EPOCH

EPOCH

Bab 1

Seorang gadis cantik yang masih memakai baju kebaya tengah meringkuk sambil menangis di atas kasur.

Ah, tepat nya bukan gadis. Status nya telah berubah sejak sepuluh jam lalu. Dia sudah resmi menjadi NY. Dirgantara. Istri dari seorang Tentara dengan sejuta rahasia.

Perjodohan sialan itu telah mengubah semua nya. Cinta, sahabat, dan semua kehidupan nya.

Mari, akan aku ceritakan bagaimana ini terjadi.

...---...

Satu tahun yang lalu

Flashback on

"Tap tap tap"

Kurang lebih seperti itu bunyi derap langkah kaki Pasukan Pengibar Bendera saat melakukan gerakan langkah tegap maju. Itu 'lho pasukan yang mengibarkan Bendera Merah Putih pada saat hari Kemerdekaan Indonesia. Pasukan yang memakai baju putih-putih dan peci hitam. Pasukan yang sering di sebut sebagai Semi Militer. Sudah tau kan sekarang? Kalau masih nggak tau juga maka keterlaluan sekali kalian. Tinggal di bumi atau planet Mars sih?

"Trap trap trap"

Suara derap langkah nya kian berubah. Menjadi aneh dan terdengar berantakan.

Seorang pelatih berbaju hitam dan bercelana jeans biru dongker langsung memberi instruksi pada komandan supaya menghentikan gerakan langkah tegap maju mereka.

Dia gemas saat mendengar derap langkah yang lagi dan lagi berubah. Setelah di beri aba-aba henti dan siap, semua nya langsung diam, rapih, dan tegap bak patung yang di pasang pada swalayan-swalayan.

"Niat mau lomba nggak sih? Udah H-satu minggu begini, masih main-main terus latihan nya!" seloroh pria berbaju hitam itu, siapa lagi kalau bukan pelatih Paskibra dari SMAN 38 Bogor – Kang Yogi.

Pria itu melipat tangan nya di dada, tatapan nya tajam setajam silet. Sorot matanya menyiratkan kemarahan, iya jelas marah. Pelatih mana yang tidak marah saat melihat anak didik nya bermain-main dalam latihan. Kurang aja betul.

Semua nya diam. Bisu seperti batu. Kecuali satu, gadis berambut sebahu yang memilih mengikat rambutnya tinggi-tinggi. Gadis yang paling bawel dan ribet seantero dunia. Gadis yang hobi pingsan setelah tampil atau saat upacara. Siapa lagi kalau bukan Kinza Irsyania Malik. Gadis yang beda diantara gadis-gadis lain.

"Heh Iza, kenapa senyam-senyum? Mau gue push-up sepuluh seri?!" tanya pria itu sinis.

"Nggak, kang. Anu, pengen minum." ujar nya sambil terkekeh pelan, gadis ini tidak punya rasa takut dan malu sedikit pun. Dia malah cengengesan sambil memainkan tangan nya di belakang.

"Ya udah, istirahat sepuluh menit. Habis itu stay lagi di sini. Inget, minum nya jangan banyak-banyak takut lupa gerakan! Paham?"

"Siap, paham!" ujar semua nya dengan sigap. Setelah komandan mengistirahatkan pasukan, barulah mereka bebas.

Keringat Kinza bercucuran dengan deras, membuat baju nya menjadi semakin dekil in the kumel. Gadis itu meminum habis air dari botol tupperware yang selalu ia bawa kemana pun. Setelah puas, gadis manja itu memasukkan kembali botol minum kesayangan nya.

Dari kejauhan, seorang pria nampak berjalan ke arah Kinza. Pria itu tampan. Postur tubuh nya tinggi, hidung mancung, rahang tegas dan bibir pink, mirip sekali seperti papa nya Kinza. Tentu mirip, pria itu adalah Kenzo Irsyanio Malik. Saudara kembar Kinza yang berusia sepuluh menit lebih tua dari nya. Kenzo membawa tempat bekal berwarna pink, lalu pria itu memberikan tempat bekal tersebut ke adik nya.

