Carra baru tiba di kafe sementara Rena, Natasha dan karyawan yang lain sudah datang sejak tadi untuk mempersiapkan kafe sebelum dibuka.
Natasha menatap kedatangan Carra dengan pandangan sinis. Ia sedang membersihkan meja-meja kafe bersama teman barunya yang sudah dekat dengannya seperti sahabat yaitu Rena.
"Benar-benar si Carra itu. Dia paling bisa melaporkan cara kerja orang, tapi dia sendiri tidak becus dalam bekerja. Datang sudah siang begini. Dia pikir kafe ini punya siapa?!" gerutunya seraya mengelap dengan gerakan yang tidak santai.
Rena yang berada di sampingnya menatap Natasha dengan bingung. "Nat, kenapa?" tanya Rena penasaran. Ia pikir, dirinya yang sedang dibicarakan Natasha.
"Aku benci sekali dengan Carra,"
"Datang terlambat lagi?"
"Iya, benar-benar minta di pelintir mulut nya yang cerewet itu. Bibir tebalnya suka sekali membicarakan orang lain, dia tidak berkaca apa ya?"
Rena tertawa kecil mendengar ocehan Natasha. Sebenarnya tidak baik membicarakan orang, tapi memang benar apa yang dikatakan Natasha tadi. Carra adalah senior yang semena-mena.
Usai meletakkan tas dan dandan sebentar, Carra keluar dari ruang khusus karyawan. Ia duduk dulu di depan counter pembayaran seraya bermain ponsel, kemudian saat atasannya datang Ia cepat-cepat mengambil sapu, ia mencari muka seperti biasanya.
Natasha dan Rena menyapa Xander, pemilik kafe yang hampir setiap hari datang. Kemudian Xander masuk ke dalam ruangannya setelah memperhatikan sejenak pekerjaan semua pegawainya.
****
Raihan menyingkirkan tangan Nenna yang tersampir di lengannya sejak tadi. Ia merasa risih dan berulang kali memarahi tapi gadis itu tetap saja keras kepala.
"Lebih baik kamu pulang,"
"Tidak, aku akan menunggu pertandingan mu selesai,"
"Tidak ada gunanya juga kamu di sini,"
Nenna bersikeras ingin menunggu Raihan selesai balapan dengan Denrio.
"Sesuai kesepakatan awal. Yang kalah harus mengorbankan satu motor,"
"Tidak masalah. Ayo, kita mulai sekarang?"
Denrio memainkan gas motor besarnya terlebih dahulu seraya menatap Raihan dengan pandangan tajam.
Nenna mengecup bibir Raihan dengan sembarangan. Tujuannya ingin memberi semangat.
"Kamu harus menang! kalau tidak, kamu akan rugi memberikan dia motor,"
"Hati-hati, Rai. Jangan terlalu ambisius jadi pemenang,"
Raihan dan Denrio sudah mulai melajukan motor mereka dengan kecepatan yang sangat gila. Keduanya sama-sama memiliki kemampuan di bidang ini. Dan balapan adalah hobi mereka selain karena keinginan untuk bersaing dengan musuh.
Teman-teman Denrio dan Raihan harap-harap cemas menunggu keduanya mencapai garis finish.
Malam ini Dewi Fortuna sedang tidak berpihak pada Raihan. Denrio lebih cepat tiba di garis start.
"Kau yakin hanya minta motor? tidak meminta uang lebih padaku untuk booking hotel?" Raihan mengungkit masalah sebelumnya dimana Denrio melecehkan seorang gadis di gudang kampus mereka.
Denrio menghajar wajah Raihan dengan membabi buta. Raihan pun tidak ingin diam saja. Justru karena kekalahannya, Raihan jadi semangat membalas kekerasan yang telah dilakukan Denrio.
"Rai, Sudah! jangan diladeni,"
Raihan mengeluarkan darah dari mulutnya, Ia berdecih kemudian menyudahi aksi balas dendam nya karena Denrio juga sudah terkapar.
Raihan naik ke atas motornya tapi sebelum itu dia berucap, "Tunggu motor dariku datang ke rumahmu,"
Usai mengatakan itu, Raihan bergegas melajukan motor nya membelah jalanan kota malam ini, meninggalkan Nenna yang merengek karena merasa tidak dipedulikan oleh Raihan yang pulang tanpa dirinya.
"Salah satu dari kalian ada yang bersedia mengantar aku?"
"Tidak, kamu ingin pulang sekarang," jawab Sergi mewakili kedua temannya. Nenna semakin mencak-mencak. Ia menyesal tidak bawa mobil ke sini.
Sergi, Gion, dan Edric sudah pergi dengan motor mereka masing-masing. Hanya tinggal Nenna sendiri bersama Denrio dan juga semua temannya.
