Terlihat lelaki berjas cokelat muda dengan dalaman kemeja putih berdasi senada dengan warna jas, tengah duduk di meja kerjanya. Sorotan mata yang tidak surut dari cahaya komputer yang sedang ia tatap.
Jari-jemarinya begitu lincah bermain di atas keyboard. Sesekali ia bersenandung kecil dengan lagu-lagu cinta. Betapa bahagianya ia karena akan menikah dengan wanita yang ia cintai dua hari lagi.
Ketika sedang mengetik, sekilas ia mengingat calon istrinya. Melirik ke arah gawai yang ia letakan sembarang di atas tumpukan berkas-berkas yang berserak dimeja.
Meraih dan menatapnya. Membuka kembali aplikasi WhatsApp dan mencari percakapan terkahir dengan wanitanya.
[Aku sudah sampai di EG, aku rapat dulu ya]
Hanya pesan itu yang Ia tatap. Belum ada lagi pesan yang menyusul, padahal sudah dua jam berlalu. Tapi lelaki itu tidak mempunyai firasat apapun, ia tahu calon istrinya tengah sibuk.
Dua pasangan ini, memang sangat menggilai dunia kerja. Sampai akan menikah dua hari lagi saja, mereka masih berkutat dengan pekerjaan.
Ketika baru saja mengusap layar gawai agar redup dan ingin meletakan benda itu kembali di meja. Layar gawai itu kembali terang dan bergetar.
Asyifa In camming Call.
"Kak Adri." seru Asyifa setelah lelaki itu mengusap icon hijau. Suara Asyifa terdengar nyaring di seberang sana, yang disertai dengan isakan tangis dan deruan napas yang terengah-engah.
"Kamu kenapa, Dek?" tanya Adri. Kedua alisnya menaut. Ada apa fikirnya.
"Ammar, Kak. Sepertinya ia sudah tahu rahasia kamu ..."
Adri berdiri kaget. Iris matanya seperti ingin terlempar keluar. Jantungnya berdegup cepat. Aliran darahnya seperti dipenuhi api. Tubuhnya terasa panas sampai ke otak, Adri seperti sedang terbakar.
"Mak---sud ... Ka--mu?" Adri kembali bertanya dengan hati yang mulai kacau.
"Ammar menyudahi hubungan kami, ia akan kembali merebut Kak, Gana. Dia sudah tau kalau kamu---"
BRAG.
Dengan wajah yang masih terperanjat hebat, dan mulut yang sedikit menganga. Ia kembali terkejut ketika melihat pintu ruangannya terbuka, dan ada sosok wanita cantik dengan leleran air mata mematung di bingkai pintu ruangannya yang terbentang lebar.
Tatapannya kosong. Rambutnya terlihat berantakan, karena di sepanjang perjalanan, wanita itu tidak berhenti menangis dan memukul-mukul kepalanya. Dengan keadaan wanita itu sekarang, Adri dengan lantang mengiyakan ucapan Asyifa barusan.
Terbongkar, kah? Secepat ini?
"Kak? Hallo?" suara Asyifa masih nyaring terdengar, bersamaan tangan Adri yang masih menggenggam gawai lalu dihuyungkan kebawah. Benda itu dibiarkan jatuh ke atas lantai. Adri memutar langkah dari balik meja untuk menghampiri calon istrinya.
"Sayang ..." seru lelaki itu.
"Kamu bisa jelasin tentang hal ini sama aku?" ucap Gana dengan nada getir. Kemudian menyodorkan dengan kasar sebuah amplop cokelat yang ia temukan didepan kaca mobilnya.
"Apa ini?" tanyanya, sambil menangkap benda tersebut yang di hentak langsung ke dadanya.
"Kamu kenapa, Nay?" Adri mencoba memegang lengan Gana, mencoba tetap mesra dengan panggilan khusus yang ia buat sendiri untuk calon istrinya selama ini, tapi wanita itu menepisnya. Wanita itu mulai membencinya.
"Buka dan jelaskan!" dua bola mata Gana menyalak tajam. Rahangnya terlihat mengeras dengan air mata yang terus saja turun dengan deras. "BUKA!"
Adri tersentak. Pangkal bahunya terlihat membuncang karena hentakan nyaring dari suara calon istrinya.
"Kamu kenapa, sayang?" Adri mencoba menyentuh, namun Ganaya sedikit memundurkan langkahnya.
Dibalik tangisnya, Ganaya berdecih. "SAYANG? SAYANG KATA KAMU??" Gana berteriak.
Adri tetap tidak mau membuka amplop. Sepertinya ia sudah tahu, apa yang akan ia lihat dari dalam sampulnya.
"BUKA dan JELASKAN!!" Ganaya kembali berteriak.
Beruntunglah di lantai ini hanya ada ruangan Adri dan ruangan sekretaris nya yang terletak didepan ruangannya, namun wanita itu sedang tidak ada karena urusan keluar. Jadi, walaupun Ganaya berteriak-teriak, tetap saja aman.
Jantung Adri berdegup cepat. Seakan nyawanya sebentar lagi akan pupus. Tangannya terlihat tremor ketika membuka lilitan benang yang menjadi kaitan penutup di amplop cokelat tersebut.