"Ini dari mama, jangan sampe hilang lagi tupperware nya!" ketus Kenzo sembari menyerahkan tempat bekal itu. Kinza mendengus sebal, lantaran gadis itu tidak suka di beri bekal di depan teman-teman nya. Kinza tidak mau di pandang buruk,  sebab ia anak manja.

"Iya-iya gak bakal ilang lagi, paling cuma ketinggalan." balas cewek itu asal. Membuat tatapan Kenzo berubah tajam, alis pria itu terangkat dan senyum jahil muncul di bibir nya.

"Oke, kalau gitu pulang naik angkot, bye." ujar nya sambil terkekeh lalu meninggalkan Kinza yang masih menganga.

"Kenzo nyebeliiinnn!" decak Kinza sambil menghentak kaki nya dengan sebal.

"Satu, dua, tiga, empat...." suara komandan pasukan langsung memekik di telinga Kinza. Sontak gadis itu buru-buru meletakkan tempat bekal nya di atas tas. Tak lupa dia memakai topi dan segera masuk ke dalam barisan.

"Jojo, kalo ngitung itu liat pasukan!" decak teman Kinza sebal, gadis itu bernama Claudia Sevyana.nJojo, alias Joan hanya cengengesan. Membuat satu pasukan dongkol terhadap nya.

"Di suruh sama kang Yogi." balas Joan sekenanya, setelah itu memberikan aba-aba untuk siap. Mereka melanjutkan aktivitas latihan rutin di setiap hari jumat. Dari jam empat sore sampai jam lima sore, kadang-kadang bisa sampai magrib bahkan malam hari kalau ingin mengikuti lomba.

... ---...

Kinza menghempaskan tubuh nya ke kasur. Setelah kurang lebih tiga jam latihan, badan nya menjadi pegal-pegal. Gadis itu memainkan ponsel, membuka aplikasi Instagram. Tidak ada yang menarik. Batin nya.

Tiba-tiba pintu kamar nya terbuka, menampilkan sosok wanita penyabar nan lemah lembut. Wanita itu adalah Zahra Audrelia Malik Muhammad, istri dari Mayjen Zein Malik Muhammad yang merupakan ibunda dari Kinza. Zahra berjalan ke arah putri nya dengan masih menggunakan seragam berwarna hijau pupus khas ibu-ibu persit.

"Hallo, sayang." sapa Zahra lembut seraya duduk di tepi ranjang milik anak nya. Gadis itu sontak mencium tangan lembut milik mamanya.

"Hai, mama. Tumben pake baju lengkap gini?" tanya Kinza sekenanya.

"Iya nih, habis ada kunjungan KASAD."

"Kamu kok belum mandi sih, habis latihan itu langsung mandi biar bau nya nggak kemana-mana." sambung Zahra sambil terkekeh, membuat si Kinza memutar bola matanya malas.

"Capek tau, di push-up terus sama kang Yogi." ujar nya malas, tentu nya si mama hanya tersenyum.

"Kalo push-up terus berarti melakukan kesalahan, gini-gini juga mama purna Paskibra lho." balas Zahra sambil mengusap kepala Kinza dengan sayang. Ini sih keinginan si anak manja itu. Pengen nya di sayang terus sama mama nya.

Tiba-tiba pintu kamar terbuka lagi. Menampilkan sosok pria bertubuh atletis masuk ke dalam kamar Kinza. Dia adalah Zein, papa dari si anak manja ini.

"Mam, di bawah ada tamu yuk ke bawah." ujar Zein lembut.

"Ih papa apaan sih, mama tuh baru sampe tau. Kita lagi kangen-kangenan dulu." decak Kinza judes membuat si papa mesem-mesem nggak jelas.

"Nanti di lanjut, sekarang mama harus temuin tamu penting dulu. Papa kasih uang buat jajan nanti malam." ujar papa lembut sambil berusaha merayu. Kinza mengangguk dengan sumringah. Siapa sih orang yang bisa nolak rezeki?

"Iya deh, bye mama."

"Bye sayang, jangan lupa mandiii!" ujar Zahra sedikit berteriak sebelum keluar dari kamar putri nya.

Setelah kedua manusia itu pergi dari kamar Kinza. Kini dia memilih untuk bangkit, tubuh nya tidak akan bersih kalau terus-terusan rebahan di atas kasur. Iya, lama-kelamaan dia akan merasa nyaman dan akan tertidur pulas sampai pagi. Tidak ingat makan apalagi sholat, memang anak manja dan nakal!

