Ganaya, My Adore
Assalammualaikum wr wb. Semoga kalian selalu sehat dan terus berada dalam lindungan Allah SWT. Aku ucapkan selamat datang kepada kalian semua yang baru saja bergabung di novel ini.
Ganaya, My Adore. Novel ini, adalah novel ke 8 yang aku buat di NT/MT. Kalau mau baca kisah lainnya. Bisa langsung ke profil ku untuk pilih karya ya.
Terimakasih,
With Love Gaga🌾🌾
****
"Kamu siapa?" tanya wanita berkulit putih dengan beberapa tanda lebam biru di sekitar wajah dan perban mengeliling dikening kepala. Wanita ini berbicara dengan intonasi polos, lain dari biasanya.
"Maldava Ammar, Suamimu ..."
"Benarkah? Setampan ini suamiku?"
"Benar, sayang."
Wanita itu tersenyum tanpa ragu. Ia mengelus lembut pipi lelaki yang menyebut dirinya menjadi suami. Ammar memejamkan mata, menyambut penuh cinta usapan lembut yang tidak pernah ia rasakan selama satu tahun pernikahan dengan sang Istri.
Jika kebanyakan suami akan bersedih karena istrinya mengalami hilang ingatan, beda hal dengan Maldava Ammar. Lelaki itu sangat bersyukur karena dengan begitu ia bisa memiliki Putri Ganaya Hadnan seutuhnya, baik dari segi hati dan raga.
Selama setahun pernikahan, Ammar selalu mencoba menjadi suami yang sempurna untuk Ganaya, namun semua itu tidak cukup menghadirkan cinta di hati istrinya. Bukan hanya cinta yang belum bisa Ganaya berikan namun juga kehormatannya.
Bagaimanakah perjuangan Ammar untuk bisa dicintai dan menghempaskan masa lalu Ganaya? Memanfaatkan kehilang ingatan Ganaya untuk bisa mencintainya?
Menghilangkan jati diri asli sang istri agar tidak ada lagi orang yang menganggapnya ada?
Melindungi rumah tangga mereka dari berbagai teror para bandid?
Dan disaat Ganaya sudah mencintai Ammar, wanita itu harus menelan pil pahit. Apakah yang terjadi?
Dan inilah kisah mereka.
*****
Eco Group. Sebuah perusahaan industri yang bergerak di bidang baja dan logam terbesar di Indonesia sampai ke Asia tenggara. Perusahaan yang memiliki banyak anak cabang, dengan total jutaan karyawan.
Sudah lima puluh tahun Eco Group berdiri, membantu perekenomian negara, menciptakan bibit-bibit unggul dari segi sumber daya alam dan manusia.
Eco Group selalu masuk kedalam kategori perusahaan terbesar, terbaik dan mempunyai nilai saing yang besar. Beberapa kali namanya ada di catatan muri Indonesia.
Eco Group adalah perusahaan keluarga berdarah biru yang cukup terkenal dan mempunyai kasta tertinggi di kalangan masyarakat Indonesia yaitu keluarga Artanegara.
Dan saat ini, Eco Group sudah berpindah ke tangan generasi berikutnya. Sang Ayah melepas kedudukan menjadi Presdir kepada anak lelakinya.
Selama enam tahun terakhir kempimpinan Eco Group berada dalam kepemimpinan seorang laki-laki single berusia dua puluh tujuh tahun. Anak bungsu dari pasangan suami istri, Bilmar Artanegara dan Alika Sarasafi.
Lelaki tampan, cerdas, berkuasa dan sangat di takuti oleh para pesaing di bursa modal. Dia adalah Maldava Ammar Artanegara. Walau begitu, ia adalah lelaki yang sangat mencintai keluarga. Selalu menomor satukan kebahagian orang tua, Kakak dan para keponakannya.
Demi harta, tahta dan wanita. Ammar rela melakukan apa saja untuk membuat seluruh keinginannya terpenuhi. Ia hanya ingin hidup di atas ribuan kata pujaan, salah satunya mendapat pujian dari Mama dan Papa karena ia berhasil membuat EG tumbuh dan berkembang secara pesat. Sampai beberapa kecurigaan selalu menyuduti nya. Mau cara dari segi haram pun, akan Ammar tempuh.
Dan tentu, perubahan sikapnya adalah untuk membunuh kenangan masa kecil yang begitu pelik dan tidak mengenakan hati. Ia tidak ingin dianggap lemah oleh siapapun. Penyesalannya adalah tidak membantai mereka yang selalu menyakiti, membully dirinya dari masa kanak-kanak sampai perguruan tinggi.
