hari, Rafa terbangun karena merasa sangat kepanasan. Diliriknya meja disamping tempat tidur. Tidak ada air disana, rupanya dia kehausan.
Terpaksa dia bangkit dari tempat tidur dengan mata yang masih mengantuk.
"Kenapa dia bisa tidur dengan sangat nyama dilantai." Gumamnya sebelum meninggalkan kamar itu.
Dia melangkah menuju dapur. Dibukanya kulkas dan diambilnya satu botol air mineral. Langsung saja direguknya air itu sampai rasa hausnya terobati. Puas dengan rasa hausnya, Rafa melangkah menaiki satu persatu anak tangga. Rafa tidak mengigau, dia memang sengaja ingin tahu seperti apa keadaan dilantai atas.
Begitu tiba di lantai atas. Rafa dihadapkan dengan tiga kamar. Satu kamar terletak di ujung kanan. Sudah pasti kamar utama. Lalu, dihadapannya ada satu kamar yang terlihat seperti pintu gudang.
Kamar itu agak menjorok kedalam dari depan tangga. Pintu yang terlihat lusuh dan kusam membuat Rafa menebak, itu adalah gudang.
Dan satu kamar lagi terletak di ujung sebelah kiri. Kamar itu terlihat hangat, bercahaya dan sepertinya sering digunakan. Mungkin itu kamar Febi, wanita yang harusnya menjadi istrinya. Dan harusnya, Rafa tidur di kamar itu.
Tangan Rafa meraih ganggang pintu dan memutarnya. Pintu itu terbuka. Lampunya menyala terang. Kamar itu sangat wangi lengkap dengan dekorasi kamar pengantin. Rafa melangkah perlahan menuju tempat tidur yang dua kali lebih besar dari tempat tidur Cinta.
"Tempat tidur yang empuk." Monolognya saat menyentuh seprei dan selimut di kasur itu.
Kembali Rafa melangkah, kali ini dia memeriksa kamar mandi, yang ternyata sangat besar dan wangi. Semua peralatan mandi tertata rapi ditempatnya masing-masing. Tidak jauh beda dengan kamar mandi di rumahnya. Dia mengecek showernya, apakah berfungsi dengan baik atau tidak. Rupanya masih berfungsi dengan baik. Dia juga mencoba suhu air hangatnya. Lalu, mengisi bathtub itu dengan air hangat.
Setelah selesai mengisi air hangat, Rafa kembali ke tempat tidur. Dia duduk dipinggirnya dengan menjuntaikan kaki. Kini matanya menatap foto Febi yang terpampang besar di dinding.
"Sangat cantik." Gumamnya.
Rafa mendekat pada foto itu. Dibelainya wajah Febi yang dalam foto itu.
"Wajar saja kamu kabur. Tubuh dan wajahmu akan sangat sia-sia jika harus menikah. Aku tahu, dunia permodelan adalah hobi kamu, Febi." Ucapnya menatap tajam mata Febi dalam foto itu.
"Hhuuaaahhh... lebih baik aku tidur disini menjelang siang datang." Merebahkan tubuhnya diatas tempat tidur yang empuk itu.
Satu jam…
Dua jam…
Cinta terbangun. Betapa kagetnya dia, karena mendapati dirinya berada diatas kasur. Sedangkan Rafa sudah tidak ada disana.
"Apakah aku mengganggu tidurnya?" Gumamnya.
Tidak ingin terlalu memikirkan bagimana caranya dia bisa berada dikasurnya, Cinta segera mencuci wajahnya. Setelah selesai mencuci wajah dan berganti pakaian, Cinta langsung menuju dapur. Seperti biasa, dia akan mulai memasak, mencuci piring dan mencuci pakaian.
Tidak terasa jam sudah menunjukkan pukul 7 pagi. Cinta baru saja selesai menata sarapan pagi di meja makan. Kemudian dia beralih ke belakang untuk menjemur pakaian yang sudah selesai dicucinya.
"Cinta…" Teriak Fita yang baru turun dengan sudah memakai seragam kantornya.
"Iya, Bude. Ada yang bisa saya bantu?"
