NovelToon NovelToon

EPOCH

Bab 1

Seorang gadis cantik yang masih memakai baju kebaya tengah meringkuk sambil menangis di atas kasur.

Ah, tepat nya bukan gadis. Status nya telah berubah sejak sepuluh jam lalu. Dia sudah resmi menjadi NY. Dirgantara. Istri dari seorang Tentara dengan sejuta rahasia.

Perjodohan sialan itu telah mengubah semua nya. Cinta, sahabat, dan semua kehidupan nya.

Mari, akan aku ceritakan bagaimana ini terjadi.

...---...

Satu tahun yang lalu

Flashback on

"Tap tap tap"

Kurang lebih seperti itu bunyi derap langkah kaki Pasukan Pengibar Bendera saat melakukan gerakan langkah tegap maju. Itu 'lho pasukan yang mengibarkan Bendera Merah Putih pada saat hari Kemerdekaan Indonesia. Pasukan yang memakai baju putih-putih dan peci hitam. Pasukan yang sering di sebut sebagai Semi Militer. Sudah tau kan sekarang? Kalau masih nggak tau juga maka keterlaluan sekali kalian. Tinggal di bumi atau planet Mars sih?

"Trap trap trap"

Suara derap langkah nya kian berubah. Menjadi aneh dan terdengar berantakan.

Seorang pelatih berbaju hitam dan bercelana jeans biru dongker langsung memberi instruksi pada komandan supaya menghentikan gerakan langkah tegap maju mereka.

Dia gemas saat mendengar derap langkah yang lagi dan lagi berubah. Setelah di beri aba-aba henti dan siap, semua nya langsung diam, rapih, dan tegap bak patung yang di pasang pada swalayan-swalayan.

"Niat mau lomba nggak sih? Udah H-satu minggu begini, masih main-main terus latihan nya!" seloroh pria berbaju hitam itu, siapa lagi kalau bukan pelatih Paskibra dari SMAN 38 Bogor – Kang Yogi.

Pria itu melipat tangan nya di dada, tatapan nya tajam setajam silet. Sorot matanya menyiratkan kemarahan, iya jelas marah. Pelatih mana yang tidak marah saat melihat anak didik nya bermain-main dalam latihan. Kurang aja betul.

Semua nya diam. Bisu seperti batu. Kecuali satu, gadis berambut sebahu yang memilih mengikat rambutnya tinggi-tinggi. Gadis yang paling bawel dan ribet seantero dunia. Gadis yang hobi pingsan setelah tampil atau saat upacara. Siapa lagi kalau bukan Kinza Irsyania Malik. Gadis yang beda diantara gadis-gadis lain.

"Heh Iza, kenapa senyam-senyum? Mau gue push-up sepuluh seri?!" tanya pria itu sinis.

"Nggak, kang. Anu, pengen minum." ujar nya sambil terkekeh pelan, gadis ini tidak punya rasa takut dan malu sedikit pun. Dia malah cengengesan sambil memainkan tangan nya di belakang.

"Ya udah, istirahat sepuluh menit. Habis itu stay lagi di sini. Inget, minum nya jangan banyak-banyak takut lupa gerakan! Paham?"

"Siap, paham!" ujar semua nya dengan sigap. Setelah komandan mengistirahatkan pasukan, barulah mereka bebas.

Keringat Kinza bercucuran dengan deras, membuat baju nya menjadi semakin dekil in the kumel. Gadis itu meminum habis air dari botol tupperware yang selalu ia bawa kemana pun. Setelah puas, gadis manja itu memasukkan kembali botol minum kesayangan nya.

Dari kejauhan, seorang pria nampak berjalan ke arah Kinza. Pria itu tampan. Postur tubuh nya tinggi, hidung mancung, rahang tegas dan bibir pink, mirip sekali seperti papa nya Kinza. Tentu mirip, pria itu adalah Kenzo Irsyanio Malik. Saudara kembar Kinza yang berusia sepuluh menit lebih tua dari nya. Kenzo membawa tempat bekal berwarna pink, lalu pria itu memberikan tempat bekal tersebut ke adik nya.

