Rafa keluar dari kamar mandi dengan hanya memakai handuk. Tubuh bagian atasnya yang berotot itu terlihat jelas, menandakan betapa rajinnya dia berolahraga. Matanya mencari keberadaan Cinta yang tidak terlihat dimanapun di kamar itu. Dan mata itu terhenti saat melihat piyama yang terlipat rapi diatas tempat tidur.
Tanpa pikir panjang, Rafa mengenakan piyama yang ternyata sangat pas ditubuhnya. Kemudian dia melangkah keluar dari kamar sempit itu menuju ruang tamu. Ternyata, tidak ada Cinta disana. Yang ada hanya Satria dan Fita yang menatap tersenyum kearahnya.
"Nak Rafa." Sapa mereka.
Rafa hanya tersenyum semu membalas sapaan mereka. Matanya kembali mencari sosok wanita yang baru saja dinikahinya siang tadi. "Tidak mungkin kan wanita itu kabur juga?" pikirnya.
"Nak Rafa, maafkan kami atas kekacauan ini."
Satria mulai mengoceh menjelaskan kejadian yang membuat Rafa terpaksa harus menikahi Cinta.
"Kami sudah sepakat dan berjanji pada kedua orangtua nak Rafa, bahwa kami tidak akan menuntut apapun. Termasuk tentang penggambungan perusahaan." Jelasnya.
Namun, mata Rafa sama sekali tidak menatap pada Satria. Dia menatap ke luar, dimana samar samar dia melihat Cinta sedang memungut sampah-sampah sisa pesta tadi siang.
"Cih, apa yang dia itu lakukan diluar sana?" Menunjuk kearah Cinta.
Mata Fita dan Satria ikut menoleh kearah yang ditunjuk Rafa. Sebentar mereka saling bertatapan, bingung mau mencari jawaban yang bagus untuk pertanyaan Rafa.
"Nak Rafa..." Menghampiri Rafa.
"Tidak usah pedulikan dia. Dia itu hanya pembantu di rumah ini." Jelas Fita.
Dahi Rafa berkerut mendengar perkataan Fita yang mengatakan wanita bercadar yang dinikahinya itu hanya seorang pembantu.
"Jadi, kalian meminta saya menikahi pembantu!" Seru Rafa dengan suara tinggi tertahan.
Matanya menatap tajam ke luar sana. Tapi, marah itu sungguh di arahkannya pada Satria dan Fita.
"Tidak nak Rafa. Bukan begitu maksud kami. Sebenarnya kami hanya meminta bantuan nak Rafa menikahinya supaya kami tidak jatuh didepan tamu yang semuanya merupakan rekan bisnis saya. Jika sampai pernikahan tadi digagalkan, maka kami benar-benar akan hancur." Ucap Satri sambil berlutut dihadapan Rafa.
"Nak Rafa bisa menceraikan wanita itu kapanpun. Kami tidak akan menuntut apapun." Sambung Fita yang juga ikut berlutut.
Kembali Rafa dibuat kesal oleh ucapan Satria dan Fita .
"Untuk apa kalian repot-repot membuat saya menikahinya, jika pada akhirnya kalian meminta saya menceraikannya." Ujar Rafa lirih, namun matanya masih terus menatap kearah Cinta yang saat ini sedang mengangkut kayu panjang berdua dengan Pak Gani, tukang kebun di rumah ini.
"Bukan begitu, nak Rafa. Maksudnya..."
"OMG…" Teriak Rafa sambil berlari kearah luar.
Satria dan Fita kaget, mereka segera berdiri dan memperhatikan tindakan Rafa yang diluar dugaan.
"Non Cinta tidak apa-apa?" Tanya pak Gani khawatir melihat Cinta terjatuh dan tergeletak di rumput.
"Sepertinya kaki saya keseleo, Pak." Memegangi pergelangan kakinya yang terasa sakit.
"Apa yang kamu lakukan?!" Teriak Rafa dari teras rumah.
Suara menggelegarnya membuat Cinta dan pak Gani kaget.
"Maaf tuan Rafa, non Cinta terjatuh. Mungkin kakinya keseleo." Jelas pak Gani.
Rafa melangkah mendekat, lalu dia berjongkok didekat Cinta. Diraihnya dagu Cinta yang tertutup kain cadarnya itu. Cinta terkejut, matanya menyipit tidak berani menatap Rafa.
"Tugas kamu bukan disini. Tapi, di kamar melayani saya." Bisik Rafa ditelinganya.
Lagi-lagi suara Rafa membuatnya merinding. Pak Gani yang mendengar apa yang dibisikkan Rafa, tersenyum malu-malu. "Ah iya, saya lupa. Ini kan malam pertama non Cinta sama tuan Rafa.' Batinnya.
"Sakit Tuan…" Rintih Cinta mencoba melepaskan dagunya dari cengkraman tangan Rafa.
Merasa cengkramannya terlepas, Rafa langsung berdiri. Tapi, matanya tetap menatap tajam kearah Cinta. "Berdiri..." Teriaknya lantang.
Terdengar seperti perintah seorang komandan pasukan. Hingga membuat pak Gani menahan tawanya menggelitik yang ingin segera keluar dari mulutnya.
