Bab 2

Kinza keluar dari kamar nya dengan wajah berbinar. Hari ini, tepat nya di hari sabtu tidak ada kegiatan sekolah. Dia free benar-benar free. Kecuali satu, beberes kamar yang di anjurkan papa. Kegiatan itu tidak pernah ada libur nya.

Gadis itu mengedarkan pandangan nya ke semua arah. Rumah nya sudah sepi sepagi ini. Iya, seperti biasa. Papa sudah berangkat kerja, mama sibuk di kegiatan persit dan Kenzo akan jogging keliling komplek.

Jadi gue kudu ngapain? Gumam Kinza malas.

Gadis itu mengeluarkan ponsel. Mencari sebuah nama ‘KIM 1’ lantas menekan tombol call.

“Jo, lo dimana?” tanya Kinza.

“____”

“Oke tungguin, gue mau nyusul lo sekarang.”

Klik.

Sambungan terputus. Gadis itu buru-buru masuk kamar untuk mengganti pakaian. Dia memakai trening hitam dan kaos abu. Tak lupa memoles sedikit lipbalm dan memakai bedak tipis. Gadis itu memakai sepatu sport, dan memasang ear-phone di telinga nya. Setelah semua siap, Kinza keluar kamar untuk menyusul si KIM 1, alias Jojo, alias Kenzo Irsyanio Malik.

Dia menyusuri beberapa rumah yang terbilang megah dan elit. Iya dong, anak Jendral gitu. Bukan nya sombong, tapi memang keluarga Kinza itu rata-rata seorang Abdi Negara yang pangkat nya sudah tinggi-tinggi. Maklum lah, turunan konglomerat gituu, heheeew.

Beberapa menit berlalu. Kinza sudah sampai di tempat yang dimaksud oleh Kenzo. Tempat itu sudah ramai di penuhi oleh orang-orang yang sedang berolahraga sama seperti dirinya. Dia mengedarkan pandangan ke sekitar, mencari sosok Kenzo diantara puluhan manusia yang sedang berlalu-lalang.

Itu dia. Gumam Kinza kecil lantas berlari mendekati Kenzo yang tengah berbincang dengan seorang pria.

Kinza semakin mendekat. Gadis itu sedikit penasaran pada pria yang sedang mengobrol dengan saudara kembar nya. Dia memperhatikan lekat-lekat lantas membelalakkan matanya.

Mati gue, itu kan si om-om yang semalam sial gara-gara gue. Duh, kenapa gue harus ketemu sama dia sekarang? Sumpah gue nyesel banget gue musti nyusul si Jojo. Kinza terus ngedumel dalam hati. Wajah nya menjadi panik bak maling yang tertangkap basah. Perlahan tapi pasti, dia balik kanan dan langsung ngacir begitu saja.

“Zaa, mau kemana?!!” panggil Kenzo sedikit berteriak. Lantas langkah Kinza terhenti, perlahan gadis itu membalikkan badan nya. Wajah Kinza memerah, takut dan malu bukan main.

“Kok malah lari, katanya mau ikut jogging sama gue!” decak Kenzo pelan. Dia menarik Kinza untuk ikut bergabung bersama si om-om tua itu. Kinza memasang senyum malu. Gadis itu cengengesan bak orang gila. Kenzo yang melihat itu langsung menaikkan alis nya sebelah, bingung dengan tingkah saudara kembar nya yang ajaib.

“H-hai om.” sapa Kinza canggung. Dia lantas duduk di samping Kenzo, membelakangi kedua manusia yang melanjutkan perbincangan mereka.

“Jojo punya adik?” tanya pria itu ramah. Iya ramah, tak seramah perlakuan nya pada Kinza tadi malam. Kenzo mengangguk.

“Bukan adek sih, lebih tepat nya saudara kembar.” balas Kenzo sekenanya.

Mendengar kata ‘Saudara kembar’ lantas si pria memperhatikan Kinza yang tertutup oleh tubuh Kenzo. Dia sedikit menyingkir untuk melihat gadis yang sekarang sedang memainkan ponsel.

“Dia perempuan yang abang ceritakan barusan.” gumam nya pelan. Membuat Kenzo langsung membelalakkan matanya dan langsung tertawa.