"Ini dari mama, jangan sampe hilang lagi tupperware nya!" ketus Kenzo sembari menyerahkan tempat bekal itu. Kinza mendengus sebal, lantaran gadis itu tidak suka di beri bekal di depan teman-teman nya. Kinza tidak mau di pandang buruk,  sebab ia anak manja.

"Iya-iya gak bakal ilang lagi, paling cuma ketinggalan." balas cewek itu asal. Membuat tatapan Kenzo berubah tajam, alis pria itu terangkat dan senyum jahil muncul di bibir nya.

"Oke, kalau gitu pulang naik angkot, bye." ujar nya sambil terkekeh lalu meninggalkan Kinza yang masih menganga.

"Kenzo nyebeliiinnn!" decak Kinza sambil menghentak kaki nya dengan sebal.

"Satu, dua, tiga, empat...." suara komandan pasukan langsung memekik di telinga Kinza. Sontak gadis itu buru-buru meletakkan tempat bekal nya di atas tas. Tak lupa dia memakai topi dan segera masuk ke dalam barisan.

"Jojo, kalo ngitung itu liat pasukan!" decak teman Kinza sebal, gadis itu bernama Claudia Sevyana.nJojo, alias Joan hanya cengengesan. Membuat satu pasukan dongkol terhadap nya.

"Di suruh sama kang Yogi." balas Joan sekenanya, setelah itu memberikan aba-aba untuk siap. Mereka melanjutkan aktivitas latihan rutin di setiap hari jumat. Dari jam empat sore sampai jam lima sore, kadang-kadang bisa sampai magrib bahkan malam hari kalau ingin mengikuti lomba.

... ---...

Kinza menghempaskan tubuh nya ke kasur. Setelah kurang lebih tiga jam latihan, badan nya menjadi pegal-pegal. Gadis itu memainkan ponsel, membuka aplikasi Instagram. Tidak ada yang menarik. Batin nya.

Tiba-tiba pintu kamar nya terbuka, menampilkan sosok wanita penyabar nan lemah lembut. Wanita itu adalah Zahra Audrelia Malik Muhammad, istri dari Mayjen Zein Malik Muhammad yang merupakan ibunda dari Kinza. Zahra berjalan ke arah putri nya dengan masih menggunakan seragam berwarna hijau pupus khas ibu-ibu persit.

"Hallo, sayang." sapa Zahra lembut seraya duduk di tepi ranjang milik anak nya. Gadis itu sontak mencium tangan lembut milik mamanya.

"Hai, mama. Tumben pake baju lengkap gini?" tanya Kinza sekenanya.

"Iya nih, habis ada kunjungan KASAD."

"Kamu kok belum mandi sih, habis latihan itu langsung mandi biar bau nya nggak kemana-mana." sambung Zahra sambil terkekeh, membuat si Kinza memutar bola matanya malas.

"Capek tau, di push-up terus sama kang Yogi." ujar nya malas, tentu nya si mama hanya tersenyum.

"Kalo push-up terus berarti melakukan kesalahan, gini-gini juga mama purna Paskibra lho." balas Zahra sambil mengusap kepala Kinza dengan sayang. Ini sih keinginan si anak manja itu. Pengen nya di sayang terus sama mama nya.

Tiba-tiba pintu kamar terbuka lagi. Menampilkan sosok pria bertubuh atletis masuk ke dalam kamar Kinza. Dia adalah Zein, papa dari si anak manja ini.

"Mam, di bawah ada tamu yuk ke bawah." ujar Zein lembut.

"Ih papa apaan sih, mama tuh baru sampe tau. Kita lagi kangen-kangenan dulu." decak Kinza judes membuat si papa mesem-mesem nggak jelas.