Dan benar saja, ia melotot tajam kepada foto-foto yang baru ia pegang. Sulit untuk membekap mulut yang begitu sudah menganga hebat. Ini lebih dari apa yang ia bayangkan. Sampai sedetail ini?
Adri kembali mendongak menatap Gana. Seakan meminta pertolongan karena sebentar lagi jantungnya akan berhenti. "Saa--yang, aa---ku ..." Adri gelagapan. Buru-buru ia buang semua foto itu ke atas lantai lantas menggenggam tangan Ganaya secara paksa.
"Tolong jelaskan padaku, Mas!" pinta Ganaya. Wanita itu mencoba untuk tegar. "Apa yang aku lihat itu, enggak benar kan?"
Adri hening dengan napas yang sudah berantakan, air bening pun menggenang di pelupuk matanya.
"Jawab, Mas." Ganaya begitu mengiba, sampai nadanya terdengar sangat memelas. Melihat calon suaminya hanya diam. Ia semakin faham, jika semua itu adalah benar.
Kembali bertanya dengan intonasi sendu. "Apa yang aku lihat itu, gak bener kan, Mas? Hanya rekayasa aja kan?"
Bibir ingin berucap kata tidak. Tapi hatinya tidak bisa. Lidah Adri terasa kelu. Ia menatap Ganaya dengan leleran air mata. Bukan hanya Ganaya yang sakit, tapi dirinya pun sama.
"JAWAB!!" Ganaya menghempaskan pukulan kasar didada Adri. Sudah tidak tahan lagi hatinya, ketika lelaki itu hanya diam dan menerima apa yang terjadi saat ini.
Sakit, linu dan perih ketika mengeluarkan kalimat itu dari mulutnya. Seperti luka terbuka yang tengah di kucuri air cuka dan garam. Pedih sekali rasanya.
"Arkhh ..." Ganaya kembali memukul-mukul dada Adri. Lelaki itu langsung mengunci tubuh Ganaya dengan dekapan erat.
"Maafin aku, Nay ..." teriris sekali, ketika mengucapkan kalimat itu. Jika bukan karena keadaan, Adri tidak akan mau mengakuinya.
"Jadi kamu ngaku? Kamu mengiyakan apa yang baru saja aku lihat? Kamu enggak mencoba untuk menyanggahnya? JADI SEMUA ITU BENAR??" Ganaya melepas paksa pelukan itu, mencoba mendorong Adri. Dan memutar langkah untuk keluar. Adri beringsut ke arah pintu dan menguncinya.
"Aku bisa jelasin, Nay. Aku bisa ..." suara Adri terkatung. Ia mengusap wajahnya gusar. Lantas menggandeng tangan Ganaya untuk dibawa ke sofa. "Pelan-pelan aku akan jelaskan." serunya memelas.
Ganaya yang sedang terbakar, tidak mau menurut. "Lepas!" teriaknya.
"Kamu bohongin aku selama ini, Mas? Kamu bilang cinta, sayang, hanya aku di hati kamu ... tapi, mana??" dua bola mata Ganaya melotot tajam. Di sela-sela makian yang ia suarakan, tubuhnya seperti mendadak lemas. Ingin muntah dan terjatuh ke lantai. Tapi ia terus mencoba untuk kuat. Ia berharap Adri mengelak semua itu.
"Dan ternyata kamu enggak ngelak, Mas?"
"Nay, tolong. Aku bisa jelasin semua ini."
"Jelasin? Jadi benar, Mas?" Ganaya kembali berseru.
Ada setitik di relung hatinya, bahwa Adri, lelaki yang dua hari lagi akan menikahinya, mencintai dan selalu memberikan perhatian utuh. Bisa menjawab bahwa semua hal itu tidak benar.
Samar-samar dengan gerakan kepala yang berat Adri mengangguk. Air di mukanya sudah banyak dengan dua bola mata yang sudah memerah karena menahan duka dan lara.
"Astagfirullahaladzim ..." kedua mata Ganaya membola hebat.
Mulutnya kembali menganga, anggukan kepala Adri membuat ia tidak bisa berkata-kata apapun lagi, selain membekap mulutnya sendiri. Tas yang sedang ia jinjing pun, begitu saja terlepas dan jatuh ke lantai. Tapakkan kaki terasa lemah dan menciut.
"Jadi benar, Mas? Kamu benar-benar enggak ngelak?" lirihnya.
Laki-laki itu, menghela napas panjang. Walau rasanya di dada begitu sesak dan berat. Tapi mau bagaimana lagi, lambat laun Ganaya pasti akan mengetahuinya.
"Iya, Nay. Wanita dan dua anak di foto itu. Adalah Istri dan Anak-anakku."
Kalau nanti pilihanmu mengecewakan, datanglah kepadaku, Gana. Karena hanya aku yang bisa membahagiakanmu.
Semua ucapan dari dua lelaki itu begitu saja terbayang-bayang di lingkaran kepalanya sebelum kedua mata Ganaya menggelap.
***
Like dan Komennya ya guys. maacih🤗❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 193 Episodes
Comments
En Dik
ya ampun kisahmu Gana... bikin aku penasaran
2022-09-28
0
DezanAnd Dira
darimana gana tau ya?
2022-01-08
0
Endah Siau
baca ulang lagi karna lagi kangen di saat" perjuangan cinta papa Ammar dan mama Gana😘😘
2021-11-07
0