Kinza melangkahkan kaki nya malas, dia benar-benar capek sekarang. Tubuh nya seperti di timpa karung berkilo-kilo. Berat dan pegal-pegal semua. Untung nya dia tidak pingsan pada saat latihan tadi. Ya, pingsan karena kelelahan dan sesak nafas. Gadis ini memang hobi sekali pingsan, entah itu setelah upacara atau setelah tampil di event lomba-lomba Paskibra.

Malam harinya, langit begitu cerah. Bintang-bintang menghiasi langit kota Bogor pada malam ini. Dari kejauhan, seorang pria berambut cepak khas tentara sedang membeli beberapa cemilan di salah satu minimarket. Orang tersebut bernama Althafariz Ramaditya Dirgantara. Pria berperawakan tinggi tegap hidung mancung, mata hitam pekat dan rahang yang tegas. Pria lulusan Akademi militer yang sekarang berpangkat Kapten. Salah satu pria dingin dan kaku di dunia. Iya, dia memang laki-laki dingin dan cuek. Kecuali pada orang-orang tertentu.

Dia berjalan ke arah kasir. Makanan ringan, susu, dan beberapa minuman bersoda sudah lengkap ia beli.

Dari jauh, nampak seorang gadis berambut sebahu tengah garuk-garuk kepala. Wajah nya sedikit memerah dan terlihat sedang kebingungan.

"Aduh, mbak. Saya lupa bawa dompet, bisa titip belanjaan nya sebentar?" tanya gadis itu pelan. Wajah nya memelas dan sedikit kemerahan.

"Maaf ya dek, ini minimarket bukan tempat penitipan barang." ujar sang kasir tak enak.

"Gimana ya, mbak. Saya lupa bawa dompet habis nya." ujar gadis itu lagi, kali ini sambil menggigit jari bak anak kecil berusia lima tahun. Dia berharap ada seseorang yang membantu. Tak apalah pria dingin, yang penting baik hati seperti di film-film romantis kesukaan nya, mungkin.

Pria itu memperhatikan kedua orang yang sedang bernegosiasi. Cukup lama, hingga membuat antrian panjang menumpuk di bagian kasir. Dia mendekat beberapa langkah.

"Biar saya saja yang bayar, mbak. Semua nya jadi berapa?" ujar nya dingin tanpa menoleh ke arah Kinza. Kinza yang kaget sekaligus bahagia lantas menatap pria itu samar. Ganteng juga, doa gue beneran di kabul, dibayarin plus bertemu orang ganteng walaupun udah tua! Gumam Kinza dalam hati, jantung gadis itu berdebar kencang. Ya Tuhan, apakah ini yang dinamakan rejeki nomplok?

"Aduh om, makasih lho. Saya berterima kasih banget sama om." ucap Kinza sambil menampilkan deretan giginya yang rapih. Pria itu menautkan alis nya, lantas tersenyum tipis.

"Sama-sama dek, senyum nya jangan lama-lama. Itu di gigi adek ada cabai nya." celetuk pria itu halus. Alamakk! Memalukan sekali. Gumam Kinza sembari menahan malu.

Kinza langsung salah tingkah, wajah nya langsung memerah bak kepiting rebus. Oh My God! Dia benar-benar malu!

"Saya duluan, oh iya kalo sikat gigi yang bersih. Ah satu lagi, jangan kebanyakan makan micin biar gak pikun." ucap pria itu sambil berlalu meninggalkan Kinza. Gadis itu membolakan matanya tatkala mendengar penuturan om-om yang menolong nya barusan. Kata-kata itu? Ah lebih tepat nya sindiran itu, akan aku ingat sepanjang masa, hiks! Gumam nya pelan.

Dengan langkah gontai, dia juga keluar dari minimarket sambil membawa dua jinjingan plastik putih berlogo minimarket tersebut. Senang juga malu di rasakan oleh gadis manja ini.

Dia menyalakan mesin motor nya, kedua belanjaan tersebut ia gantung di depan. Lantas gadis itu memakai helm dan mulai memarkir motor nya keluar dari parkiran.

Bruak!