“Jadi ini yang abang maksud anak bau kencur yang abang bayarin belanjaan nya terus menabrak mobil abang?” tanya nya sedikit berteriak membuat Kinza menoleh. Sumpah, gue denger, gue denger Jojooo! Pekik Kinza dalam hati, gadis itu sungguh merasa sangat malu. Gadis itu menjadi bahan perbincangan. Perbincangan yang memalukan lebih tepat nya.

Kinza semakin beringsut, tidak nyaman dengan situasi seperti ini. Dia memilih lari keliling lapangan dari pada musti mendengar ocehan kedua manusia menyebalkan di samping nya. Mereka berdua malah semakin gencar membicarakan Kinza. Bahkan Kenzo berusaha membongkar aib Kinza sebagai anak manja dan nakal. Dia juga memberi tau kepada Al tentang keburukan-keburukan gadis itu.

“Ih, nggak. Gue nggak gitu ya, Jo. Maaf ya om, kakak saya memang suka halu.” decak Kinza berusaha meyakinkan Al. Dia mencubit kencang lengan Kenzo, membuat sang empu nya meringis kesakitan.

“Bang Al tau, dia nggak suka di beri bekal di dep...”

“Kenzooooo!!” potong Kinza cepat dan langsung menyumpal mulut abang nya dengan tangan.

“Gue mau balik aja. Awas ya lo minta cemilan gue!” sungut Kinza sebal dan pergi meninggalkan kedua manusia yang masih tertawa renyah. Kinza sebal, sangat-sangat sebaal.

Gadis itu menghentak-hentakkan kaki nya kesal. Sambil berjalan dan ngedumel gak jelas. Gadis itu sesekali menoleh ke belakang, melihat Kenzo dan Al yang masih dan masih tertawa terbahak-bahak.

Awas ya Kenzo, liat aja nanti. Gumam Kinza pelan.

“Drtt drtt drtt”

Tiba-tiba ponsel Kinza bergetar. Buru-buru dia meraih iPhone X yang ia letakkan di saku kanan celana trening nya. Sebuah chat dari aplikasi Whatsapp.

From: Claudia sepimooo

Za, antar gue ke mall yuk, gue mau beli beberapa barang dan skincare.

^^^From: Kinza Irsyania Malik^^^

^^^Yaudah jemput, gue mau siap-siap dulu.^^^

From: Claudia sepimooo

Okay.

Kinza meletakkan kembali ponsel nya, lantas gadis itu buru-buru pulang ke rumah untuk bersiap.

...---...

Bunyi deru mobil membuat Kinza berlarian keluar rumah. Dia sudah siap dengan kaos bermotif pisang warna putih, celana jeans hitam yang ujung nya sedikit di gulung, serta sendal jepit hitam berbulu kesukaan nya. Tak lupa, sebuah tas serut kecil yang sudah bertengger di punggung mungil nya.

Kinza mengunci pintu dan langsung masuk ke dalam mobil Claudia.

“Cla, gue sebel banget sama si Kenzo.” decak Kinza sebal. Dia masih mengingat betul bagaimana Kenzo mempermalukannya beberapa menit lalu.

“Kenapa emang nya? Dia minta cemilan lo terus?” tebak Claudia asal tanpa menoleh. Gadis itu fokus menyetir mobil.

“Dia ngasih tau aib gue ke om-om yang gue ceritain ke lo semalam.” balas Kinza sambil melipat tangan nya di dada.

“Gila, berani bener si Jojo.”

“Makanya itu, sebal banget gue jadi nya.”

“Sabar aja deh, punya kakak emang gitu. Kadang nyebelin kadang ngangenin.” balas Claudia sambil terkekeh. Kinza mencerna ucapan Claudia ‘punya kakak emang gitu, kadang nyebelin kadang ngangenin.’ cih, nggak pernah tuh gue kangen sama si Jojo. Yang ada bosan karena setiap hari ketemu terus. Gumam nya pelan.

Setelah perbincangan yang mengalor-ngidul, akhirnya mereka berdua sampai di tempat tujuan. Mereka masuk ke dalam salah satu mall yang ada di Bogor. Deretan tas-tas langsung menyambut mereka, memanjakan setiap mata perempuan yang melihat nya. Claudia sibuk memilih tas, begitu juga Kinza. Padahal niat gadis itu hanya mengantar sahabat nya, tapi entah kenapa dia ikut tertarik dengan deretan tas-tas yang lucu dan harga yang melambung tinggi.

