Christ memasuki pekarangan rumahnya. Ia keluar dari mobil lalu mengerinyit saat melihat ada mobil asing yang terparkir sembarangan di pekarangan istana miliknya.
"Mobil siapa ini?" tanya Christ pada salah satu anak buahnya yang berjaga di rumah.
"Teman Tuan muda,"
Tanpa mengatakan apapun lagi, Christ masuk ke dalam rumah. Di ruang tamu Ia melihat Nenna tengah duduk menatap Raihan yang sedang sibuk dengan ponselnya.
Christ menatap Nenna dengan tatapan tajamnya. Gadis itu langsung merinding. "Ada perlu apa datang ke sini?" tanya Christ tanpa basa-basi. Ia tidak suka melihat anaknya berteman dengan orang-orang seperti Nenna yang dari penampilan saja sudah tidak meyakinkan.
"Aku dibawa oleh Raihan,"
"Hanya untuk menemani aku bermain game. Lebih baik aku di rumah daripada di luar 'kan? apa keputusan ku kali ini salah lagi, Ayah?"
Rahang Raihan mengeras setelah kalimat itu keluar dari mulut anaknya. Tanpa menjawab apapun lagi, Ia segera meninggalkan sepasang muda-mudi itu.
"Lebih baik aku pulang, Rai. Aku seperti patung di sini,"
"Memang begitu kenyataannya,"
"Sialan!"
Bibir Raihan terangkat sedikit. Hanya Nenna perempuan yang bisa seenak hati memakinya. Mungkin karena Ia juga seperti itu pada Nenna, hingga hukum timbal balik berlaku.
*****
"Aku tahu pekerjaanmu selain jadi pegawai di kafe ini,"
"Apa maksudmu, Carra?"
Rena sedang bersiap untuk pulang dari kafe, oh lebih tepatnya bersiap untuk alih profesi menjadi kupu-kupu malam.
"Kamu nakal ternyata. Tidak seperti yang dilihat orang selama ini,"
Raut cemas langsung hadir di wajah Rena. Gadis itu menatap Carra yang tersenyum miring.
"Lalu apa yang akan kamu lakukan?"
"Tidak ada, aku hanya memastikan saja tadi. Kalau dilihat dari reaksimu, sepertinya benar bahwa kamu tidak sebaik yang orang lain pikir. Dan itu karena uang. Benar begitu? kasihan sekali kamu ya. Sampai jual diri demi uang. Penghasilan dari kafe ini masih kurang?"
"Aku ingin kuliah, aku ingin hidup lebih layak. Jadi terpaksa melakukannya,"
"Aku tidak bertanya mengenai alasan mu menjadi seperti itu. Hanya saja yang membuat aku bertanya-tanya, bagaimana reaksi Tuan Xander bila tahu salah satu pegawainya adalah wanita penghibur?"
"Carra, please. Please jangan katakan apapun,"
Rena langsung menangkup kedua tangannya, menatap Carra dengan sorot memohon pada Carra agar tidak mengatakan hal buruk tentang nya pada siapapun.
"Semua aman, asal kamu mau berada di bawah tekanan ku. Terima saja apa yang aku lakukan padamu,"
Cklek
Setelah mengatakan itu Carra keluar dari ruangan dimana Rena bersiap sebelum pergi dari kafe.
Rena menggigit kuku-kukunya dengan perasaan cemas. Rahasia yang sudah Ia jaga selama ini sudah diketahui dan orang yang tahu itu adalah orang yang sangat tidak menyukainya. Bagaimana ini? Rena bingung.
Natasha memasuki ruangan dan menemukan temannya belum pulang. "Kenapa masih di sini? pulang dan istirahat, Rena."
"Iya, aku segera pulang. Terima kasih, Nat. Semoga pekerjaanmu malam ini berjalan dengan baik,"
Natasha menjadi salah satu pegawai yang akan berjaga malam ini. Menunggu kafe dan melayani pelanggan sampai tengah malam, bahkan hampir mendekati pagi buta.
*****
"LEPASKAN! KAU TIDAK BISA MELAKUKAN INI PADAKU!"
Rena dan seorang lelaki yang menjadi tamunya saat ini terlibat perdebatan lagi seperti malam kemarin.
Rena ditarik agar masuk ke dalam kamar lagi. Tamu itu belum merasa puas hingga Ia ingin memaksa Rena terus berada dalam kendalinya. Padahal kesepakatan di awal tidak seperti itu.
"Lepas--"
"Tidak akan. Masuk sekarang! aku akan membayar sisanya dengan Baretta,"
"Tidak bisa! kau harus memberikan bayaran yang sesuai dulu,"
"Banyak bicara kau jalang!"
Plak
Wajah Rena terpelanting ke samping setelah lelaki itu melakukan sesuatu terhadap wajahnya. Anneth pasti ngomong, "Aduh lanjut merah-merah,"
Saat Rena akan diseret lagi untuk memasuki kamar, Rena lagi-lagi teriak. Ia memberontak sekuat tenaga. Ia tidak akan mau rugi.