"Sudah lengkap semua?" tanya lelaki berjas hitam dan berdasi. Terlihat di genggaman tangannya ada sebuah HT.
"Hampir delapan puluh persen lagi, Pak Denis. Masih ada sekitar ..." Zakaria seraya menghitung berapa jumlah bangku yang masih kosong. "Ada lima lagi bangku yang belum terisi---"
Siang ini, tepatnya di gedung serbaguna Eco group. Sang Presdir EG mengundang sejumlah Direktur dari berbagai perusahaan lain, yang juga bergerak di bidang logam dan baja, untuk datang dan menyaksikan alat pembuatan logam dan baja terbaru yang berhasil EG ciptakan. Ammar ingin mendistribusikan dan menawarkan alat-alat tersebut kepada mereka semua.
"Ya sudah kalau begitu. Akan saya kabarkan kepada Presdir. Oh, iya. Tingkatkan keamanan di seluruh pintu. Pintu utama, barat dan timur serta pintu belakang pun, jangan biarkan ada cacing yang berkeliaran." perintah Denis.
Seakan faham apa yang dimaksud Denis dengan kalimat terakhir. "Baik, Pak. Semua sudah aman." jawab Zakaria mantap. Denis pun mengangguk dan berlalu setelah menghentak pelan bahu Zakaria.
Lelaki itu kembali melangkah keluar dari gedung untuk pergi menuju kantor EG pusat. Ingin memberitahukan kepada Presdir nya tentang keadaan di gedung serbaguna saat ini.
Beberapa saat kemudian, langkahnya yang sudah sampai begitu saja terpaku di bingkai pintu ketika ia melihat seorang wanita tengah bersimpuh di kaki Presdirnya.
"Jangan main-main denganku! Jangan coba-coba menghianatiku! Sampai ke ujung lubang semut pun, kamu dan suamimu akan aku temukan!" Ammar mencengkram kedua pipi wanita itu dengan satu telapak tangan kekarnya.
"Ampuni saya, Pak. Suami saya khilaf." wanita berjas itu terus saja bersimpuh sambil mendongakkan wajah. Ia meronta untuk mengungkapkan permohonan maaf.
Ammar berdecih. Menatap keji bola mata wanita itu. Lalu Ia melepaskan cengkramannya dan membuat wanita itu menjadi terhuyung ke atas lantai.
"Bawa dia! Beri pelajaran! Dan temukan suaminya, jika sudah dapat berikan hati, jantung dan paru-paru nya untukku!" titah Ammar kepada para bodyguard dan pengintai bayaran yang telah berkumpul di dalam ruangan itu. Denis menatap Bima dengan tatapan hampa.
Sontak mendengar ucapan Ammar membuat wanita itu meraung histeris. Meminta maaf pun percuma karena tubuhnya sudah lebih dulu di bawa oleh para bodyguard bertubuh tinggi dan besar.
Ammar membalikan tubuhnya dengan kedua tangan terlipat di dada. Rahangnya terlihat mengencang. Ada deruan napas kasar memburu setelah ia mengungkapkan kekecewaannya.
Berdiri sambil mengangkat dagu nya sedikit, menatap baja yang baru saja turun dari mobil truk besar di sekitar lapangan EG, dari jendela besar yang terbentang lebar diruang kerjanya. Ia dapat dengan jelas melihat bagaimana aktivitas para pekerja EG dari atas sini.
"Bagaimana?" suara dingin Ammar. Membangunkan lamunan Denis dan Bima.
Dua lelaki gagah yang di bayar oleh Ammar sebagai tangan kanan dan kirinya, menjadi asisten pribadi dalam urusan apapun. Sampai mereka pula yang mengatur jadwal pertemuan antara Ammar dan Asyifa, calon istrinya, selama ini.
Bima menatap Denis. Menyuruh lelaki itu untuk cepat menjawab, karena mereka tahu Presdirnya tidak suka menunggu.
"Delapan puluh lima persen para Presdir sudah hadir di gedung, Pak." jawab Denis.
Ammar membalikan tubuhnya, ia menatap lurus netra pekat milik Denis. "Apakah Ibu Ganaya sudah hadir?" kini nada nya terdengar mulai hangat. Tidak dingin seperti beberapa menit yang lalu. Seperti ada titik kerinduan yang menyeruak.
DEG.
Rasanya Denis ingin masuk kedalam tanah, dan bersembunyi dengan para cacing-cacing. Bodoh sekali dia, mengapa hal itu bisa terlewatkan begitu saja. Denis lupa, menanyakan perihal kedatangan Ganaya kepada Zakaria.