"Nanti di lanjut, sekarang mama harus temuin tamu penting dulu. Papa kasih uang buat jajan nanti malam." ujar papa lembut sambil berusaha merayu. Kinza mengangguk dengan sumringah. Siapa sih orang yang bisa nolak rezeki?

"Iya deh, bye mama."

"Bye sayang, jangan lupa mandiii!" ujar Zahra sedikit berteriak sebelum keluar dari kamar putri nya.

Setelah kedua manusia itu pergi dari kamar Kinza. Kini dia memilih untuk bangkit, tubuh nya tidak akan bersih kalau terus-terusan rebahan di atas kasur. Iya, lama-kelamaan dia akan merasa nyaman dan akan tertidur pulas sampai pagi. Tidak ingat makan apalagi sholat, memang anak manja dan nakal!

Kinza melangkahkan kaki nya malas, dia benar-benar capek sekarang. Tubuh nya seperti di timpa karung berkilo-kilo. Berat dan pegal-pegal semua. Untung nya dia tidak pingsan pada saat latihan tadi. Ya, pingsan karena kelelahan dan sesak nafas. Gadis ini memang hobi sekali pingsan, entah itu setelah upacara atau setelah tampil di event lomba-lomba Paskibra.

Malam harinya, langit begitu cerah. Bintang-bintang menghiasi langit kota Bogor pada malam ini. Dari kejauhan, seorang pria berambut cepak khas tentara sedang membeli beberapa cemilan di salah satu minimarket. Orang tersebut bernama Althafariz Ramaditya Dirgantara. Pria berperawakan tinggi tegap hidung mancung, mata hitam pekat dan rahang yang tegas. Pria lulusan Akademi militer yang sekarang berpangkat Kapten. Salah satu pria dingin dan kaku di dunia. Iya, dia memang laki-laki dingin dan cuek. Kecuali pada orang-orang tertentu.

Dia berjalan ke arah kasir. Makanan ringan, susu, dan beberapa minuman bersoda sudah lengkap ia beli.

Dari jauh, nampak seorang gadis berambut sebahu tengah garuk-garuk kepala. Wajah nya sedikit memerah dan terlihat sedang kebingungan.

"Aduh, mbak. Saya lupa bawa dompet, bisa titip belanjaan nya sebentar?" tanya gadis itu pelan. Wajah nya memelas dan sedikit kemerahan.

"Maaf ya dek, ini minimarket bukan tempat penitipan barang." ujar sang kasir tak enak.

"Gimana ya, mbak. Saya lupa bawa dompet habis nya." ujar gadis itu lagi, kali ini sambil menggigit jari bak anak kecil berusia lima tahun. Dia berharap ada seseorang yang membantu. Tak apalah pria dingin, yang penting baik hati seperti di film-film romantis kesukaan nya, mungkin.

Pria itu memperhatikan kedua orang yang sedang bernegosiasi. Cukup lama, hingga membuat antrian panjang menumpuk di bagian kasir. Dia mendekat beberapa langkah.

"Biar saya saja yang bayar, mbak. Semua nya jadi berapa?" ujar nya dingin tanpa menoleh ke arah Kinza. Kinza yang kaget sekaligus bahagia lantas menatap pria itu samar. Ganteng juga, doa gue beneran di kabul, dibayarin plus bertemu orang ganteng walaupun udah tua! Gumam Kinza dalam hati, jantung gadis itu berdebar kencang. Ya Tuhan, apakah ini yang dinamakan rejeki nomplok?

"Aduh om, makasih lho. Saya berterima kasih banget sama om." ucap Kinza sambil menampilkan deretan giginya yang rapih. Pria itu menautkan alis nya, lantas tersenyum tipis.

"Sama-sama dek, senyum nya jangan lama-lama. Itu di gigi adek ada cabai nya." celetuk pria itu halus. Alamakk! Memalukan sekali. Gumam Kinza sembari menahan malu.

Kinza langsung salah tingkah, wajah nya langsung memerah bak kepiting rebus. Oh My God! Dia benar-benar malu!