Claudia membeli dua tas, satu tas selempang dan satu lagi tas gendong kecil, satu set skincare lengkap dan dua liptip yang harga nya tidak murah. Sementara Kinza membeli satu tas selempang kecil dan satu pasang sepatu sport.

“Jangan dulu balik ya, kita makan terus main timezone.” ujar Claudia sambil terkekeh. Sudah seperti ritual berbelanja, mereka akan menghabiskan waktu dengan makan atau sekedar nongkrong untuk bermain timezone.

Kinza mengangguk. Kapan lagi dia akan keluar sebebas ini. Biasa nya, Kinza akan menghabiskan waktu di sekolah dan lapangan. Apalagi kalau bukan belajar dan latihan Paskibra.

Mereka melanjutkan aktivitas nya dengan makan di sebuah restoran yang berada di dalam mall. Suasana nya ramai. Menjelang weekend selalu seperti ini. Ramai dan banyak orang berlalu lalang. Mereka berdua memilih kursi di pojokan, selain letak nya yang strategis, kursi di pojokan tidak terlalu banyak orang yang menempati. Jadi mereka bisa lebih leluasa.

Claudia memesan makanan, sementara Kinza mem-booking tempat. Antrian cukup panjang, hal itu membuat Claudia lebih lama mengantri. Sementara Kinza, dia memainkan ponsel nya sembari menunggu Claudia. Gadis itu membuka aplikasi Instagram dan membuat story bergambar pemandangan gunung yang bisa dilihat dari kaca.

“Masih suka foto pemandangan dari sini.” ujar seseorang tiba-tiba. Kinza langsung tersentak dan mencari siapa pelaku nya. Dia menoleh ke samping, dan..

“Mbak Puput?! Ya ampuuun ini beneran mbak Puput?” ujar Kinza sembari berteriak. Gadis itu langsung berhamburan memeluk orang yang bernama mbak Puput, ah lebih tepat nya Putri Naima.

“Iza apa kabar?” tanya Putri lembut. Mereka berdua lantas melepas pelukan nya.

“Alhamdulillah baik, mbak. Mbak sendiri gimana?” tanya Kinza bergantian.

“Seperti yang kamu lihat, mbak baik-baik aja.” ujar nya sumringah. Mereka lantas mengobrol dan saling bertukar cerita. Melepas rindu karena sempat berpisah sejak kepindahan rumah Kinza ke perumahan non Dinas. Dan disini, di tempat ini akhir nya mereka bertemu kembali. Ibarat nya “Jodoh nggak bakal kemana.”

“Mbak pamit ya, dek. Nggak bisa lama-lama karena harus masuk kerja.” ujar Putri seraya berpamitan. Dia lantas bangkit dari duduk nya dan langsung pergi. Untung nya, Kinza sempat meminta nomor Putri. Jadi, mereka bisa berkomunikasi kembali.

“Itu siapa, Za?” tanya Claudia setibanya di dekat Kinza. Gadis itu membawa nampan berisi makanan dan minuman serta cemilannya.

“Mbak Puput, dia kakak asuh gue waktu tinggal di asrama. Baik banget orang nya, dan sudah gue anggap sebagai kakak gue sendiri.” balas Kinza sekenanya. Claudia manggut-manggut sambil memakan kentang goreng. Mereka berdua mulai menyantap satu-persatu makanan yang tadi di pesan.

Setelah puas makan. Kedua gadis itu kembali melanjutkan kegiatan dengan bermain timezone. Childish memang, tapi itu mampu membuat suasana hati mereka kembali tenang. Masalah yang datang seakan enyah begitu saja. Kinza memang sangat suka bermain timezone. Apalagi jika bermain bersama keluarga nya sendiri. Tak terasa, waktu cepat berlalu. Mereka keasyikan bermain hingga lupa waktu.

“Cla, balik yuk. Udah mau jam lima nih.” ajak Kinza setelah sadar bahwa hari telah berganti sore. Claudia menoleh, dan mengiyakan ucapan Kinza. Buru-buru kedua gadis itu menyudahi permainan mereka dan bergegas untuk pulang.

...---...