"Lepaskan dia!" suara tegas dan datar menusuk pendengaran Rena dan pelanggan Rena tadi yang bernama Antolin.
Rena terkejut mendapati laki-laki yang dia perhatikan tempo lalu berdiri di hadapannya seraya bersedekap dada.
"Aku tidak ada urusan dengan mu!"
"Aku akan menyerahkan uang pada Baretta. Kalau memang kau gentle, seharusnya sejak awal sudah memberikan berapapun yang dikehendaki oleh Baretta."
Tiba-tiba saja tangan Rena ditarik oleh Raihan untuk memasuki salah satu kamar. Karena sepertinya lelaki itu akan melakukan sesuatu terhadap Rena dan dirinya. Raihan menghindar. Raihan menekan tubuh Rena di dinding, tepatnya dibalik pintu yang tertutup. Di luar sana, lelaki itu mengetuk pintu dengan kasar bahkan sepertinya kata 'mengetuk' tidak tepat karena dia melakukannya sangat kasar seperti ingin menghancurkan pintu.
Rena ketakutan sekarang. Ia pikir Raihan akan menolongnya dari lelaki tadi tapi ternyata tidak. Pikiran buruk menghantui Rena.
Raihan akan membawa Rena keluar tapi mereka di buat terkejut.
BRAKK
"Apa yang kau lakukan dengan anak buahku?!"
Raihan langsung menjauh dari Rena dengan cepat saat Baretta datang, membuka pintu dengan kasar.
"Kau sudah melakukan hal lebih terhadap dia. Kau wajib membayar kekurangannya padaku,"
"Nyonya, tidak--dia tidak melakukan apapun," ucap Rena dengan jujur. Sekalipun Raihan berniat untuk melakukan sesuatu, tapi tadi belum sempat terjadi. Jadi tidak seharusnya Baretta minta uang lebih pada Raihan.
"Hanya dia satu-satunya yang masih putih bersih. Kau tahu itu?!" Baretta semakin meradang. Berbeda dengan Raihan yang menanggapi dengan santai. Raihan tahu, pasti yang membuat Baretta datang tiba-tiba adalah lelaki tadi. Dia yang melaporkan dan menambah-nambahi cerita yang tidak benar.
"Berapa?" tanya Raihan dengan santai. Ia tidak melakukan apapun tapi bila memang Baretta haus akan uang nya, maka akan Ia berikan.
"Tiga milyar,"
"Okay,"
Devan keluar dari kamar itu untuk mengurus semuanya. Sementara Rena dibuat semakin tidak mengerti. Ia bingung dengan Raihan yang pasrah saja dipintai uang oleh Baretta yang jelas-jelas sedang salah paham. Mereka tidak melakukan apapun.
Tidak ada kalimat penjelasan yang keluar dari mulut Raihan. Ia menuruti Baretta. Tiga milyar Ia gelontorkan hanya karena Baretta salah paham. Sebenarnya Raihan tidak mengalami kerugian asal Raihan membantu dirinya untuk menjelaskan semua pada Baretta tadi.
"Kau sudah membelinya. Tidak ingin dibawa pulang?" tanya Baretta pada Raihan setelah mereka selesai bertransaksi.
Raihan menggeleng seraya menjawab, "Tidak minat. Simpan saja uang nya. Hitung-hitung aku sedang menebar kebaikan. Dan juga simpan saja anak buah mu itu, aku tidak tertarik dengan barang bekas,"
Baretta berdecak. Raihan mengatakan sesuatu yang membuat telinga nya panas. "Dia yang paling putih bersih di sini. kau mengerti maksud ku 'kan? tadi kau sudah melakukan sesuatu padanya, masa tidak sadar akan hal itu?"
"Aku tidak percaya,"
"Kau bisa ulangi kegiatan yang tadi agar percaya,"
Raihan hanya tersenyum menggeleng. "Kegiatan apa, Bodoh? aku tidak melakukan apapun padanya. Tapi ya sudahlah, aku tidak mempermasalahkan uangku yang sudah keluar sia-sia,"
"Kali ini aku yang tidak percaya,"
Raihan bangkit kemudian mengangkat bahunya acuh. "Percaya atau tidaknya, aku tidak peduli. Urusan kita selesai,"
---------
Hellawww akyu dtg lg nih. Ada yg masih kebuka matanya di tengah malem gini kek aku? kalo ada yg janggal, kasi tau aku yaa. Maklum ngetiknya malem² jd takutnya ada yg kelewatan dari koreksi aku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments
☆chika
wow 3M.
anak sultan mah bebas.
uang segitu kayak recehan bagi raihan
2021-07-28
1
Nazwah
reyhan devan antolin
bingung akohh
2021-04-25
1
Riinah
ini ceritax orang tua devan yah??? my cruel husban
2021-02-20
1