"Tanyakan sendiri pada dirimu, apa yang akan aku lakukan, jika rahasia kalian ada ditangan ku!"
Jantung Asyifa kembali berdentam ribuan kali.
"Apa maksud kamu, sayang. Aku menyembunyikan apa?" tanya Asyifa dengan suara terbata-bata, ia mulai melembutkan nada suaranya.
Bola mata nya mengerjap beberapa kali. Untuk saat ini ia harus tetap bersabar, walau dadanya terasa sesak, ia merasa Ammar mulai mencium sesuatu hal yang ia takuti. Lehernya yang sedang dicekik Ammar, membuat ia tidak bisa berbicara dengan jelas.
Walaupun Ammar membenci wanita ini, namun ia tidak mau bersikap konyol untuk membunuhnya. Terlebih lagi, wanita ini yang akan ia tinggalkan begitu saja. Pasti akan banyak luka yang ia sematkan.
"Kamu dan Kakak sepupumu telah membodohi aku dan Ganaya selama ini!"
"Hah ... ma--maksud kamu, apa?" dibalik tanya yang mengandung kepura-puraan. Rasa keterjutan karena ketahuan membuat Asyifa terbelalak.
"Aku akan merebutnya. Aku mencintainya!"
Bagai di hujam dengan semburan panah yang melesat tepat di jantung dan hatinya. Asyifa menggeleng kaget dengan wajah tertohok. Walau ia memang sudah tahu beberapa bulan ini kalau Ammar mencintai wanita itu. Tetap saja rasanya sakit sekali.
Asyifa mendesah lemas. "Kamu tidak boleh mencintainya, Ammar!" Asyifa kembali kuat. Walau dengan dentuman jantung yang belum bisa ia kendalikan.
"Jangan harap kamu mendapatkannya Ammar, Kak Gana sangat mencintai Kakakku!"
Asyifa mulai murka dan geram. Sudah satu bulan ini, ia menahan untuk tidak marah. Wanita itu terbelalak ketika ia mengetahui calon suaminya selama ini mencintai calon Kakak iparnya? Bagaimana bisa? Dan kenapa wanita itu harus Ganaya? Wanita baik yang amat di sayang oleh Asyifa.
"Aku sudah mencintainya, sebelum Adri mencintai Gana." jawab Ammar jujur. Terdengar nada suaranya begitu sendu. Seperti sedang menahan rasa yang selalu tersimpan didalam raga.
DEG.
Benarkah?
Asyifa membekap mulutnya lagi dengan gelengan kepala samar. Jantungnya seperti ingin tertarik lalu jatuh ke dasar perut.
Selama itu kah?
"Bagaimana bisa kamu mencintainya? Apa hubunganmu dengan dia, sebelum kita?" air bening berduyun-duyun turun menetes dari sudut matanya. Semakin sering nama Ganaya disebut, semakin perih tepi hatinya.
Ammar bergelak tawa renyah. "Apa kamu belum mengetahuinya juga? Aku bahkan lebih mengenal dia lebih dulu dibanding Adri!" menjeda kalimatnya, Ammar menatap legam bola mata Asyifa dengan sinar mencekam. "Aku fikir kamu adalah wanita yang baik. Tapi ternyata aku salah, hanya karena cinta buta, kamu merelakan hati wanita lain!"
"Hah?" mulut Asyifa kembali menganga lebar.
"Wanita lain? Siapa? Atau jangan-jangan?" bola mata Asyifa kembali melotot tajam. Ia kembali gelagapan. Habis lah riwayatnya.
"Apa kamu sudah mengetahuinya Ammar?" wanita itu kembali bertanya dengan terbata-bata. Ia menggenggam tangan Ammar.
"Aku mohon! Jangan rusak kebahagiaan Kak Adri, Ammar!"
"Dengan mengorbankan Ganaya?" selak Ammar dengan wajah dinginnya.
"Sudah cukup, Syifa. Selama ini aku berkorban perasaan hanya karena ingin melihat Ganaya bahagia, bukan menderita! Aku relakan dia dengan Adri, karena aku fikir. Lelaki itu adalah lelaki baik. Ternyata dia tidak lebih dari seekor tikus hitam yang selalu merangkak di dalam comberan!" Ammar menumpahkan segala unek-uneknya. "Dan tega-teganya kamu ikut bersandiwara!"
Seteguk saliva Asyifa telan jauh sampai ke dasar kerongkongan. Napasnya mulai berantakan.
