Seperti tersambar petir telinga Juna dan Ari mendengarnya, mereka yang sedang makan mendadak menjadi tersendat.
"Uhuk...uhuk...uhuk..." Juna batuk sambil memukul-mukul dadanya mengambil minum.
"Apa! Lo mau menikah!" teriak Ari menatap kaget ke arah David.
"Lo serius? Tidak bercanda, kan?" sambung Juna tidak kalah kaget.
"Lo pikir gw becanda apa!" kata David dengan nada ketus.
"Kapan lo nikah? Dengan siapa?" Ari terus bertanya kepada David dengan segudang pertanyaan.
"6 bulan lagi, gw di jodohkan dengan anaknya temen nenek gw."
"Wuidih, masih jaman gitu ya main jodoh-jodohkan? Kesannya lo gak laku banget ," ledek Juna.
"Kuya lo," semprot David kesal.
"Tapi tidak aneh sih buat kultur keluarga lo, memang begitu dari dulu turun temurun," sambung Ari.
"Cantik gak?" tambah Juna terus mengintrogasi.
"Mana gw tahu, bertemu saja belum," kata David sinis.
"Jika cantiknya seperti dia tuh mau gw," ledek Ari sambil menunjuk ke arah Gladis yang ada tidak jauh dari meja mereka hanya terhalang 3 meja saja.
Mata Juna dan David pun ikut menatap Gladis yang masih menunggu seseorang datang.
"Gw juga mau," tambah Juna berharap.
"Kuya lo berdua," semprot David.
"Terus lo mau di jodohkan dengan dia?" Ari terus mengorek jawaban dari David seolah penasaran kenapa david mau di jodohkan.
"Gw terpaksa gw, sudah janji sama nenek gw sebelum dia meninggal dan semua ini karena gw."
"Ya sudahlah lo sabar bro, mungkin nasib percintaan lo tidak semulus karir lo," Ari menepuk pundak David memberi semangat.
"Siapa tahu lo sama dia bisa saling suka, jatuh cinta seperti orang tua lo tuh," tambah Juna sedikit menghibur.
"Tapi yang jadi pertanyaan, dia mau tidak di jodohkan sama lo?" kata Ari ragu menatap David.
"Maksud lo apa?"
"Ya elah, masa tidak tahu maksud gw, apa perlu gw jelasin sih Vid," singgung Ari.
David merasa belum mengerti apa yang di maksud dengan perkataan Ari sahabatnya itu.
"Begini ya, secara lo itu pendiem, kaku, judes, tempramen, seriusan, tidak humoris, tegas, apa mau gitu dia di jodohkan sama lo?" tanya Ari memperjelas pertanyaannya.
Mendengar pertanyaan Ari, Juna hanya tertawa ringan ia tau watak sahabatnya David.
"Maksud lo, gw itu ngebosenin gitu?" kata David dengan nada meninggi dan jutek menatap Ari memperjelas ucapannya.
"Bukan bro," kata Ari takut kena pukul David yang sudah terlihat marah.
"Apa bisa lo sabar menghadapi perempuan yang belum lo kenal lama, lo itu tempramen," jelas Ari, mendengar itu David melotot tajam.
"Gw tidak punya pilihan."
"Lah ada ko pilihan lo, tuh yang di sana," goda Ari sambil menunjuk ke arah Gladis lagi.
Namun tiba-tiba mereka bertiga terkejut dengan kehadiran seseorang menghampiri Gladis, melihat itu mereka bertiga sedikit kecewa. Ternyata Fadli yang datang sambil mencium pipi Gladis dan duduk di samping Gladis.
"Yah dia juga sudah punya pacar," celetuk Juna sambil tertawa terbahak-bahak.
Melihat sahabat nya itu, Ari dan David amat kesal.
"Berisik lo," semprot Ari ketus
Namun Juna tidak menghiraukan ucapan Ari sementara David hanya menggeleng-gelengkan kepalanya saja.
"Bukan jodoh lo Vid, tapi tenang jodoh tidak akan kemana," sambung Juna.
PAGI ITU
Cuaca pagi ini amatlah cerah membuat Gladis bersemangat untuk ke butik.