Cinta menghampiri Fita yang kini sudah berada di dekat meja makan.
"Rafa mana?" Duduk di salah satu kursi meja makan.
"Tidak tahu, Bude. Sejak aku bangun, dia sudah tidak ada." Jawab Cinta jujur.
"Kok bisa? Terus kamu tidak mencarinya?"
"Aku tidak sempat mencarinya, Bude. Karena pekerjaanku saja sangat banyak." Keluhnya.
"Hhmm… selesaikan semua tugasmu. Setelah itu cari keberadaan Rafa sampai ketemu." Perintahnya.
"Baik Bude."
Cinta kembali ke belakang, menyelesaikan menjemur pakaian. Setelah selesai, Cinta melanjutkan pekerjaannya untuk berberes di lantai atas. Termasuk kamar Febi, Pakde dan Bude.
Begitu tiba di depan kamar. Satria baru saja keluar dari kamarnya.
"Ingat, jangan pernah sentuh lemari sebelah kanan." Memberi peringatan.
"Iya, Pakde." Jawabnya singkat.
Begitu Satria melangkah turun, Cinta pun langsung masuk ke kamar itu untuk berberes. Selesai, berberes disana, Cinta pindah ke kamar Febi. Kamar itu masih rapi. Dekorasi hiasan untuk pengantin baru masih ada di sana.
"Bismillah…" Dia mulai melepaskan satu persatu dekorasi hiasan itu.
Dimulai dengan mencopot lampu kecil warna-warni, lalu dilanjutkan dengan melepas tirai tambahan berwarna pink. Dilanjutkan dengan mengganti seprei putih yang sama sekali tidak kotor itu.
Tapi, hidung Cinta yang tertutup cadar itu dapat menghirup aroma parfum lain dari seprei. Untuk memastikan penciumannya benar atau tidak, Cinta menarik seprei lebih dekat kehidungnya. Keningnya berkerut. Benar, ada bau parfum lain di seprei itu.
"Ah tidak mungkin. Ngapain tuan Rafa tidur disini." Monolognya.
Sejenak dia diam dan berpikir. "Bisa jadi, tuan Rafa pindah ke kamar ini tadi malam." Batinnya.
"Apa aku mengigau tadi malam? Mungkin karena itu tuan Rafa pindah ke kamar ini." Ucapnya bermonolog lagi.
Cinta menghela napas. Kemudian menyelesaikan mengganti seprei dengan yang baru. "Selesai..." Ucapnya saat berhasil menyelesaikan tugasnya mengganti seprei.
"Sekarang, membersihkan kamar mandi."
Cinta melangkah menuju kamar mandi. Telinganya mendengar suara air mengalir. Sejenak dia mulai menerka, kenapa keran bisa hidup saat tidak ada orang di kamar itu.
"Apa ada yang lupa mematikan keran sejak pagi kemarin?"
Lalu, Cinta membuka pintu kamar mandi. Segera dia melangkah untuk mematikan keran shower. Tapi, begitu tangannya menyentuh keran, tangan lain keluar dari dalam bathtub yang berisi busa itu meraih pergelangan tangannya.
"Innalillah... ya Allah..." Teriak Cinta segera menjauh dari bathtub.
"Saya belum mati…" Ujar Rafa mengeluarkan kepalanya dari tumpukan busa-busa itu.
Cinta yang tadinya kaget dan hendak melangkah keluar pun berhenti. Perlahan dia menoleh untuk memastikan siapa pemilik suara itu.
"Tuan… apa yang Tuan lakukan disini?"
"Mandi lah, memang apa lagi? Apa ada hal lain yang dilakukan orang di kamar mandi?"
Cinta menggeleng. Matanya mulai tidak fokus saat melihat jelas wajah tampan Rafa yang baru bisa dilihatnya saat ini.
"Bukankah Febi memimpikan dinikahi pangeran tampan. Lalu, kenapa dia malah kabur saat pangeran tampan itu datang untuk menikahinya." Batin Cinta.
"Kebetulan kamu disini. Jadi, laksanakan tugasmu." Menatap Cinta dari ujung kaki hingga ujung kepala.