"Saya duluan, oh iya kalo sikat gigi yang bersih. Ah satu lagi, jangan kebanyakan makan micin biar gak pikun." ucap pria itu sambil berlalu meninggalkan Kinza. Gadis itu membolakan matanya tatkala mendengar penuturan om-om yang menolong nya barusan. Kata-kata itu? Ah lebih tepat nya sindiran itu, akan aku ingat sepanjang masa, hiks! Gumam nya pelan.

Dengan langkah gontai, dia juga keluar dari minimarket sambil membawa dua jinjingan plastik putih berlogo minimarket tersebut. Senang juga malu di rasakan oleh gadis manja ini.

Dia menyalakan mesin motor nya, kedua belanjaan tersebut ia gantung di depan. Lantas gadis itu memakai helm dan mulai memarkir motor nya keluar dari parkiran.

Bruak!

Suara aneh tiba-tiba muncul dari belakang. Gadis itu lantas menengok ke sumber suara. Lebih tepat nya ke suara yang di timbulkan akibat benturan mulus antara motor Beat dan sebuah mobil Kijang Inova. Kinza langsung kaget setengah mati. Buru-buru dia turun dari motor dan mengamati bekas benturan di mobil tersebut akibat ulah yang ia timbulkan.

Mati kau!

Kaca mobil tersebut terbuka, menampilkan sosok Althafariz Ramaditya Dirgantara, si pria tua yang sudah membayar semua belanjaan Kinza. Si om-om tua tapi ganteng dan berwibawa. Si om-om yang mengatakan ada cabai di gigi Kinza padahal sebenarnya tidak ada. Dia tersenyum kecut, ingin meminta ganti rugi pun percuma. Dia tau, gadis itu tidak membawa dompet.

"Err, aduh o-om, saya nggak s-sengaja. Duh, ss-saya minya maaf ya, om." ujar Kinza gugup. Keringat mulai melipir di dahi nya, menampilkan guratan ketakutan yang tinggi.

"It's okay." balas nya dingin, cuek, judes dan membuat Kinza ingin menangis saja sekarang. Sekelebat bayangan wajah papa nya yang tegas muncul di benak gadis itu. Dia paham betul si papa akan marah karena ulah anak gadis nya yang begitu memalukan ini.

"Lain kali hati-hati ya, jangan bikin orang merugi lagi karena kecerobohan, mu." desis nya sinis dan berlalu pergi membawa goresan yang lumayan banyak di mobil nya.

'Terima kasih banyak dan maaf om tua yang ganteng tapi judes.' gumam Kinza pasrah setelah itu mengendarai motor nya pelan-pelan.

Setibanya di rumah, gadis itu ngedumel bak anak kecil yang tidak di beri mainan baru. Dia melempar asal belanjaan nya ke sofa, membuat Kenzo dan papa nya yang sedang bermain PS langsung memperhatikan perempuan itu.

"Datang-datang bukan nya ucap salam, ini malah banting-banting belanjaan sembarangan. Dapat ajaran dari mana kamu?" seloroh si papa judes. Dia menghentikan kegiatan nya bermain PS lalu menghampiri anak perempuan nya.

"Itu lho, iza lupa bawa dompet. Malu banget di bayarin sama om-om tua yang judes, dingin, dan cuek nya minta ampun." decak Kinza sebal. Tak lama mama nya datang dan langsung duduk di samping Kinza.

"Om-om tua siapa?" tanya mama dengan santai.

"Nggak tau, iza nggak kenal. Tapi dia lumayan ganteng, hihi." balas Kinza sambil nyengir. Sementara si papa dan mama hanya mesem dan ber-oh ria saja.

"Bilang makasih nggak sama si om ganteng nya?" tanya papa pelan.

"Iya lah, masa nggak sih."

"Bagus deh, papa kira langsung melengos begitu saja."

