Meleset.
Peluru yang hendak di hunuskan tepat di jantung Ammar. Begitu saja meleset. Bima berhasil menarik Presdirnya ke kiri untuk menghindari tembakan.
Karena saat ditempat perkara, Bima menggunakan kaca mata infrared khusus yang berfungsi untuk mendeteksi bahan-bahan peledak yang tersembunyi. Dan ia sangat tersentak, ketika sedang menoleh ke arah pintu barat ada siluet hitam yang sekilas berlari dengan tangan menjulur sambil menembak.
Setelah bunyi pistol menggelegar di udara. Semua body guard membuat barisan untuk menutupi tubuh Presdirnya. Mereka mengarahkan pistol yang mereka punya ke berbagai arah.
Berjaga-jaga, siapa tahu ada tembakan susulan. Suasana jadi gaduh, teriakan dan rancauan terdengar nyaring. Para Presdir kalang kabut. Ada yang langsung berjonkok dibalik kursi.
"Tenang ... Semua tenang." Denis berseru untuk menenangkan mereka.
"AMMAR!" teriak Ganaya.
"Pergi, Gana! Bim, tolong---" Ammar yang masih terhuyung ke bawah, langsung memberi kode kepada Bima agar melindungi Gana.
Bima mengangguk dan beranjak. Namun tenaga Gana lebih besar untuk menepis tangan Bima.
"Ya Allah, Ammar." serunya terus menerus.
Ia naik ke atas mimbar lalu berjongkok tepat di hadapan Ammar. Memasang wajah panik dan gelisah.
Lelaki itu meringis sakit karena rasa perih dan ada juga darah yang merembes didalam jas. Karena peluru yang meleset itu masih sempat melukai permukaan kulit lengannya.
"Bagian mana yang sakit, Ammar?" bibir Ganaya bergetar ketika mengucap kalimat itu. Tanpa ia sadari, telah memegang seluruh tubuh Ammar untuk mencari titik yang luka.
Jika saat ini Gana sedang panik, berbeda hal dengan Ammar. Benarkah ini yang dinamakan musibah membawa berkah? Bisa merasakan sentuhan dan perhatian dari Ganaya. Walau ia tahu, wanita itu melakukannya karena untuk rasa kemanusiaan, dan tentu mereka adalah saudara.
Dirasa Ammar hanya diam, Ganaya kembali menatap wajah Ammar. "Yang sakit dibagian mana?" Gana mengulangi pertanyaan nya.
Ammar hening. Ia tidak menjawab, dua bola matanya terus saja menatap lembut Ganaya. Tentram sekali hatinya, bisa bersitatap dengan penghuni hati dan sanubari sedekat ini.
Dengusan napas mereka saja sampai kentara untuk bersatu.
"Ammar ..." Gana kembali berseru.
Sampai dimana Ganaya berteriak ketika tubuhnya ditarik paksa oleh Ammar ke dalam dadanya. Secepat kilat, Ammar mengeluarkan pistol dari balik jasnya.
"Argh ..."
Dorr.
Suara Ganaya dan tembakan yang Ammar julurkan ke ambang pintu timur, bersatu padu di udara.
BUG.
Si penembak langsung terkapar tidak berdaya hanya dengan satu peluru yang Ammar hempaskan. Jangan tanyakan lagi bagaimana kepiawaian Ammar dalam urusan menembak.
"Aku takut." desah Ganaya sambil memejamkan mata.
Wanita itu tertohok hebat. Ia seperti sedang berada dalam arena tembak-menembak. Ganaya memeluk Ammar erat, dan menenggelamkan kepala di dada lelaki itu.
"Tenang sayang ... tenang." suara halus dan lembut, Ammar suarakan. Ganaya sampai membuka mata dan menggeleng samar dengan ucapan Ammar.
Suasana di dalam gedung serbaguna EG seketika kacau. Hiruk pikuk semua Presdir semakin membuat rungsing keadaan. Para penjaga dan Body guard berhamburan untuk mengamankan semua sisi. Bima dan Denis kembali untuk menghampiri Presdirnya yang sedang terkapar sambil memeluk seorang wanita.
"Bapak tidak apa-apa?"
Ammar menggeleng. Namun raut wajahnya tidak bisa dibohongi. Dan betul saja ia terisak sambil mengigit bibir bawahnya. Karena pergerakan tubuh Gana mengenai lengan kanannya.
Gana ikut berseru kaget ketika Ammar meringis. "Bagian mana yang sakit?"