"Apa sih masalahnya? Jelaskan padaku, Ammar! Kamu pasti salah faham." Asyifa terus menenangkan Ammar, sebisa mungkin ia harus meredam, jika apa yang ia terka sekarang menjadi kenyataan.
Namun lelaki itu enggan dan muak. Asyifa semakin tersudut. Ia tahu rahasia yang ia simpan bersama Adri akan terbongkar. Cepat atau lambat, Ganaya pasti akan mengetahuinya.
"Sudah lah! Aku sedang sibuk, silahkan pergi, Syifa. Hubungan kita sudah selesai sampai di sini." Ammar Menggerakkan punggung tangan seraya mengusir, dan membalikan tubuh untuk melangkah menuju meja kerjanya.
Asyifa menggeleng, ia kembali mengerang. Menarik lengan tangan Ammar agar lelaki itu berbalik. Asyifa Menangis sesegukan sambil memukul-mukul dada Ammar.
"Aku enggak akan melepaskan kamu, Ammar! Kita akan tetap menikah!" teriak wanita yang memakai bracket disepanjang gigi-geliginya. "Lihat cincin ini, ingatkan? Kamu yang menyematkan cincin ini dijariku." Asyifa menunjuk cincin yang sedang ia pakai di jarinya.
Ammar tetap dalam pendiriannya. Ia tidak iba sama sekali. Kesalahan Adri dan Asyifa, sangat tidak bisa untuk di tolerir.
"Aku tetap dalam keputusanku!"
Geram dan murka. Asyifa kembali berteriak, ingin melangkah lagi untuk memukul dada Amar namun terhentikan begitu saja. Bima dan Denis hadir tepat waktu untuk menarik tubuh wanita itu untuk menjauh. Ammar menatap legam wajah Asyifa sambil membetulkan jas nya yang terlihat berantakan.
"Lepas!" Asyifa berteriak kepada Bima dan Denis. Namun kedua lelaki itu tetap tidak mau melepaskan dirinya.
Asyifa kembali menatap Ammar. "Dengarkan aku, Ammar! Kamu tidak akan pernah mendapatkan cinta dari Kak Gana! Kamu akan menyesal telah melakukan hal ini kepadaku!"
"Bawa dia!" Ammar tidak memperdulikan Asyifa. Ia mengalihkan bola matanya ke arah lain. Ucapan Asyifa begitu menyakitkan. Memang betul, ia tidak akan pernah mendapatkan cinta dari wanita itu.
Asyifa berlalu dengan seretan paksa. Ammar membalikan tubuhnya, berdiri di balik kursi dan mencengkram puncaknya. Lelaki itu terlihat memejamkan kedua mata. Mendongakkan kepalanya ke belakang, seraya menahan rasa sakit yang sedang membuncah.
"Walaupun kamu harus menjalani takdir hidup dengan lelaki lain, setidaknya jangan dengan Adri, Gana! Aku tidak akan rela." lirihnya. Tanpa lelaki itu sadari, air bening turun dari sudut matanya membuat jejak garis lurus, membasahi pipi dan lehernya. Guncangan pada pangkal bahunya kentara jelas.
"Sampai saat ini, namamu masih saja terukir di hatiku."
***
"Iya, Mah. Gana hanya sebentar, Ammar mengundang perusahaan kita, enggak enak kan kalau enggak datang." ucap seorang wanita bertubuh tinggi dan ramping di sambungan telepon.
Ia memakai dress selutut dengan blazer menutup dadanya. Rambut cokelat panjang yang terurai sampai melewati lengan begitu saja terkibas karena hembusan angin. Turun dari dalam mobil dengan tas yang ia jinjing ditangan kirinya. Wanita itu melangkah pelan dengan gawai masih mengatung di daun telinganya.
"Tapi kamu akan menikah lusa, masa masih kerja? Gelfa saja baru sampai di rumah." jawab Mamanya diseberang sana.
Bola mata wanita itu membulat hebat. Sudut bibirnya terangkat sempurna. Kilatan senyum mulai tampak. "Baiklah, Mah. Sehabis rapat, aku akan cepat pulang."
Namanya Putri Ganaya Hadnan. Wanita berusia tiga puluh tahun yang akan menikah dengan pujaan hatinya dua hari lagi. Ia adalah anak kedua dari pasangan Galih Hadnan dan Nadifa Putri.
Ganaya di amanat kan oleh orang tuanya untuk mengambil alih kursi kepemimpinan di perusahaan Hadnan Group. Ia menjadi Presdir kala ini, di sana. Semenjak Kakaknya, Putra Gifali Hadnan, mengundurkan diri dari perusahaan. Lelaki itu ingin membuat perusahaan baru di bidang yang ia sukai.