"Nggak dong, anak papa kan baik hati, tidak sombong, dan rajin menabung." ucap nya sambil terkekeh. Membuat keempat orang tersebut ikut tertawa.

"Lain kali jangan sampai nggak bawa dompet lagi. Kasian kan kalau sampai di bayarin terus sama orang. Masa anak papa kecil-kecil sudah pikun, sih." ujar papa gemas sambil mengacak kepala Kinza. Bagi nya, Kinza dan Kenzo itu seperti bayi kecil yang menggemaskan. Dia tidak rela jika kedua anak nya terkena luka sedikit saja. Walaupun tingkah nya kadang aneh, tapi Kinza Dan Kenzo tetap mampu mencairkan suasana dengan segala tingkah laku mereka.

"Iyaa siap papa, itu cuma kebetulan lupa aja ko. Biasa nya juga nggak." sambung Kinza sambil terkekeh malu.

Jangan lupa tinggalkan jejak kalian!🥰

Bab 2

Kinza keluar dari kamar nya dengan wajah berbinar. Hari ini, tepat nya di hari sabtu tidak ada kegiatan sekolah. Dia free benar-benar free. Kecuali satu, beberes kamar yang di anjurkan papa. Kegiatan itu tidak pernah ada libur nya.

Gadis itu mengedarkan pandangan nya ke semua arah. Rumah nya sudah sepi sepagi ini. Iya, seperti biasa. Papa sudah berangkat kerja, mama sibuk di kegiatan persit dan Kenzo akan jogging keliling komplek.

Jadi gue kudu ngapain? Gumam Kinza malas.

Gadis itu mengeluarkan ponsel. Mencari sebuah nama ‘KIM 1’ lantas menekan tombol call.

“Jo, lo dimana?” tanya Kinza.

“____”

“Oke tungguin, gue mau nyusul lo sekarang.”

Klik.

Sambungan terputus. Gadis itu buru-buru masuk kamar untuk mengganti pakaian. Dia memakai trening hitam dan kaos abu. Tak lupa memoles sedikit lipbalm dan memakai bedak tipis. Gadis itu memakai sepatu sport, dan memasang ear-phone di telinga nya. Setelah semua siap, Kinza keluar kamar untuk menyusul si KIM 1, alias Jojo, alias Kenzo Irsyanio Malik.

Dia menyusuri beberapa rumah yang terbilang megah dan elit. Iya dong, anak Jendral gitu. Bukan nya sombong, tapi memang keluarga Kinza itu rata-rata seorang Abdi Negara yang pangkat nya sudah tinggi-tinggi. Maklum lah, turunan konglomerat gituu, heheeew.

Beberapa menit berlalu. Kinza sudah sampai di tempat yang dimaksud oleh Kenzo. Tempat itu sudah ramai di penuhi oleh orang-orang yang sedang berolahraga sama seperti dirinya. Dia mengedarkan pandangan ke sekitar, mencari sosok Kenzo diantara puluhan manusia yang sedang berlalu-lalang.

Itu dia. Gumam Kinza kecil lantas berlari mendekati Kenzo yang tengah berbincang dengan seorang pria.

Kinza semakin mendekat. Gadis itu sedikit penasaran pada pria yang sedang mengobrol dengan saudara kembar nya. Dia memperhatikan lekat-lekat lantas membelalakkan matanya.

Mati gue, itu kan si om-om yang semalam sial gara-gara gue. Duh, kenapa gue harus ketemu sama dia sekarang? Sumpah gue nyesel banget gue musti nyusul si Jojo. Kinza terus ngedumel dalam hati. Wajah nya menjadi panik bak maling yang tertangkap basah. Perlahan tapi pasti, dia balik kanan dan langsung ngacir begitu saja.

“Zaa, mau kemana?!!” panggil Kenzo sedikit berteriak. Lantas langkah Kinza terhenti, perlahan gadis itu membalikkan badan nya. Wajah Kinza memerah, takut dan malu bukan main.