Ammar tidak menjawab. Ia tidak mau Gana melepas dekapan itu. Tapi wanita itu tetap mau tahu, dan dengan sengaja melepaskan dekapan Ammar.
"Darah?" dua bola matanya membeliak. Ketika merasa telapak tangannya basah, rembesan darah terasa mengalir di luar jas hitam Ammar. Ganaya memaksa Ammar untuk membuka jasnya agar bisa melihat luka di balik baju dengan jelas.
"Astagfirullahaladzim." serunya kembali. Ada rembesan darah berbentuk bulatan di kain kemeja Ammar. Ammar hanya meringis, ketika Gana terus saja menyentuh lukanya.
Tanpa fikir panjang, Gana merobek ujung tepi dress nya. Hasil robekan panjang itu ia lilit untuk mengedep basahan luka yang terus mengalirkan darah.
"TUTUP MATA KALIAN!!" ammar berteriak kencang kepada Bima dan Denis.
Ammar tidak mau kedua lelaki itu menatap paha mulus dan putih kepemilikan Ganaya. Bima dan Denis langsung berbalik badan. Mengikuti perintah sang Presdir.
"Jangan teriak-teriak, Ammar! Kamu sedang terluka!" Ganaya berhasil menghentikan perdarahan itu agar tidak tumpah ruah.
"Paha mu kelihatan, aku tidak suka orang lain melihatnya."
"Jangan fikirkan aku, keadaan mu sekarang lebih penting ... kita ke klinik sekarang!"
***
Beruntunglah Eco Group mempunyai klinik kesehatan yang sudah lama berdiri puluhan tahun. Sumbangsing tenaga sang Mama di usia muda bisa melahirkan klinik seluas dan selengkap ini di kawasan Eco Group.
"Ammar ... Tunggu!"
Suara yang selalu mengusik tidur di kala malam, kini berseru ketika Ammar yang sudah selesai diobati akan beranjak turun dari ranjang.
Kedua tangan Ganaya memegang lengan Ammar seraya menitah lelaki itu untuk duduk dan tidak boleh turun dulu dari ranjang. Memang sedari tadi Gana berdiri disebelah Ammar, untuk melihat luka yang sedikit menganga cukup lumayan parah ditubuh lelaki itu. Bersyukurnya peluru tidak menancap, dan Ammar hanya butuh dijahit untuk menghentikan pendarahan.
Lelaki itu akhirnya duduk dibibir ranjang. Menatap senyum dan menunggu apa yang ingin Ganaya bicarakan.
"Ada apa, Gana?" suara Ammar terdengar lembut sekali. Bima dan Denis saja sampai mengedikkan pangkal bahu karena takjub.
"Lembut sekali?" pekik Denis.
"Enggak salah denger, kan?" tanya Bima dalam hatinya.
"Apa benar pertunangan kamu dengan Asyifa, batal?" tanya Ganaya terbata-bata.
Ammar mengangguk samar tanpa mengucap kata. Ia hanya menghela napas pelan lalu berdehem. Ia fikir Gana akan menanyakan tentang kejadian mengancam nyawa barusan. Sepertinya wanita itu terlupa, dia hanya fokus dengan masalah Asyifa.
"Kalian bisa tunggu saya dulu diluar." titahnya kepada Denis dan Bima tanpa menoleh, bola matanya masih lurus menatap Ganaya.
"Baik, Pak. Kami menunggu diluar." jawab Denis dan Bima bersamaan. Dua asisten pribadi itu yang sedari tadi berjaga di depan pintu, kemudian berlalu dari pandangan mereka.
"Kenapa, Ammar? Asyifa adalah wanita yang baik. Dia cantik, dan juga mencintaimu." ucap Ganaya. Wanita itu menyesalkan mengapa Ammar begitu saja membatalkan pertunangan mereka.
"Aku tidak mencintainya, Gana." jawab Ammar singkat. "Aku tidak mau menyakiti hatinya hanya dengan pernikahan palsu." sambungnya lagi. Rasanya sesak sekali, berbohong untuk menyembunyikan suatu kebenaran.
Ada tarikan napas yang mencuat dari Ammar, menahan sesak karena rasa bersalah kepada Asyifa yang sudah ia hancurkan hati dan perasannya. Tapi wanita itu memang pantas untuk mendapatkannya.
"Apa karena kamu masih mencintaiku, Ammar?" tanya Ganaya, dengan harapan lelaki ini menjawabnya dengan kata tidak. Ia masih terbayang-bayang dengan ucapan Asyifa beberapa waktu lalu.