Bagaimana caranya aku bicara pada Fadli, soal pertunangan itu? Rasanya aku tidak bisa jika harus bicara dengan Fadli sekarang ini, tapi jika nanti dia tahu pasti akan kecewa juga.
Gladis sedang melamun di ruang kerjanya memikirkan hubungannya dengan Fadli, sebentar lagi Gladis akan bertunangan dengan pria lain bagai mana perasaan Fadli jika tau?
DI LAIN TEMPAT
Drettttt....Dretttttt..suara ponsel David berbunyi, David yang kala itu sedang berada di dalam mobil menuju kantornya mendapat kan pesan dari papanya.
Jangan lupa kamu harus menemui Gladis hari ini, jangan sampai buat Papa dan Mama kecewa lagi.
Isi dari pesan yang di kirim papanya, lalu David pun meremas ponsel itu karena kesal.
Gladis wanita seperti apa sih kamu? Membuat Mama dan Papa sangat terobsesi untuk menjodohkan aku dengan kamu, apa istimewanya kamu? Kita lihat saja Gladis, apa kamu wanita baik-baik atau wanita yang sama seperti yang aku kenal.
"Pak sebelum ke kantor kita mampir dulu ke butik," perintah David pada supir pribadinya pa Kardi.
"Butik mana Pak?" Pak Kardi balik tanya sambil menyetir
"Nanti aku beritahu."
"Baik Pak."
Setelah setengah jam David tiba di butiknya Gladis, ia turun dari mobil dan laki-laki itu terpaku melihat gedung lumayan besar bertingkat 2 di hadapannya. Ya itu adalah butik milik Gladis, lalu David masuk ke dalam butik itu, ia di sambut oleh dua orang resepsionis butik itu.
"Selamat pagi Pak, selamat datang ada yang bisa di bantu?" sapa salah satu resepsionis itu ramah kepada David.
Namun wajah David tidak begitu bersahabat terlihat angkuh dan jutek.
"Aku mau bertemu Gladis," kata David singkat.
"Bapak sudah buat janji?"
"Belum."
"Sebentar ya Pak."
Lalu salah satu resepsionis itu menelepon ke ruangan Gladis.
Krinh...kring...suara telepon menggema di ruangan Gladis, wanita cantik itu yang tadinya melamun pun tersadar, lalu dengan cepat ia mengangkat telepon itu.
"Halo!"
"Halo Mbak, ada yang mau bertemu, tapi belum buat janji."
"Siapa?
"Pak David Airlangga Putranto."
"Suruh masuk keruangan ku."
Sepertinya gara-gara memikirkan Fadli kali ini Gladis tidak fokus tidak sadar siapa yang telah mencarinya itu adalah David calon tunangannya.
"Silahkan Pak, Mbak Gladis sudah menunggu."
Tanpa pamit dan sepatah kata David meninggalkan resepsionis itu, lalu ia melangkahkan kakinya menuju ruangan Gladis.
Tok...tok...tok....suara ketukan pintu ruang kerja Gladis.
"Masuk," asal suara itu dari dalam.
Lalu pintu itu terbuka krekkk....Dwi berdiri di ambang pintu.
"Mbak ada tamu," kata Dwi dari ambang pintu.
Gladis menoleh ke arah Dwi.
"Suruh masuk saja Wi," kata Gladis singkat.
"Iya Mbak," lalu Dwi pun mempersilahkan David masuk ke dalam.
David melangkahkan kakinya menuju ruangan itu, ia masuk ke ruangan Gladis. Lalu ia melihat seorang gadis cantik sedang duduk di meja kerjanya sambil melihat laptop yang ada di mejanya. Gladis tidak sadar akan kehadiran David yang sudah berada di ruangan itu.
"Ehem," David pura-pura batuk memberi tahu akan kehadirannya di situ.
Lalu Gladis tersentak kaget akan suara itu, ia menoleh ke arah suara itu. Gladis melihat sosok pria maskulin yang tak jauh dari tempatnya ia duduk seorang pria tampan, putih bersih, dengan setelan jas hitam dan kemeja hitam menatap dirinya sambil kedua lengan di masukan ke dalam sakunya.