“Kok malah lari, katanya mau ikut jogging sama gue!” decak Kenzo pelan. Dia menarik Kinza untuk ikut bergabung bersama si om-om tua itu. Kinza memasang senyum malu. Gadis itu cengengesan bak orang gila. Kenzo yang melihat itu langsung menaikkan alis nya sebelah, bingung dengan tingkah saudara kembar nya yang ajaib.

“H-hai om.” sapa Kinza canggung. Dia lantas duduk di samping Kenzo, membelakangi kedua manusia yang melanjutkan perbincangan mereka.

“Jojo punya adik?” tanya pria itu ramah. Iya ramah, tak seramah perlakuan nya pada Kinza tadi malam. Kenzo mengangguk.

“Bukan adek sih, lebih tepat nya saudara kembar.” balas Kenzo sekenanya.

Mendengar kata ‘Saudara kembar’ lantas si pria memperhatikan Kinza yang tertutup oleh tubuh Kenzo. Dia sedikit menyingkir untuk melihat gadis yang sekarang sedang memainkan ponsel.

“Dia perempuan yang abang ceritakan barusan.” gumam nya pelan. Membuat Kenzo langsung membelalakkan matanya dan langsung tertawa.

“Jadi ini yang abang maksud anak bau kencur yang abang bayarin belanjaan nya terus menabrak mobil abang?” tanya nya sedikit berteriak membuat Kinza menoleh. Sumpah, gue denger, gue denger Jojooo! Pekik Kinza dalam hati, gadis itu sungguh merasa sangat malu. Gadis itu menjadi bahan perbincangan. Perbincangan yang memalukan lebih tepat nya.

Kinza semakin beringsut, tidak nyaman dengan situasi seperti ini. Dia memilih lari keliling lapangan dari pada musti mendengar ocehan kedua manusia menyebalkan di samping nya. Mereka berdua malah semakin gencar membicarakan Kinza. Bahkan Kenzo berusaha membongkar aib Kinza sebagai anak manja dan nakal. Dia juga memberi tau kepada Al tentang keburukan-keburukan gadis itu.

“Ih, nggak. Gue nggak gitu ya, Jo. Maaf ya om, kakak saya memang suka halu.” decak Kinza berusaha meyakinkan Al. Dia mencubit kencang lengan Kenzo, membuat sang empu nya meringis kesakitan.

“Bang Al tau, dia nggak suka di beri bekal di dep...”

“Kenzooooo!!” potong Kinza cepat dan langsung menyumpal mulut abang nya dengan tangan.

“Gue mau balik aja. Awas ya lo minta cemilan gue!” sungut Kinza sebal dan pergi meninggalkan kedua manusia yang masih tertawa renyah. Kinza sebal, sangat-sangat sebaal.

Gadis itu menghentak-hentakkan kaki nya kesal. Sambil berjalan dan ngedumel gak jelas. Gadis itu sesekali menoleh ke belakang, melihat Kenzo dan Al yang masih dan masih tertawa terbahak-bahak.

Awas ya Kenzo, liat aja nanti. Gumam Kinza pelan.

“Drtt drtt drtt”

Tiba-tiba ponsel Kinza bergetar. Buru-buru dia meraih iPhone X yang ia letakkan di saku kanan celana trening nya. Sebuah chat dari aplikasi Whatsapp.

From: Claudia sepimooo

Za, antar gue ke mall yuk, gue mau beli beberapa barang dan skincare.

^^^From: Kinza Irsyania Malik^^^

^^^Yaudah jemput, gue mau siap-siap dulu.^^^

From: Claudia sepimooo

Okay.

Kinza meletakkan kembali ponsel nya, lantas gadis itu buru-buru pulang ke rumah untuk bersiap.

...---...

Bunyi deru mobil membuat Kinza berlarian keluar rumah. Dia sudah siap dengan kaos bermotif pisang warna putih, celana jeans hitam yang ujung nya sedikit di gulung, serta sendal jepit hitam berbulu kesukaan nya. Tak lupa, sebuah tas serut kecil yang sudah bertengger di punggung mungil nya.