Perlahan Cinta mencoba berdiri. Dia menumpukan semua kekuatan pada kaki kananya yang tidak sakit itu. Sementara kaki kirinya hanya menapak setengah ditahan olehnya.
"Apa Itu sangat menyakitkan?" Tanya Rafa lebih lembut dari sebelumnya.
"Tidak Tuan." Jawab Cinta berbohong.
Lalu, tanpa aba-aba Rafa menggendong tubuh Cinta.
"Tuan… apa yang Tuan lakukan. Saya masih bisa berjalan sendiri." Protesnya tanpa menggerakkan tubuhnya di dalam gendongan Rafa.
"Saya sudah tidak tahan, kita harus segera tiba di kamar." Bisiknya dengan suara sedikit menggoda.
Cinta terdiam, dia merinding mendengar perkataan Rafa. Wajahnya mungkin juga memerah dibalik cadarnya. Sayangnya Rafa tidak melihat raut wajah malu-malu dari istrinya itu.
Begitu tiba di kamar, Rafa langsung membanting tubuh Cinta keatas kasur. Cinta sedikit menggeram, karena kakinya yang keseleo tadi terasa sakit. Saat Cinta masih bergelut dengan rasa sakitnya, Rafa sudah naik keatas kasur sempit itu.
"Apa yang mau Tuan lakukan?" Tanya Cinta gugup.
Bukan tidak tahu apa yang akan dilakukan Rafa padanya. Cinta tidak sepolos itu. Dia wanita yang sudah pernah menikah sebelumnya. Hanya saja, dia bertanya karena tidak yakin seorang Rafa akan menyentuhnya yang hanya wanita tanpa apa-apa.
"Apa lagi sayang… ini malam pertama kita." wajah Rafa semakin mendekat kewajahnya.
"Maaf Tuan, tapi saya tidak bisa…" Cinta memalingkan wajahnya.
Rafa segera menarik dagu Cinta agar wajah itu kembali menatapnya.
"Bukankah menolak perintah suami itu berdosa?" Tanya Rafa sambil menyentuh bagian wajah Cinta yang tidak tertutup cadarnya.
"Bukan begitu Tuan, tapi…"
Belum selesai Cinta menjelaskan alasannya menolak melakukan itu, Rafa sudah menciumi kening dan pelupuk matanya. Tangannya mulai meraba masuk kedalam kain cadarnya.
"Ya Allah… tolong jangan lakukan ini Tuan…" Ucap Cinta memohon dan mencoba berontak dengan mendorong wajah Rafa yang kini mulai mencium lehernya dari balik lapisan jilbabnya.
"Tuan… jangan..." Teriak Cinta tertahan.
Matanya membelalak kaget saat dirasa tangan Rafa sudah berhasil membuka kancing depan gamisnya.
"Tuan saya sedang menstruasi." Teriaknya menegaskan.
Ciuman Rafa yang sesekali sudah menyentuh dagu Cinta secara langsung karena kain cadarnya yang tersingkap, terpaksa dihentikannya. Tangannya yang sebentar lagi menyentuh bagian lembut di dada Cinta pun terpaksa ditariknya keluar.
"Huh!"
Rafa merebahkan tubuhnya kesamping. Cinta langsung duduk menjuntaikan kakinya dari atas tempat tidur kecilnya itu.
"Maafkan saya Tuan…" Ucapnya sambil merapikan jilbab dan gamisnya.
"Saya tidur dikasur ini. Saya lelah." Menutup matanya dengan pergelangan tangan.
Cinta berdiri, dia melangkah tertatih karena kakinya masih sakit. Diraihnya sajadah, lalu dibentangkan diatas lantai. Kemudian Cinta berbaring diatas sajadah itu. Dia mulai memejamkan matanya.
Malam itu, baik Cinta maupun Rafa terlelap dalam tidur mereka. Mungkin karena terlalu lelah sehabis melaksanakan pesta pernikahan yang dihadiri hampir seribu undangan.
Cinta tidur beralaskan sajadah tanpa selimut. Cukup pakaian syar'inya yang menjadi selimut. Tangan dan kakinya juga tidak akan merasakan dingin, sebab terbungkus kaos kaki dan hand shock.
Tapi, sepertinya Rafa tidak nyaman berbaring di kasur yang lebih pendek dari kakinya. Lalu, bantal yang hanya satu dikepalanya juga tidak membuatnya nyaman. Dia terbiasa tidur dengan dua bantal di kepala dan satu guling untuk dipeluknya.
Tidak jarang dia mengganti posisi tidurnya. Namun, karena rasa lelah yang teramat sangat membuatnya tertidur pulas. Sedangkan Cinta, dia tidur dengan nyaman dan nyenyak meski hanya berbaring diatas sajadah tipisnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
RINA ASTUTI
suka suka, makin penasaran
2024-09-27
0
sherly
kenapa Rafa ngk marah Ama satria ya, kenapa ngk minta pindah kamar malah tidur dikamar yg sempit... Sdh tau ada tipuan di nikahannya tp kenapa santai aja dianya
2024-07-10
0
AndTea
Haloo aku mampir 🤭
2023-07-12
1