"Ini sudah malam aku tidak bawa mobil juga. Kalian ada yang mau antar aku pulang?"
"Itu masalah mudah, tapi kamu harus melakukan sesuatu dulu,"
Melihat senyum miring yang hadir di bibir Denrio yang babak belur dan pandangan tajamnya yang nakal, Nenna tahu apa yang diinginkan lelaki itu.
Nenna mengangguk setuju. Daripada Ia sendiri di arena balap ini seperti orang stres, lebih baik memenuhi apa yang diinginkan lelaki itu.
Lagipula biarpun Raihan tahu, tidak ada salahnya. Ia dan Raihan sama seperti Ia dengan Denrio. Raihan tak pernah menganggapnya spesial.
*****
BUGH
BUGH
BUGH
Tiba di rumah Raihan harus mendapatkan kekerasan lagi dari ayahnya, Christ. Seperti biasa, Christ paling bisa menebak habis apa Raihan kalau pulang sangat malam seperti ini.
"Entah ingin jadi apa kamu, Raihan. Mati-matian Ayah mendidik kamu tapi kamu tidak juga berubah,"
Raihan mengusap sudut bibirnya yang mengeluarkan darah. Ingin rasanya memaki lelaki di hadapannya itu.
Raihan bangkit dan berjalan tertatih menuju kamarnya. Sementara Christ menendang sofa dengan emosi yang belum berkurang sama sekali.
Ingin sekali menyeret Raihan, menghajarnya dengan membabi buta hingga mungkin sampai sekarat, lalu memakinya habis-habisan tapi hatinya menolak untuk melakukan itu. Semarah apapun Ia dengan Raihan, tetap saja darahnya yang mengalir di tubuh Raihan menjadi alasan Ia untuk tetap waras.
*****
Tiba di kamar, Raihan segera mandi. Biar lukanya terkena air, Ia tidak merasakan sakit sama sekali. Tubuhnya terasa jauh lebih baik ketika berada di bawah pancuran air.
Setelah mandi, Raihan langsung mengobati luka di wajahnya. Kemudian lelaki itu menyingkap baju nya untuk mengobati luka yang Ia alami di perut.
Raihan tidak meringis. Ini tidak seberapa dengan yang biasanya Ia dapati bila pulang dalam kondisi mabuk. Ayahnya sedang berbaik hati malam ini. Tidak membuatnya terlalu babak belur.
Ketika sedang bercermin mengobati luka di sudut mata nya, ponsel Raihan bergetar. Ia segera meraih ponselnya.
Begitu Ia jawab panggilan itu, suara Netta yang mengganggu pendengaran langsung menyapa Raihan.
"Raihan! kamu tega sekali meninggalkan aku,"
"Aku yakin kamu sudah pulang dengan mereka,"
"Mereka siapa?"
"Denrio, dia temanmu jika sedang berada di belakang aku. Benar begitu?"
"Ya--ya--ya, tapi aku pulang dengan dia karena kamu meninggalkan aku. Dan teman-teman mu juga begitu,"
"Ya sudah, tidak masalah. Kamu mau pulang dengan monster sekalipun aku tidak peduli,"
"Iya aku tahu,"
Nenna berucap dengan nada kesalnya. Ia ingin Raihan merasa cemburu, tapi apa yang dia dapat? Raihan tidak pernah peduli dari awal mereka dekat sampai sekarang. Status mereka tidak jelas. Giliran Ia mendekat, Raihan menjauh. Tapi kalau ada butuhnya, dia adalah orang nomor satu yang dicari Raihan.
Benar-benar menyebalkan sekali lelaki itu, tapi entah mengapa Ia tak bisa membenci nya.
"Kamu sedang apa?"
Tut
Tut
Tut
"Rai, sialan! dimatikan teleponnya," Nenna memaki Raihan yang tidak menjawab pertanyaan nya dan malah menyelesaikan panggilan mereka secara sepihak.
"Semakin sakit kepalaku mendengar dia bicara tidak karuan," gumam Raihan.
Lelaki itu memberikan obat cair di lukanya menggunakan kapas. Setelah semuanya terobati, Ia memutuskan untuk mengistirahatkan diri.
---------
Hollaaaa aku dtg lg. Ada yg masih mau baca ga? maaciw karena kalian udh mampir dan beri dukungan🙏🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments
Seriani Yap
Orang tua menuntut kita biasanya juga unt kebaikan kita, mungkin harus bicara de hati ke hati antara Chris n reihan.
Knapa rena harus menjalani kerja double dr penjaga coffee sampe kerja di rumah bordil.
2020-12-27
0
Pe_fina
selalu dipantau thor🤗semangat ya thor
2020-12-11
1
다이아몬드 ʕ•ﻌ•ʔ
Tetap menanti...
2020-12-09
1