Kinza mengunci pintu dan langsung masuk ke dalam mobil Claudia.

“Cla, gue sebel banget sama si Kenzo.” decak Kinza sebal. Dia masih mengingat betul bagaimana Kenzo mempermalukannya beberapa menit lalu.

“Kenapa emang nya? Dia minta cemilan lo terus?” tebak Claudia asal tanpa menoleh. Gadis itu fokus menyetir mobil.

“Dia ngasih tau aib gue ke om-om yang gue ceritain ke lo semalam.” balas Kinza sambil melipat tangan nya di dada.

“Gila, berani bener si Jojo.”

“Makanya itu, sebal banget gue jadi nya.”

“Sabar aja deh, punya kakak emang gitu. Kadang nyebelin kadang ngangenin.” balas Claudia sambil terkekeh. Kinza mencerna ucapan Claudia ‘punya kakak emang gitu, kadang nyebelin kadang ngangenin.’ cih, nggak pernah tuh gue kangen sama si Jojo. Yang ada bosan karena setiap hari ketemu terus. Gumam nya pelan.

Setelah perbincangan yang mengalor-ngidul, akhirnya mereka berdua sampai di tempat tujuan. Mereka masuk ke dalam salah satu mall yang ada di Bogor. Deretan tas-tas langsung menyambut mereka, memanjakan setiap mata perempuan yang melihat nya. Claudia sibuk memilih tas, begitu juga Kinza. Padahal niat gadis itu hanya mengantar sahabat nya, tapi entah kenapa dia ikut tertarik dengan deretan tas-tas yang lucu dan harga yang melambung tinggi.

Claudia membeli dua tas, satu tas selempang dan satu lagi tas gendong kecil, satu set skincare lengkap dan dua liptip yang harga nya tidak murah. Sementara Kinza membeli satu tas selempang kecil dan satu pasang sepatu sport.

“Jangan dulu balik ya, kita makan terus main timezone.” ujar Claudia sambil terkekeh. Sudah seperti ritual berbelanja, mereka akan menghabiskan waktu dengan makan atau sekedar nongkrong untuk bermain timezone.

Kinza mengangguk. Kapan lagi dia akan keluar sebebas ini. Biasa nya, Kinza akan menghabiskan waktu di sekolah dan lapangan. Apalagi kalau bukan belajar dan latihan Paskibra.

Mereka melanjutkan aktivitas nya dengan makan di sebuah restoran yang berada di dalam mall. Suasana nya ramai. Menjelang weekend selalu seperti ini. Ramai dan banyak orang berlalu lalang. Mereka berdua memilih kursi di pojokan, selain letak nya yang strategis, kursi di pojokan tidak terlalu banyak orang yang menempati. Jadi mereka bisa lebih leluasa.

Claudia memesan makanan, sementara Kinza mem-booking tempat. Antrian cukup panjang, hal itu membuat Claudia lebih lama mengantri. Sementara Kinza, dia memainkan ponsel nya sembari menunggu Claudia. Gadis itu membuka aplikasi Instagram dan membuat story bergambar pemandangan gunung yang bisa dilihat dari kaca.

“Masih suka foto pemandangan dari sini.” ujar seseorang tiba-tiba. Kinza langsung tersentak dan mencari siapa pelaku nya. Dia menoleh ke samping, dan..

“Mbak Puput?! Ya ampuuun ini beneran mbak Puput?” ujar Kinza sembari berteriak. Gadis itu langsung berhamburan memeluk orang yang bernama mbak Puput, ah lebih tepat nya Putri Naima.

“Iza apa kabar?” tanya Putri lembut. Mereka berdua lantas melepas pelukan nya.

“Alhamdulillah baik, mbak. Mbak sendiri gimana?” tanya Kinza bergantian.