Tanpa helaan napas atau gerak-gerik mata yang berpendar kesana kemari dengan lugas Ammar menjawab.
"Jika aku bilang iya, apakah itu bisa membatalkan acara pernikahan mu dengan Adri, lusa?"
Terlihat sorot mata dari lelaki berusia dua puluh tujuh tahun ini begitu mengiba. Ada sinar harapan yang ia rontakan, berharap Ganaya mau mengiyakan harapannya.
Ganaya menggeleng halus. "Sampai kapanpun, aku hanya bisa menganggap mu sebagai Adik, Ammar. Kamu sama seperti Gemma ..."
Ah, pedih sekali. Sudah terlanjur cinta, tapi hanya bisa dianggap sebagai adik.
"Kembalilah, rengkuh lagi Asyifa. Masih ada waktu Ammar. Cinta akan datang seiring kalian bersama." pinta Ganaya. Ia hanya tidak ingin Ammar menderita dengan rasa cinta kepadanya yang tidak akan memiliki ujung.
"Tapi aku mencintaimu, Gana. Aku tidak menyukainya." lirih Ammar. "Jika kamu bisa berfikiran seperti itu, mengapa kamu tidak mencoba dulu untuk menerimaku? Aku yakin perasaan kita akan sama."
Hanya Gana dan keluarganya yang bisa membuat Ammar berucap lembut penuh kehangatan. Karena dimata semua orang, Ammar tidak lah lebih dari seorang lelaki kejam dan ambisius. Ia tidak akan segan-segan menghancurkan siapapun orang yang akan membuat ia murka dan geram.
Tidak jarang Ammar banyak dikejar-kejar oleh berbagai pembunuh bayaran dari komplotan-komplotan orang yang menaruh dendam kepadanya.
Lagi-lagi Ganaya menggeleng. "Aku dan Adri saling mencintai, Ammar. Tentu kisah kami dengan kisah kamu dan Asyifa sangat berbeda." jawab Ganaya dengan lembut. Susah sekali fikirnya untuk menyadarkan Ammar dari sesuatu yang tidak mungkin akan terjadi di antara mereka.
Hening. Ammar hanya bisa sedikit menunduk, dia amat lemah kalau sudah menyangkut cintanya kepada Ganaya. Dimana kekuatannya? Sepertinya hilang begitu saja.
"Lupakan aku, Ammar. Kamu bisa." Ganaya menggenggam erat tangan Ammar dan menatapnya penuh harap. Berusaha menyadarkan lelaki itu agar bisa kembali bangkit.
"Asyifa jodohmu ... Bukan aku." timpal Gana.
Ammar menganggukan kepala dengan berat. Ia tidak bisa menangkis setiap perkataan Ganaya yang begitu dengan sengaja menusuk relung hatinya.
Ammar melepaskan genggaman tangan itu. Dan beralih untuk memegang kedua lengan Ganaya.
"Kalau nanti pilihanmu mengecewakan, datanglah kepadaku, Gana. Karena hanya aku yang bisa membahagiakanmu."
Kening Ganaya mengkerut menjadi beberapa lipatan bergelombang. Wanita tiga puluh tahun itu tidak mengerti dengan ucapan yang terlontar dari bibir Ammar. Ia termenung lama, sampai ia tersentak karena sebuah kecupan hangat mendarat di pipi kanannya.
"Aku pergi." bisik Ammar. Ganaya hanya diam mematung sambil mengelus pipi kanan nya. Lelaki itu turun dari ranjang dan melangkah keluar dari pintu ruangan emergency
"Lakukan tugas kalian sekarang!" titah Ammar kembali dengan nada dingin kepada Bima dan Denis. "Baik, Pak." seakan faham apa yang ditugaskan. Kedua asisten itu bergerak cepat.
"Maafkan aku, Gana. Karena beberapa menit lagi kamu pasti akan terluka. Kamu harus tau yang sebenarnya."
***
Like dan Komennya ya guys. Maacih❣️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 193 Episodes
Comments
mhymhy
pasti calon nya gana da pernah nikah am asyifa
2021-06-22
0
💕febhy ajah💕
masih nyimak, aku masih oon dgn kisah mereka.
2021-05-27
0
Ch.Bhadriyyach💋
Yo ngeneki nak visual cucok meong Yo semngat moco🤭🙈
2021-04-28
0