"Pagi," sapa David menghentikan lamunan Gladis yang terpaku melihatnya.
"Oh iya, pagi Pak!" balas Gladis sambil berdiri dan menghampiri David.
"Selamat datang Pak, perkenalkan kan aku Gladis ada yang bisa di bantu?"
David terus menatap lekat pada Gladis tidak sekalipun wajah Gladis luput dari penglihatannya. David memperhatikan wajah Gladis rambut, pakaian, bentuk tubuh Gladis dari atas sampai bawah.
*C**antik juga tapi wajah nya terasa tidak asing*
"Pak," Gladis menyadarkan David yang tengah melamun.
"Iya maaf."
"Ada yang bisa aku bantu?"
"Iya."
"Silahkan duduk Pak," Gladis mempersilahkan David duduk di sofa panjang di ruangan kantornya itu David mengikuti langkah Gladis.
David menjatuhkan tubuhnya di sofa itu mereka duduk berhadapan hanya meja kaca yang memisahkannya. David terus menatap Gladis seakan terhipnotis oleh gadis cantik itu.
"Apa yang bisa aku bantu?"
"Bantu untuk jadi partnerku yang baik, bisa?" jawab David tegas
Gladis mencerna ucapan David, lalu yang di maksud kata partner adalah rekan bisnis untuk rancangan bajunya? Tapi sayang bukan itu yang di maksud David.
"Oh iya bisa Pak, mau di bantu untuk acara pernikahan, pertunangan?"
"Semuanya," jawab David singkat dan tegas
Gladis hanya terdiam mendengarnya tetapi dalam hatinya begitu amat senang itu tandanya dia mendapatkan pekerjaan besar.
"Untuk kapan Pak dan bajunya mau konsep seperti apa, glamour, elegan, natural? Warna dan temanya juga mau seperti apa?"
"Terserah kamu."
Gladis kembali terdiam, aneh tidak biasanya ada partner bisnis yang seperti ini.yang menyerahkan semuanya kepada butik.
"Terserah aku, Pak?" Gladis tidak percaya balik bertanya
"Iya, kenapa kamu keberatan?" tanya David menatap Gladis.
"Oh bukan gitu Pak, tapi biasanya calon pasangan itu memilih tema sesuai yang di inginkan apa lagi ini kan momen sekali seumur hidup," jelas Gladis kepada David dengan mimik wajah sedikit bingung.
"Aku tahu, maka dari itu aku menyerahkan semuanya kepadamu karena aku percaya kamu."
"Nanti apakah calon istri anda tidak keberatan jika semua desain bajunya sesuai keinginan aku?"
"Tidak akan."
Sedari tadi Gladis heran, baru kali ini ada rekan bisnisnya menyerahkan semua kendali kepada Gladis, mulai dari pemilihan, bahan, tema, desain, warna, konsep. Sungguh aneh sekali, tapi di sisi lain Gladis sangat senang juga karena ia tidak perlu repot bertanya-tanya lagi, hanya membuat sketsa sesuai yang ia inginkan.
"Baik Pak akan aku laksanakan," kata Gladis dengan hati senang.
Sedari tadi David terus berperang dengan pikiran di otaknya sambil menatap lekat ke arah Gladis, ia berusaha mengingat wajah yang tak asing untuknya seperti di mana?
Dimana yah! Perasaan wajahnya tidak asing bagi ku, tapi dimana aku pernah melihatnya?
Setelah lama ia berpikir keras dan ups David melihat Gladis terpaku menatap nya dengan tajam
*S**hit dia, kan*!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 142 Episodes
Comments
Kenzi Kenzi
fadli is arya...kakak adik rebutan 1 cwe...gw sih mo nya sama fadli saja.....orisinil.....jgn.sama.david,....kakak dulu yg nikah bru adeknya
2022-07-11
0
Sriati Rahmawati
lebih bagus d jelaskan manggilnya Pak bukan pa gtu
2020-12-29
0
YuliaBilqis
😍😘😘😘😘🥰👍
2020-07-07
1