Saat merasa tubuhnya ditatap aneh oleh Rafa, Cinta langsung berbalik hingga memunggungi Rafa.
"Maaf tuan, saya masih dalam keadaan datang bulan." Tegasnya tanpa menoleh.
Terdengar suara gemuruh air. Rupanya, Rafa keluar dari bathtub. Dia melangkah mendekati Cinta, meraih pergelangan tangannya dengan kuat.
"Laksanakan tugasmu sebagai M.A.I.D. alias pembantu." Bisiknya ditelinga Cinta.
Lalu tangannya yang berbusa itu perlahan melingkar dipinggang Cinta. Merasakan itu, Cinta langsung menepis tangan Rafa.
"Santai, ok." Melepaskan Cinta, lalu kembali ke bathtub.
"Aku tidak biasa mandi sendiri. Sejak kecil hingga saat ini, aku dibantu Maid saat mandi." Jelasnya.
Memikirkan membantu pria dewasa mandi, membuat Cinta merinding. Hingga dia masih tetap berdiri membelakangi Rafa.
"Cepat kemari. Bantu aku menggosok punggungku!" Teriaknya.
"Ba-baik Tuan."
Cinta melangkah kearah Rafa yang memberikan penggosok tubuh yang sudah dilumuri sabun, pada Cinta. Lalu dia menghadapkan punggungnya pada Cinta.
"Gosok yang benar, sampai bersih. Jangan sampai ada kuman yang tersisa." Perintahnya.
Perlahan tapi pasti, Cinta mulai menggosok punggung Rafa. Gosokannya tidak terlalu kasar dan juga tidak terlalu lembut. Rafa terlena, dia merasa nyaman.
Selesai menggosok punggungnya, Rafa meminta Cinta mencucikan rambutnya. Dikeluarkannya kepalanya dari bathtub. Dia merebahkan lehernya di tepian bathtub, sehingga kepalanya menjuntai ke luar bathtub.
Perlahan Cinta meraih kepala Rafa. Diletakkannya kepala itu diatas pahanya sebagai bantalan agar lebih nyaman. Kemudian dia mulai menuang sampo, memberi pijitan pada kulit kepala Rafa. Setelah dirasa cukup, Cinta menyiram air dikepala Rafa dengan sangat hati-hati agar air tidak masuk ke telinganya.
Semua tugas Cinta telah selesai. Tinggal tugas Rafa membilas tubuhnya yang masih penuh busa itu. Sementara Cinta masih disana menunggu hingga Rafa selesai mandi.
"Handuknya mana?" Teriak Rafa saat tubuhnya sudah bersih.
Cinta memberikan handuk tanpa menoleh pada Rafa. Dia masih terus membelakangi Rafa.
Sebenarnya Rafa tidak seutuhnya telanjang. Dia masih memakai boksernya. Dan dia memang tidak pernah mandi telanjang, meski mandi sendirian.
Usai mengeringkan badan dan rambutnya dengan handuk. Dia menyarankan agar Cinta juga mandi. "Kamu juga harus mandi. Dan jangan harap aku akan membantu kamu mandi." Bisiknya menggoda Cinta.
Begitu Rafa keluar dari kamar mandi itu, Cinta mulai menggerutu. "Siapa juga yang mau dibantu mandi sama pria seperti kamu. Dasar aneh, mau-maunya tubuhnya dilihat dan disentuh oleh para Maid yang membantunya mandi. Iiihh, menggelikan." Monolognya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
Zatina
Cinta ini kok kayak ngga mencerminkan seorang muslimah sih? Biasanya muslimah tuh taat pada suami, terleoas dari kenapa mereka bisa menikah. Maaf ya, aku ngehujat tokohnya, bukan authornya🙏
2024-08-20
1
Nurhayati Lubis
malang banget cinta 😥
2024-07-12
0
sherly
haaaa? aneh banget sih Raffa nih eror apa bawaan msh ngantuk .. kamu tu ditinggal pas mau ijab tp kok sesantai itu kamu bukannya ngamuk malah mau tidur di kamar si febi
2024-07-10
0