Ammar menitah dirinya untuk mengetahui langsung keadaan gedung bukan hanya ingin mengetahui seberapa banyak yang datang, namun lebih dari itu. Ia hanya ingin tahu, apakah wanita yang baru saja ia sebut itu sudah datang memenuhi undangannya.
Bima mendengus pelan. Ia sudah tahu, Ammar pasti akan murka. Walau Denis yang melakukan kesalahan, tetap saja dirinya akan terseret. Bima mendelik tajam kearah Denis yang masih mematung belum bisa menjawab. Sialann!
Drrt drrt drrt.
Getaran ponsel membuat Ammar mengalihkan tatapannya dari Denis. Ia merogoh gawai dan menatap layar terang di sana. Kembali menatap Denis dan Bima dengan gerakan tangan seraya mengusir.
"Baik, Pak." Denis dan Bima berlalu cepat dari hadapan Presdirnya.
Napas kelegaan mencuat, dengan waktu yang sedikit ini, akan Denis pergunakan sebaik-baiknya untuk kembali ke gedung. Ingin mencari tahu keberadaan direktur pusat Hadnan Group, sebelum Presdirnya kembali bertanya.
"Beruntungnya kita selamat! Sudah, sana!" Bima berdecak ketika langkah kaki mereka sampai di luar pintu ruangan Ammar. Denis hanya mencebikkan bibir lantas berlalu dari sana.
Ammar tersenyum menatap layar gawainya dan mengusap icon video call.
Ada tiga anak perempuan, yang sedang tersenyum manja kepadanya.
"Om ... nanti malam kerumah ya, Bunda buat kue." ucap Geisha.
"Om ... beliin aku pizza ya, sama burger sekalian." ucap Gea.
"Om ... Om, aku mau donat ya." selak Ginka.
Ammar tersenyum, menatap tiga keponakan nya yang terus berebut ponsel untuk berbicara kepadanya.
"Iya, Nak. Nanti malam Om akan kerumah kalian, ada lagi yang mau dipesan? Kalau Bisma dan Pradipta mau apa?" Ammar berbalik tanya untuk menawarkan.
Dan laki-laki berdarah dingin itu akan berubah menjadi hangat, ketika sedang bersama keluarga besarnya. Apalagi dengan lima keponakannya. Hati dan jiwanya tidak bisa menolak, ketika mereka merengek sesuatu.
Setelah puas berbicara dengan ketiga keponakannya. Ammar kembali memasukan gawai ke dalam saku jasnya. Bertepatan dengan langkah kaki yang akan ia gerakan, Ammar kembali mematung ketika seorang wanita mendobrak pintu ruangan kerjanya dengan langkah blingsatan serta leleran air mata.
"Ammar!" seru wanita itu setengah berlari lalu menerjang Ammar dengan pelukan.
"Maaf, Pak. Kami tidak bisa mencegah Ibu Asyifa untuk menunggu diluar---" sang asisten pribadi mengekor dibelakang wanita itu.
Ammar mengangguk dan kembali menggoyangkan punggung tangannya. "Baik, Pak. Saya menunggu diluar." ucap Bima.
"Ammar! Kamu jahat!" seru Asyifa. Wanita itu terus menangis sambil meremat jas dibagian dada Ammar. Sesekali menghentak dada Ammar dengan pukulan bertekanan kecil.
"Aku tidak mau pernikahan kita di batalkan! Aku tidak mau!" Asyifa berteriak kencang, ia semakin mengerang dalam tangisannya. Memeluk dada Ammar, dan lelaki itu hanya diam tidak mau membalas. Raut kebencian di wajar Ammar begitu kentara.
Beberapa jam sebelumnya Ammar mendatangi kediaman keluarga Asyifa untuk membatalkan pernikahan mereka, Asyifa yang notabene nya bekerja sebagai Dokter Bedah sedang ada operasi kala itu.
Ia baru diberi tahu oleh orang tuanya dengan keputusan Ammar. Dengan rasa panik ia menghubungi Ammar lewat sambungan handphone, tapi sayang nomor handphone nya sudah di blokir.
"Jawab! Kenapa kamu ingin membatalkan pernikahan kita?" seru Asyifa. Wanita itu melepaskan pelukannya dan memundurkan langkah agar bisa bersitatap jelas dengan Ammar.
"Bukan ingin, Syifa. Tapi sudah ..."
Asyifa mengusap wajahnya gusar. Ia beringsut kembali untuk memukul dada Ammar, namun lelaki bertubuh tegap dan tinggi itu lebih dulu mencekal pergelangan tangan Asyifa.
Wanita itu terus saja meronta. Menangis terseguk-seguk. Ammar ingin sekali memeluknya dan mengucap kata maaf, tapi rahasia yang baru ia tahu. Membuat ia begitu murka kepada wanita ini.