Suara aneh tiba-tiba muncul dari belakang. Gadis itu lantas menengok ke sumber suara. Lebih tepat nya ke suara yang di timbulkan akibat benturan mulus antara motor Beat dan sebuah mobil Kijang Inova. Kinza langsung kaget setengah mati. Buru-buru dia turun dari motor dan mengamati bekas benturan di mobil tersebut akibat ulah yang ia timbulkan.

Mati kau!

Kaca mobil tersebut terbuka, menampilkan sosok Althafariz Ramaditya Dirgantara, si pria tua yang sudah membayar semua belanjaan Kinza. Si om-om tua tapi ganteng dan berwibawa. Si om-om yang mengatakan ada cabai di gigi Kinza padahal sebenarnya tidak ada. Dia tersenyum kecut, ingin meminta ganti rugi pun percuma. Dia tau, gadis itu tidak membawa dompet.

"Err, aduh o-om, saya nggak s-sengaja. Duh, ss-saya minya maaf ya, om." ujar Kinza gugup. Keringat mulai melipir di dahi nya, menampilkan guratan ketakutan yang tinggi.

"It's okay." balas nya dingin, cuek, judes dan membuat Kinza ingin menangis saja sekarang. Sekelebat bayangan wajah papa nya yang tegas muncul di benak gadis itu. Dia paham betul si papa akan marah karena ulah anak gadis nya yang begitu memalukan ini.

"Lain kali hati-hati ya, jangan bikin orang merugi lagi karena kecerobohan, mu." desis nya sinis dan berlalu pergi membawa goresan yang lumayan banyak di mobil nya.

'Terima kasih banyak dan maaf om tua yang ganteng tapi judes.' gumam Kinza pasrah setelah itu mengendarai motor nya pelan-pelan.

Setibanya di rumah, gadis itu ngedumel bak anak kecil yang tidak di beri mainan baru. Dia melempar asal belanjaan nya ke sofa, membuat Kenzo dan papa nya yang sedang bermain PS langsung memperhatikan perempuan itu.

"Datang-datang bukan nya ucap salam, ini malah banting-banting belanjaan sembarangan. Dapat ajaran dari mana kamu?" seloroh si papa judes. Dia menghentikan kegiatan nya bermain PS lalu menghampiri anak perempuan nya.

"Itu lho, iza lupa bawa dompet. Malu banget di bayarin sama om-om tua yang judes, dingin, dan cuek nya minta ampun." decak Kinza sebal. Tak lama mama nya datang dan langsung duduk di samping Kinza.

"Om-om tua siapa?" tanya mama dengan santai.

"Nggak tau, iza nggak kenal. Tapi dia lumayan ganteng, hihi." balas Kinza sambil nyengir. Sementara si papa dan mama hanya mesem dan ber-oh ria saja.

"Bilang makasih nggak sama si om ganteng nya?" tanya papa pelan.

"Iya lah, masa nggak sih."

"Bagus deh, papa kira langsung melengos begitu saja."

"Nggak dong, anak papa kan baik hati, tidak sombong, dan rajin menabung." ucap nya sambil terkekeh. Membuat keempat orang tersebut ikut tertawa.

"Lain kali jangan sampai nggak bawa dompet lagi. Kasian kan kalau sampai di bayarin terus sama orang. Masa anak papa kecil-kecil sudah pikun, sih." ujar papa gemas sambil mengacak kepala Kinza. Bagi nya, Kinza dan Kenzo itu seperti bayi kecil yang menggemaskan. Dia tidak rela jika kedua anak nya terkena luka sedikit saja. Walaupun tingkah nya kadang aneh, tapi Kinza Dan Kenzo tetap mampu mencairkan suasana dengan segala tingkah laku mereka.

"Iyaa siap papa, itu cuma kebetulan lupa aja ko. Biasa nya juga nggak." sambung Kinza sambil terkekeh malu.

Jangan lupa tinggalkan jejak kalian!🥰

Terpopuler

Comments

Dimdim04

Dimdim04

Ku mampir

2022-07-06

0

。.。:∞♡*♥

。.。:∞♡*♥

mampir

2022-06-29

0

Noer Faiza

Noer Faiza

menarik..
nma panggilan ny sma iza juga

2021-02-05

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!