Love Me With Bismillah

Love Me With Bismillah

Penampilan Terakhir

Jreng ....

Seorang pemain gitar di atas panggung Cafe itu baru memetik satu senarnya, tapi ratusan pengunjung Cafe yang telah cukup lama menunggu-nunggu penampilan mereka sudah berteriak dengan begitu histerisnya.

Sampek tuwek we ra bakal tak culno

Masio wis ra wancine, sayang-sayangan ning kene

Siji-sijine wong sing gawe ayeme ati

Gawe uripku seneng, mesem saben bengi

(Sampai tua kamu tak akan aku lepas. Meski sudah bukan saatnya sayang-sayangan di sini. Satu-satunya orang yang membuat hatiku tenang. Membuat hidupku bahagia, tersenyum setiap hari)

Suasana semakin riuh, begitu gadis di samping sang gitaris mulai memberi intro pada lagunya. Bahkan tak sedikit yang mengabadikan penampilan gadis berhijab dan gitaris itu melalui video dari ponsel milik mereka, banyak juga yang berebut berfoto, kemudian memposting hasil jepretan mereka di sosial media.

Mereka semua tak pernah mengira, jika malam ini adalah malam terakhir penampilan gadis itu. Karena setelah malam ini, gadis itu akan pergi jauh, bukan hanya meninggalkan musik yang sudah menjadi nyawanya, namun juga meninggalkan sang gitaris, kekasih yang sudah lima tahun ini dipacarinya.

Dia adalah Dinara Ayu Prameswari. Seorang gadis berusia sembilan belas tahun, yang baru beberapa hari ini dinyatakan lulus dari Sekolah Menengah Atas yang dienyamnya. Dinara, begitu orang memanggilnya, adalah anak dari seorang pengusaha kaya raya di Kota Yogya. Meski begitu, beberapa tahun terakhir dia justru asyik mengamen bersama kekasihnya, demi mengejar subscribe dari netizen melalui lagu-lagu mereka yang sengaja dia upload di akun YouTube miliknya. Dan usaha mereka tak sia-sia, karena 20 juta subscribe di akunnya sudah cukup mendatangkan pundi-pundi uang tanpa dia harus bergantung pada orang tuanya.

Namun, di saat dia berada di puncaknya, sang papa memaksa agar Dinara melepaskan semuanya, dan menghilang selamanya dari dunia musik dan orang yang sangat dicintainya. Ya, karena dia harus segera menikah dengan pria pilihan sang papa dan mama sambungnya.

Dinara memang tak berusaha untuk menolak ataupun memberontak terhadap apapun keputusan orang tuanya. Sejak papanya menikah lagi dua tahun setelah mendiang mamanya pergi, Dinara memang bagai mayat hidup yang tak pernah peduli dengan apapun yang dilakukan oleh orang tua yang kini telah dia benci.

Bagaimana tidak? Mama sambung yang dia anggap sok suci itu, benar-benar berhasil mengubah papanya menjadi pria lain yang tak Dinara kenal sama sekali. Bahkan papanya selalu menuruti semua yang perempuan itu inginkan, termasuk melarang Dinara untuk bernyanyi lagi, bahkan secara semena-mena menyodorkan dirinya untuk menikah dengan keponakan sang mama tiri.

Arganta Chandra, sang gitaris yang tak lain adalah kekasih Dinara, tak tahu menahu tentang masalah besar yang sudah menanti di depan mata. Dinara tak pernah cerita dengan segala masalah yang sedang dihadapinya, termasuk tentang penampilan terakhirnya.

Malam itu, Arga hanya merasa tak biasa dengan cara bernyanyi Dinara yang bukan hanya tak tersenyum seperti biasanya, tapi juga bernyanyi dengan linangan air mata.

***

Di salah satu meja di Cafe itu, Muhammad Gusta Mahendra terlihat terhanyut dengan lagu berbahasa Jawa yang dikemas apik dengan intrumen akustik. Gusta, begitu orang memanggilnya, cukup bangga melihat ada anak muda seperti mereka mau menyanyikan lagu bahasa Jawa dengan kemasan lain dari biasanya. Ya, di saat remaja seusianya lebih bangga menyanyikan lagu barat, mereka justru memilih membawakan lagu dengan bahasa ibunya.

"Kreatif. Aku suka gaya anak-anak muda seperti mereka," ucap Gusta pada Sahdan, sepupunya yang baru saja menjemputnya di Bandara.

