Gusta diam terpaku. Dia masih saja terduduk di balkon kamar, di bawah cahaya kemerahan yang menanti sinar terang.
Gusta mendongak ke atas, disana ada larik-larik mentari yang mulai menghiasi batas cakrawala pagi. Sayangnya, keindahan langit fajar di hari itu, tak seindah hati Gusta yang masih begitu ragu. Nuansa penuh misteri masih saja menyelimuti jiwanya, bahkan kini pikiran-pikiran buruk justru semakin gelap dan pekat menguasai dirinya.
"Ahhh," Gusta mendesah kasar. Matanya yang memerah karena tidak tidur semalaman, tak juga membuat rasa kantuk datang dan membawanya ke alam mimpi yang begitu dia nantikan.
Hingga tiba-tiba, suara ketukan di luar pintu kamar pun terdengar. Tak menunggu dipersilahkan, Umi masuk dan menghampiri Gusta yang kini masih diam terpaku di tempatnya.
"Mi ...," panggil Gusta lirih.
Umi tak menghiraukan Gusta. Dia justru terfokus pada sebuah video di layar laptop putranya yang masih menyala. Ya, semalaman memang Gusta sibuk melihat isi dari akun YouTube Dinara, yang semuanya membuat Gusta sakit mata melihat penampilan mesra Dinara dan kekasihnya.
"Apa dia Dinara?" tanya Umi begitu melihat sebuah video dari sebuah akun bernama Dinara Ayu Prameswari.
"Iya, Mi. Dan gitaris itu kekasihnya," sahut Gusta lesu.
"Bukan suaminya kan?" Umi menaikkan dua alisnya.
"Selama janur kuning belum melengkung, masih ada kesempatan," canda Umi lagi, yang disambut bibir manyun Gusta yang masih tak habis pikir dengan jalan pikiran uminya.
"Umi maksain banget sih, Mi?" Gusta mengerutkan dahinya, mendengar Umi menanggapi perkataannya dengan begitu santainya.
"Dia gadis yang baik, Sayang. Selama ini dia hanya cari perhatian saja kepada papanya, hingga berbuat seenaknya dengan teman-temannya. Ditambah lagi ketidaksukaannya kepada tante kamu, membuat dia seolah tak berhak menghargai hidupnya sendiri," Umi menatap Gusta dengan ekspresi sangat serius.
"Umi tahu kan, pergaulan anak muda jaman sekarang kayak gimana? Apalagi menurut media yang Gusta baca, Dinara dan gitaris itu pacaran sejak mereka kelas 2 SMP, Mi. Bayangin saja kedekatan mereka seperti apa! Bisa jadi mereka sudah melakukan hal-hal yang sangat jauh, dan Dinara sudah tidak pe ...," Gusta menggantungkan kalimatnya.
"Sudah tidak perawan lagi maksud kamu? Bagaimana kamu tahu kalau kamu tidak mencobanya dulu?" Umi justru terkekeh.
"Astaghfirullah, Mi," Gusta membulatkan mata dan mulutnya.
"Jangan ngeres dulu, Bocah Nakal! Maksud Umi, nikahin dia dulu baru kamu buktiin," tegas Umi sambil menjewer telinga Gusta.
"Aduh, Umi. Sukanya main jewer aja nih," keluh Gusta hingga Umi melepas jewerannya.
"Kamu punya masa lalu, Dinara punya masa lalu, Nak. Dinara adalah amanah buat kamu. Ajari dia menjadi lebih baik, dan rebut hatinya agar cintanya hanya buat kamu, suaminya," Umi kembali memasang mode serius.
"Insya Allah, Mi. Sesuai janji Gusta untuk menikah dengan pilihan Umi," akhirnya Gusta menyerah.
***
Pagi mulai menampakkan hasratnya. Gurat-gurat jingga berangsur-angsur menghilang dari cakrawala, berganti dengan cahaya kuning keemasan persembahan dari sang surya.
"Nabila, panggil Dinara. Ajak dia untuk sarapan bersama dengan kita!" seru Umi dari arah dapur. Rupanya Umi dan seorang juru masak di rumahnya sudah selesai memasak untuk makan pagi mereka.
Tanpa protes, Nabila segera beranjak dari tempat duduknya, diiringi tatapan penuh selidik dari Abi, Sahdan dan juga Gusta.
Lima menit kemudian, Nabila pun sudah keluar bersama Dinara yang sudah terlihat segar, tidak seperti semalam saat Gusta membawanya pulang. Apalagi Dinara yang terlihat sudah membersihkan diri, membuat kecantikannya semakin terpancar alami.
"Eh, anak gadisnya Umi sudah cantik sekali. Untung baju Nabila pas di tubuh kamu, Sayang. Jadi Umi tidak perlu bingung-bingung harus membelinya di luar," ucap Umi riang. Bahkan setelah meletakkan beberapa sajian di meja makan, Umi menghampiri Dinara dan mencium pipinya.
"Terima kasih, Umi," sahut Dinara dengan mata berkaca-kaca. Begitulah Dinara, dia selalu teringat kepada mamanya saat menerima semua perlakuan lembut Umi kepadanya.