Dengan bola mata yang sudah memerah, Asyifa melontarkan pertanyaan yang begitu menusuk.
"Kurang ajarr kamu, Ammar! Kamu mempermainkan ku dan keluargaku!"
"Dari awal aku memang tidak pernah berniat meneruskan perjodohan ini!" Ammar membalas ucapan Asyifa tanpa rasa bersalah. Karena bagi Ammar, wanita ini pantas mendapatkannya.
Kening Asyifa menyerengit. Mulutnya menganga dengan wajah yang tiba-tiba melongo. Tidak salahkan telinganya?
"Aku mencintaimu, Ammar." lirih Asyifa. Wanita itu mendekatkan wajahnya, untuk mencium bibir Ammar secara paksa.
Ammar melepas perpagutan bibir itu. Ia mengusap sudut bibirnya yang terasa basah.
"Kenapa? Bukannya selama ini kamu suka?" Asyifa mencakup wajah Ammar, dan menatap lelaki yang amat dicintai dengan leleran air mata.
Ammar hanya bisa mendesahkan napas berat. Mengusap wajah gusar dengan memberikan gelengan samar kepada Asyifa.
"Sejatinya kamu tau apa yang ada di dalam hatiku, Syifa." bola mata Ammar terlihat serius. Ucapannya pun sangat jelas. Ia melepas cekalan tangannya dipergelangan tangan Asyifa. Menurunkan tangan wanita cantik itu dari wajahnya.
"Kalau kamu mau tampar aku, silahkan. Aku terima."
Raut kekesalan semakin tercetak jelas di wajah Asyifa. Berani-beraninya lelaki yang beberapa bulan kemarin sudah melamarnya, sekarang seenaknya mencampakkan dan ingin membuangnya dari perjodohan ini.
"Apa yang membuat kamu tiba-tiba berubah seperti ini, Ammar! Aku tidak percaya dengan ucapan kamu itu!" Asyifa semakin dibakar emosi. "Pasti ada sesuatu yang kamu sembunyikan dari ku, iya 'kan?" Asyifa mencoba menutupi apa yang sebenarnya sudah ia terka.
Nyaring sekali wanita itu berteriak, sampai Bima yang masih berada diluar saja, ingin masuk kedalam untuk menolong Presdirnya dan menjambak wanita itu untuk menyeretnya pergi.
Ammar mendesah napas berat, ia kembali benci ketika mendengar kalimat terakhir yang diucapkan oleh Asyifa. Rasa amarahnya kembali menggebu.
Ammar menjulurkan tangannya untuk mencengkram leher Asyifa dan memundurkan langkah wanita itu secara paksa untuk dihimpit ke dinding. Bola mata Ammar menyalak tajam. Asyifa seperti seekor semut yang akan di injak oleh Gajah.
"Bukan aku yang menyembunyikan sesuatu! Tapi kamu, Syifa!" kelakar Ammar dengan wajah jenaka. Wanita itu semakin dibuat bingung. Asyifa kaget setengah mati dengan kemarahan Ammar yang sedang memuncak namun dibalut dengan decakan tawa nyeleneh.
"Kamu tau, aku mencintainya ..."
DEG.
Raut wajah Asyifa menegang. Kedua bola mata nya membeliak tajam. Kaca-kaca sudah menggenang di pelupuk matanya. Ingin berbicara namun sulit, lidahnya kelu.
"Ya, aku tau!" Asyifa menjawab dengan luka menganga.
"Jangan macam-macam Ammar! Kak Gana dan Kak Adri akan menikah, lusa!" nada Asyifa memelas.
Ammar berdecih dengan wajah jenaka. "Lalu?" jawabnya.
"Lalu apa?" Asyifa kembali di sulut emosi.
"Tanyakan sendiri pada dirimu, apa yang akan aku lakukan, jika rahasia kalian ada ditangan ku!"
Jantung Asyifa kembali berdentam ribuan kali.
***
Like dan Komennya ya kalau suka🤗😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 193 Episodes
Comments
Lilisdayanti
aqu mampir thur 🤗 maafkan diriku,,tadi banya lompat jaauhhhhhh sekali,, karna pinisirin 🫣🫣jadi aqu ngintip dulu 🤭🤭nah saatnya aqu baca dari awal,,salam kenal thur ama Lilis,,si mulut bon cabe 😂😂 canda thur 🤗 lanjuuuuutttttt 🤭🤭
2023-12-07
0
Yes No
llllllpl l
2023-02-15
0
Pembaca saja
buset visualnya thek2 ini
2023-01-30
0