"Di Kairo lima tahun, kirain kamu sudah nggak suka sama yang beginian. Ternyata tak ada yang berubah. Masih suka saja sama yang bening-bening," Sahdan terkekeh.

"Hus, nglantur kamu," Gusta menonjok lengan Sahdan dengan garang.

"Termasuk galaknya, masih sama seperti dulu," Sahdan kembali terkekeh.

Awalnya, Gusta mengajak Sahdan mengunjungi tempat itu karena dia rindu suasana Kota Yogya. Maklum, begitu lulus SMA, Gusta langsung mengambil S1-nya di Cairo University, hingga jika dihitung-hitung, hampir lima tahun dia tak menikmati suasana kota ini. Makanya tak heran, jika sebelum mereka pulang ke rumah, dari Bandara mereka menyempatkan diri untuk mampir dan sekedar makan malam di tempat ini. Sebuah Cafe biasa-biasa saja saat Gusta terakhir datang, sekarang selalu penuh hingga sampai ke halaman.

"Gadis itu benar-benar menghayati lagu yang dia nyanyikan. Berarti dia benar-benar tahu arti lirik lagu yang dia dendangkan. Sampai nangis gitu loh," celoteh Sahdan yang begitu larut dengan lagu yang Dinara nyanyikan dengan air mata yang terus berlinang.

Gusta tak bergeming. Tatapannya tak terlepas dari gadis berhijab dan sang gitaris itu.

Cinta kita memang tidak semudah yang dibayangkan

Dulu kita saling menyakiti dan hampir menyerah

Tapi kini kita ada 'tuk saling menyempurnakan

Ku berdoa untuk bisa hidup dan menua bersamamu

Hidup dan menua bersamamu

Menua bersamamu, semoga saja

Dinara menyanyikan lagu keduanya dengan bulir-bulir bening yang sudah tak mampu lagi dibendungnya.

"Suwit. Suwit," suasana kembali riuh saat Arga mengusap air mata di pipi Dinara.

Mereka memang menjadi terkenal bukan hanya karena permainan gitar Arga yang indah dan suara Dinara yang sangat merdu saja, tapi karena hubungan percintaan mereka yang membuat para fans mengidolakan couple Dinara dan Arga.

"Apa mereka sepasang kekasih? Mungkin mereka sedang ada masalah, sampe-sampe gadis itu bernyanyi sesedih itu," oceh Sahdan lagi yang tak ditanggapi Gusta sama sekali.

Gusta justru sibuk melihat dua sijoli itu, sambil menikmati alunan lagu dan petikan gitar yang terdengar sangat syahdu.

"Kasih ini!" Gusta menyodorkan beberapa uang seratus ribuan kepada Sahdan, untuk mengisi kotak yang sudah mulai penuh dengan uang lima puluh ribuan dan seratusan ribu itu.

"Banyak banget," komentar Sahdan begitu tahu berapa lembar uang yang Gusta berikan.

"Mereka pantas mendapat penghargaan lebih dari itu," sahut Gusta datar.

"Mereka tidak butuh uang, hanya butuh eksis dan ketenaran. Dilihat dari banyaknya subscriber akun mereka, satu bulannya mereka bisa mengantongi ratusan juta," cicit Sahdan sambil beranjak dari duduknya dan memasukkan uang pemberian Gusta pada sebuah kotak yang terletak di depan X-banner bertuliskan Dinara dan Arga.

"Dinara dan Arga. Sepertinya nama itu tidak asing di telinga," gumam Gusta lirih.

"Jelaslah. Nama mereka memang sudah dikenal dimana-mana. Walau mereka hanya seorang musikus dan youtubers, tapi tidak ada yang tidak kenal dengan mereka," ujar Sahdan sambil menyedekapkan tangannya.

"Bukan, aku dengar nama itu bukan dari Youtube, tapi dari seseorang," sergah Gusta sambil mengingat-ingat.

"Siapa?"

"Itu dia. Aku lupa siapa. Tapi nama itu benar-benar tak asing di telinga,"

BERSAMBUNG

Terpopuler

Comments

Cah Dangsambuh

Cah Dangsambuh

aku coba mampir sepertinya bagus

2023-03-28

0

Nur hikmah

Nur hikmah

mmpir....smbil kike....tpi dh nyesek aj mau nanggis rda2 bnci klw crta dh sling syang eeh hrus ppisah........pasti gusta yg mau d jodohkn ma dinara

2021-10-07

0

Serli Marlina

Serli Marlina

semangat thor😁

2021-07-26

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!