"Ho-ho-ho. Cantiknya Umi tidak boleh sedih lagi. Anggap Umi sebagai mamamu. Oke? Oya, kenalin yuk. Ini Abi, terus yang duduk di sebelah Abi itu Gusta kakaknya Nabila. Nah, yang sebelah Gusta itu Sahdan sepupunya. Gusta dan Sahdan ini yang menemukanmu pingsan di ujung jalan depan," tutur Umi sambil menunjuk ke arah Abi, Gusta dan Sahdan secara bergantian.
"Selamat pagi Abi,"
"Selamat pagi Dinara,"
"Selamat pagi Mas Gusta dan Mas Sahdan, terima kasih atas bantuannya semalam,"
"Sama-sama," sahut Sahdan dengan semangat empat lima, sementara Gusta hanya mengangguk tanpa berani menatap Dinara lebih lama.
"Dia cantik banget, Sob. Sumpah. Kenapa kamu jadi grogi begitu bertemu dengan calon istrimu?" bisik Sahdan lirih.
Gusta tidak menjawab banyolan sepupunya, dia justru menginjak kaki Sahdan sambil membulatkan matanya.
"Aduuuh," pekik Sahdan keras, hingga membuat semua mata menatap ke arahnya.
"Kamu kenapa, Sahdan?" Abi mengerutkan dahinya.
"Nggak papa, Bi. Teringat sesuatu saja tadi," jawab Sahdan asal.
"Sudah-sudah, ayo kita makan! Kasihan Dinara tuh yang masih kurang enak badan. Dia harus segera makan dan meminum obatnya," Umi menengahi.
Akhirnya, mereka pun makan dalam diam, tanpa ada satu pun suara yang terdengar.
Setelah acara makan selesai, Abi segera berpamitan untuk berangkat ke kantor, sementara Sahdan yang biasanya membantu Abi, diminta Umi untuk menemani Gusta dan Dinara. Nabila pun tetap di rumah saja, mengingat dia juga baru saja lulus SMA seperti Dinara.
"Sampai sekarang dia belum tahu siapa kita. Kalian ngobrollah! Buat dia jatuh hati kepadamu," titah Umi setengah berbisik kepada Gusta.
Gusta yang mendengar perkataan Umi pun hanya memandang Dinara yang sedang asyik bersama Sahdan dan Nabila. Yah, mereka begitu asyiknya melihat-lihat video musik di akun Dinara, yang membuat Gusta semakin tak senang melihatnya.
"Mas Gusta, sini!" seru Dinara dengan seulas senyum di bibirnya.
Begitulah Dinara, dibalik kisah pahit yang dia rasakan dalam hidupnya, dia adalah gadis ceria yang mudah bergaul dengan siapa saja.
Mau tidak mau, akhirnya Gusta beranjak dan menghampiri mereka bertiga. Menikmati video demi video yang di putar mereka, dengan perasaan yang begitu terluka melihat calon istrinya sedang tampil begitu mesra dengan kekasih hatinya.
"Setelah ini kalian semua tidak akan pernah bisa melihat aku dengan lagu baruku lagi," tiba-tiba kalimat itu keluar begitu saja dari mulut Dinara.
"Kenapa?" Sahdan pura-pura bertanya.
"Aku akan meninggalkan semuanya, dan memulai kehidupan baruku dengan suamiku nanti," bulir-bulir bening pun mengalir deras dari ujung matanya.
"Kamu mau menikah?" Nabila ikut larut dalam sandiwara Sahdan.
"Hmm," Dinara mengangguk.
"Kapan?" cecar Nabila.
"Aku tidak peduli kapan waktunya dan dengan siapa. Papa dan istrinya yang menentukan semuanya. Aku sih apa? Hanya butiran debu diantara hamparan pasir yang luas. Meski aku menjerit sekuat diriku, tak akan pernah berarti apa-apa," ucap Dinara nanar.
"Yakinlah bahwa suamimu nanti akan memberi kebahagiaan untukmu, jauh dari apa yang diberikan kekasihmu itu," tak tahan dengan suara pilu Dinara, Gusta ikut menyahut dengan segala rasa yang berkecamuk di dalam dadanya.
"Terima kasih, Mas Gusta. Siapapun dia, semoga dia sebaik dan setampan Mas Gusta," Dinara terkekeh sambil mengusap air matanya.
"Ihh, dasar. Udah mau nikah masih aja manis sama masku," oceh Nabila yang diikuti gelak tawa semuanya.
"Tentu saja suamimu itu akan sebaik dan setampan diriku, Dinara. Karna dia adalah aku," batin Gusta sambil tertawa sekaligus merasa miris dengan nasibnya sendiri.
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
Nur hikmah
dinara ko g hub argha n putusin scra baik2
2021-10-07
0
Laura hussein
selalu like
2021-01-12
1
@✿€𝙈ᴀᴋ hiat dulu⦅🏚€ᵐᵃᵏ⦆🎯™
2 like balik
2020-12-31
1