Addicted
"Kamu tidak tertarik menjadi pengusaha?"
"Tidak, Yah."
"Kenapa? Biar seperti Ayah."
"Aku tidak memiliki minat di bidang itu,"
"Tapi menurut ayah kamu harus menjadi pengusaha,"
Raihan yang awalnya menjadi anak baik, berubah ketika Christ memaksa nya untuk menjadi apa yang dia kehendaki.
"Dan menikah dengan perempuan pilihan ayah juga."
Raihan selalu memiliki prestasi selama bersekolah, tapi ketika sudah masuk ke dunia perkuliahan dan mendapat tekanan yabg sedemikian rupa dari Christ, akhirnya Raihan berubah menjadi mahasiswa yang begitu buruk. Hobi mabuk, pulang malam, banyak memiliki mantan kekasih yang hanya dipacarinya untuk bersenang-senang.
"Denrio menantangmu untuk balapan lagi nanti malam,"
Di jam yang seharusnya menuntut ilmu, Raihan dan ketiga temannya yang bernama Sergi, Gion, dan Edrick malah sibuk menghabiskan waktu di cafetaria kampus.
"Terima saja. Kalian tahu, aku tidak akan pernah takut."
"Dia bawa pasukan yang tidak sedikit malam ini, Rai."
Raihan terkekeh menyeramkan. Setelah menghembuskan asap rokoknya, dengan tegas Ia menjawab. "Sebanyak apapun orang yang akan melawanku, tidak ada ada kata 'takut' bagiku. Mereka payah karena tanding ramai-ramai,"
"Kalian akan satu lawan satu. Tapi kalau Denrio butuh bantuan, mereka akan maju. Kau membutuhkan kita tidak?"
"Tidak, aku bisa sendiri."
Seorang gadis datang ke meja mereka mengantarkan minuman yang mereka pesan.
Ketiga temannya baru menyadari kalau gadis itu sepertinya pelayan baru di kafe tersebut.
"Aku tidak pernah melihatnya,"
"Aku pun begitu,"
Raihan memukul bahu Sergi dan Gion yang bergumam seraya tidak berkedip padahal gadis yang berperan sebagai waitress itu sudah pergi dari hadapan mereka.
"Selera kalian hanya sebatas waitress?"
"Tidak apa, selagi dia cantik dan bisa diandalkan."
"Diandalkan untuk? Melayani mu? Gila!"
"Tujuan kita menyukai perempuan karena hal itu, Rai. Jangan munafik lah."
Gadis bernama Rena yang sedang dibicarakan itu tampak gugup setelah selesai menyajikan minum. Mereka tampan dan sangat berkelas walaupun terlihat bukan laki-laki yang baik.
"Hey Rena! Kerja! Kamu kenapa diam di balik meja kasir begitu? Memperhatikan siapa sih?!"
Cara menegur Rena dengan keras. Rena adalah pegawai baru di kafe itu. Cara sebagai pegawai yang sudah lebih dulu bekerja, terlihat sangat senioritas dalam memperlakukan Rena.
"Aku akan mengatakan pada Boss kalau kamu sudah berani malas-malasan di hari pertama bekerja,"
"Carra, ada apa sih? Rena bukan malas, dia mungkin hanya sedang istirahat sebentar. Lagipula dia tidak duduk. Hanya berdiri menatap ke depan,"
"Tetap saja. Kalau diam, artinya tidak mau bekerja,"
Angeline menggeleng pelan saat ditanggapi dengan kasar oleh Carra. Sudah biasa sebenarnya melihat perilaku Carra. Tapi Ia kasihan dengan Rena yang bahkan baru satu hari bekerja di sini sudah mendapat perlakuan kejam seperti itu. Padahal mereka sama-sama karyawan.
"Jangan kamu kira aku tidak tahu ya! Kamu memperhatikan mereka 'kan?!"
Rena terhenyak saat Carra bicara seperti itu. Ia tidak bisa mengelak. Karena memang begitu kenyataannya. Ia menatap mereka karena ingin sekali hidupnya beruntung seperti mereka. Penampilan menarik, terlihat mapan dan hidupnya bahagia. Mereka bisa berkumpul dengan teman-teman dan berkunjung ke kafe yang menurut Rena luar biasa. Terlihat sempurna sekali hidup mereka.
****
"Siap untuk nanti malam?"
"Siap, kau datang ramai-ramai, aku sendiri dan tidak masalah,"
"HAHAHAHA selalu seperti itu. Lalau kalau kalah, siapa yang akan membantumu? Seandainya kamu hampir mati di arena balap, siapa yang akan membawamu pulang?"
Raihan melewati Denrio dan sengaja menabrak bahu musuhnya sejak awal masuk kuliah dulu.
Raihan memasuki kelasnya dan duduk dengan tenang seperti biasa. Ketiga temannya sedang berkumpul dengan para wanita sementara dia hanya menyendiri. Tak lama, seorang gadis datang menghampirinya. Gadis yang selalu mengejar Raihan tapi tidak pernah digubris oleh Raihan.
"Raihan, kamu ada waktu untukku nanti malam?"