Ganaya adalah wanita yang bisa dibilang cukup pemilih. Berkali-kali ia gagal dalam urusan percintaan dan membuat ia sedikit trauma kepada lelaki, membuat ia terus menjomblo dalam waktu lama. Ammar selalu datang, tapi wanita itu selalu menolak.
Gana hanya menganggapnya seperti adik. Ia tidak bisa mencintai lelaki itu. Sampai dimana ia di langkah menikah oleh adiknya, Gelfani. Keadaan Gelfani memang mendesak kala itu, jika saja tidak karena kasus Married By Accident. Ia juga tidak mau melangkah sang Kakak.
Tidak mau di langkah kedua kalinya oleh adik bungsunya, Gemma. Akhirnya Ganaya memilih untuk melakukan hubungan serius yang baru berjalan selama satu tahun ini dengan Adri Wiryawan. Seorang Presdir di sebuah perusahaan tekstil.
Awalnya Ganaya ragu, namun karena Adri mampu memberikan rasa cinta, kasih, sayang dan perhatian yang utuh kepada Ganaya, maka wanita ini pun tergoda dan berbalik mencintainya. Malah sangat mencintai. Namun sayang Ganaya tidak pernah tahu rahasia hidup apa dibalik sosok Adri Wiryawan.
"Kakak ..."
Ganaya mengerutkan kening, ketika ada suara yang tidak asing terdengar seperti sedang mengejarnya. Ia menoleh dengan tangan masih menggenggam gawai. Gana tersentak, menatap kaget kedatangan wanita yang tengah berlari ke arahnya.
"Asyifa?" serunya.
Ia mematikan sambungan telepon tersebut secara mendadak. Membiarkan sang Mama di seberang sana mengerut kebingungan. Buru-buru memasukan gawai kedalam tas, lalu melangkah untuk menghampiri Asyifa yang tengah berjalan ke arahnya.
"Kamu sedang apa---" pertanyaan Ganaya terjeda ketika ia melihat wajah Asyifa sudah sangat basah.
"Kamu menangis, Syifa?" tanya Ganaya dengan raut khawatir.
"Kamu kenapa?" Ganaya tetap mencecar, kali ini dengan tangan mengerat di kedua lengan Asyifa.
Asyifa tetap menangis, menatap legam wajah Ganaya. Wanita yang dicintai oleh calon suaminya. Tatapan matanya sendu dan nanar. Sekaligus murka, malah rasanya sekarang ia ingin menghempaskan Ganaya sejauh mungkin dari hidupnya dan Ammar.
"Kamu kenapa?" Ganaya mengulang ucapannya.
"Ammar membatalkan pernikahan kami." jawab Asyifa dengan nada dingin.
Ganaya tertohok, ia kaget setengah mati sampai membekap mulutnya sendiri. Namun ada yang janggal dalam pandangannya, ketika sedang bersitatap dengan bola mata Asyifa.
"Ada apa, Syifa? Mengapa kamu menatapku seperti itu?" Ganaya berubah tidak enak hati.
Ada hubungan dengannya, kah?
"Selama satu bulan ini aku cukup menyimpan luka di hatiku, Kak. Aku terpukul dengan kenyataan yang baru aku terima. Berbagai foto mu ada di handphone Ammar, bahkan di apartemennya pun. Tersimpan fotomu di ruang kerja yang tidak boleh siapapun untuk memasukinya. Bahkan ketika kami sedang berciuman, ia pernah mengeluh namamu!"
DEG.
Jantung Ganaya memburu hebat. Katupan bibirnya sedikit terbuka dengan sorotan bola mata yang begitu tajam. Berkali-kali ia menggerakkan kepalanya dengan gelengan samar. Ia kembali tersentak, terperanjat habis-habisan.
Ammar masih mencintainya? Sudah selama ini? Suara hatinya menyeruak, ia sampai sulit untuk menegaskan kepada Asyifa, takut-takut apa yang didengar saat ini adalah sebuah kesalahan.
"Ada hubungan apa kalian selama ini, Kak?Kamu mengenal, Ammar?"
***
Like dan Komen ya guys,
Hello Presdirku, Putri Ganaya Hadnan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 193 Episodes
Comments
Fitri Yunelti
the K2
2023-06-07
0
Kiya
visualnya pasangan favorit jadinya nih hehe ji chang wook sama yoona🥰
2022-09-23
0
Carolline Fenita
maaf kak izin promote karya saya berjudul istri yang tersakiti, oleh Anggeline, terima kasihh
2021-06-05
0