Kinza keluar dari mobil dan segera masuk ke dalam rumah. Entah kenapa langit tiba-tiba mendung dan menumpahkan rintikan hujan saat Kinza masih di perjalanan. Hal ini membuat dia harus hujan-hujanan saat masuk ke rumah. ‘Fiuhh aman.’ gumam gadis itu. Kinza masuk ke dalam rumah dengan keadaan basah, Bi Tata-asisten rumah tangga di rumah Kinza memberikan handuk supaya air yang jatuh ke lantai tidak terlalu banyak.

“Aduh, non. Kok bisa hujan-hujanan begini.” tanya Bi Tata cemas.

“Iza lupa bawa payung, bi. Jadi, ya begini deh.” balas Kinza sekenanya, gadis itu malah terkekeh.

Kinza masuk ke dalam rumah sambil memakai handuk. Tenang-tenang, dia masih memakai baju ko, hihihi.

Samar-samar, gadis itu mendengar suara gelak tawa. Rumah nya sedang ada tamu kah? Batin nya bertanya-tanya. Lantas dia mencari tau ke arah sumber suara. Rupaya suara itu berasal dari ruang keluarga, dan pelaku nya adalah Kenzo serta sorang pria. Tunggu, seorang pria?

Kinza semakin mendekat, gadis itu mengintip mencari tau siapa pria yang ada di sebelah Kenzo. Dia kenal, sungguh. Pria itu adalah Kapten. Inf. Althafariz Ramaditya Dirgantara! Itu lho si pria menyebalkan, dingin, cuek dan judes menurut Kinza. Dia memilih masuk ke kamar di bandingkan kudu bertemu kedua manusia itu. Kinza tau, dia bisa jadi bahan perbincangan konyol antara Al dan saudara kembar nya. Lantas, buru-buru gadis itu menaiki tangga, membuat jejak kebasahan pada lantai tersebut.

Pintu rumah terbuka kembali. Menampilkan sosok papa dan mama. Kedua nya datang dengan sama-sama memasang wajah lelah.

“Lho pa, ini kok lantai jadi basah begini?” tanya mama bingung, membuat si papa menggedikkan bahu nya asal.

“Mana papa tau, lha wong ini aja baru sampe.” balas papa sekenanya.

Mereka berdua beringsut masuk ke dalam, mendapati putra nya sedang bermain PS dengan seorang pria.

“Jo?” panggil mama lembut seraya mendekati kedua manusia yang tengah asik bermain PS itu.

“Hallo, om, tante.” sapa Al ramah pada mama dan papa, kedatangan mereka langsung di sambut baik oleh Al.

“Wah ada nak Al, sudah besar sekali kamu. Sudah dapet pangkat apa nih?” ujar papa terkekeh sembari menepuk-nepuk bahu Al. Dia senang bertemu dengan anak sahabat karib nya dulu.

“Alhamdulillah sudah jadi kapten, om.” balas Al sekenanya, membuat Zein juga Zahra tersenyum senang.

“Emang ya mam, kalau jodoh itu nggak kemana. Ini lho Al yang waktu itu papa ceritain.” sambung papa sambil tertawa, membuat Al tersenyum canggung dan sedikit kebingungan.

“Wah, kalau begini cerita nya mama nggak ragu deh.” balas mama sumringah.

“Kalau begitu om sama tante masuk dulu ya, nanti kita sambung ngobrol saat om sudah mengganti pakaian. Kalian enjoy aja, okay?”

“Siap, om.”

Kedua pasangan itu masuk ke dalam kamar dengan wajah berbinar. Menyisakan tanda tanya tersendiri untuk Al. Apa maksudnya ‘kalau jodoh itu nggak kemana.’ pria itu lantas kembali bermain PS di bandingkan harus mengurusi pertanyaan-pertanyaan aneh yang terus muncul di benak nya.

Jangan lupa tinggalkan jejak kalian, di tunggu like dan komentar nya🥰

Terpopuler

Comments

Linggarini

Linggarini

ini ada etika dlm militer thor...kl jawab pertanyaan ato mengemukakan pendapat pd senior apalg yg pangkatny perwira tinggi harus didahului dg kata siap ato ijin..beda etikany sama sipil...just kasih saran

2021-01-25

5

Caramelatte

Caramelatte

semangat thorrr jangan kasi kendorrr

2020-12-09

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!