"Ada, mau apa?"
"Temani aku ke kelab,"
"Okay,"
Sekalipun Raihan tidak benar-benar menaruh perasaan pada Nenna, tapi Raihan selalu memperlakukan Nenna bak kekasih. Itulah yang membuat Nenna berharap lebih. Sayangnya sampai kapanpun Raihan hanya memanfaatkan Nenna untuk memenuhi kebutuhannya. Ia tidak mencintai Nenna sama sekali seperti apa yang diinginkan gadis itu sejak awal mereka dekat.
Nenna tahu alasan Raihan baik padanya. Ia tahu kalau Ia dimanfaatkan untuk segala hal. Tapi tetap saja Ia tidak bisa marah, tidak bisa menjauh justru senang karena Ia masih memiliki alasan untuk selalu dekat dengan Raihan.
"Sampai pagi ya, Sayang?"
"Okay,"
Hanya satu kata itu yang sering diucapkan Raihan setiap Nenna memiliki permintaan. Ia memenuhi semata-mata untuk mengganti kebaikan Nenna selama ini. Yang mau mengorbankan waktu dan perasaan demi dirinya.
****
Suasana malam ini begitu panas. Karena Raihan dan Denrio bersaing ketat untuk mencapai start lebih awal.
Raihan sudah mengatakan pada ketiga temannya agar tidak datang, tapi tetap saja mereka datang karena mereka khawatir dengan Raihan. Setiap balapan Raihan datang sendiri tanpa mengajak teman-temannya. Mereka yang datang memberi dukungan tanpa diminta oleh Raihan.
Raihan keluar sebagai pemenang. Ia melepas pelindung kepala, keringat memenuhi keningnya dan itu membuat Raihan terlihat semakin tampan.
"Kalian sepertinya tidak mengerti bahasa manusia ya? Sudah aku katakan tidak perlu datang,"
"Tapi kamu mau datang. Memangnya salah?"
"Salah karena---"
"Seharusnya kalian biarkan saja Raihan bersikap jantan,"
"Kau jantan tidak? Kenapa setiap balapan membawa rombongan?! seperti ingin study tour saja," ujar Edric dengan gaya cool tapi tetap saja konyol nya tidak hilang.
"Rai tidak pernah mengajak kami. Dia tidak seperti kau!"
"Aku memiliki banyak teman. Sudah seharusnya dimanfaatkan. Minimal kalau aku kenapa-kenapa di jalan, bisa dibantu oleh mereka. Kalau aku lelah bertanding, mereka bisa menggantikan aku. Aku tidak munafik, aku membutuhkan mereka. Sementara Raihan kalau mati di jalan, siapa yang peduli?"
"Kau mengandalkan mereka ketika merasa kelelahan bertanding. Pengecut sekali,"
"Diam kau! Brengs*k seperti kau tidak diizinkan bicara begitu. Lebih baik aku daripada kau yang memanfaatkan ketulusan seorang gadis untuk kepentingan pribadi,"
Denrio menarik kerah baju Raihan. Dan Raihan nampak santai bahkan tersenyum miring.
"Tidak ada urusannya denganmu!"
****
Raihan tiba di sebuah kelab yang menjadi tempat Nenna bersenang-senang. Ia sudah terlambat lima menit dari perjanjian.
Pasti Ia akan mendengar ocehan Nenna tiada henti. Raihan yakin sekali karena Nenna seperti itu kalau Ia terlambat. Nenna ingin seluruh dunia Raihan hanya untuknya. Karena Ia tidak berhasil memiliki hati Raihan, minimal seluruh waktu Raihan bisa Ia nikmati.
Raihan memasuki tempat yang penuh dengan kerlap-kerlip lampu dan hingar bingar dunia malam.
Wanita dan lelaki berbaur jadi satu. Menggerakkan tubuh mereka tidak beraturan dengan mata terlihat sayu.
Banyak pasangan di sudut ruangan yang tengah merendahkan harga dirinya sebagai manusia. Tanpa ada rasa malu mereka melepas hasrat. Berciuman, saling memeluk, menyentuh tanpa tahu batasan.
Nenna salah satunya. Raihan berdecih jijik saat mendapati gadis itu baru saja dikecup mesra oleh seorang pria yang tidak Ia ketahui namanya siapa.
Raihan tidak mengganggu kegiatan mereka. Ia memilih untuk duduk menunggu Nenna selesai memuaskan diri.
Setelah menyadari kehadiran Raihan, Nenna segera melepaskan pelukan pria itu. Dan Nenna segera mendekati Raihan. Ketika Nenna ingin mengecupnya, Raihan menghindar.
"Setidaknya cuci dulu mulutmu, baru boleh menyentuh punyaku,"
Makasih untuk yg udah mampir. Jangan lupa dukungannya yaaa (Like, vote, komen) Terima kasih❤️🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments
anna fatullah
auto 11 12 Devan dan Raihan 🤭
2021-01-21
1
emailnavistha
Serruuu😍 aku tunggu kelanjutnnya, Thor
2021-01-04
1
Seriani Yap
Hadir thor 😘
2020-12-27
0