“Seperti yang kamu lihat, mbak baik-baik aja.” ujar nya sumringah. Mereka lantas mengobrol dan saling bertukar cerita. Melepas rindu karena sempat berpisah sejak kepindahan rumah Kinza ke perumahan non Dinas. Dan disini, di tempat ini akhir nya mereka bertemu kembali. Ibarat nya “Jodoh nggak bakal kemana.”

“Mbak pamit ya, dek. Nggak bisa lama-lama karena harus masuk kerja.” ujar Putri seraya berpamitan. Dia lantas bangkit dari duduk nya dan langsung pergi. Untung nya, Kinza sempat meminta nomor Putri. Jadi, mereka bisa berkomunikasi kembali.

“Itu siapa, Za?” tanya Claudia setibanya di dekat Kinza. Gadis itu membawa nampan berisi makanan dan minuman serta cemilannya.

“Mbak Puput, dia kakak asuh gue waktu tinggal di asrama. Baik banget orang nya, dan sudah gue anggap sebagai kakak gue sendiri.” balas Kinza sekenanya. Claudia manggut-manggut sambil memakan kentang goreng. Mereka berdua mulai menyantap satu-persatu makanan yang tadi di pesan.

Setelah puas makan. Kedua gadis itu kembali melanjutkan kegiatan dengan bermain timezone. Childish memang, tapi itu mampu membuat suasana hati mereka kembali tenang. Masalah yang datang seakan enyah begitu saja. Kinza memang sangat suka bermain timezone. Apalagi jika bermain bersama keluarga nya sendiri. Tak terasa, waktu cepat berlalu. Mereka keasyikan bermain hingga lupa waktu.

“Cla, balik yuk. Udah mau jam lima nih.” ajak Kinza setelah sadar bahwa hari telah berganti sore. Claudia menoleh, dan mengiyakan ucapan Kinza. Buru-buru kedua gadis itu menyudahi permainan mereka dan bergegas untuk pulang.

...---...

Kinza keluar dari mobil dan segera masuk ke dalam rumah. Entah kenapa langit tiba-tiba mendung dan menumpahkan rintikan hujan saat Kinza masih di perjalanan. Hal ini membuat dia harus hujan-hujanan saat masuk ke rumah. ‘Fiuhh aman.’ gumam gadis itu. Kinza masuk ke dalam rumah dengan keadaan basah, Bi Tata-asisten rumah tangga di rumah Kinza memberikan handuk supaya air yang jatuh ke lantai tidak terlalu banyak.

“Aduh, non. Kok bisa hujan-hujanan begini.” tanya Bi Tata cemas.

“Iza lupa bawa payung, bi. Jadi, ya begini deh.” balas Kinza sekenanya, gadis itu malah terkekeh.

Kinza masuk ke dalam rumah sambil memakai handuk. Tenang-tenang, dia masih memakai baju ko, hihihi.

Samar-samar, gadis itu mendengar suara gelak tawa. Rumah nya sedang ada tamu kah? Batin nya bertanya-tanya. Lantas dia mencari tau ke arah sumber suara. Rupaya suara itu berasal dari ruang keluarga, dan pelaku nya adalah Kenzo serta sorang pria. Tunggu, seorang pria?

Kinza semakin mendekat, gadis itu mengintip mencari tau siapa pria yang ada di sebelah Kenzo. Dia kenal, sungguh. Pria itu adalah Kapten. Inf. Althafariz Ramaditya Dirgantara! Itu lho si pria menyebalkan, dingin, cuek dan judes menurut Kinza. Dia memilih masuk ke kamar di bandingkan kudu bertemu kedua manusia itu. Kinza tau, dia bisa jadi bahan perbincangan konyol antara Al dan saudara kembar nya. Lantas, buru-buru gadis itu menaiki tangga, membuat jejak kebasahan pada lantai tersebut.

Pintu rumah terbuka kembali. Menampilkan sosok papa dan mama. Kedua nya datang dengan sama-sama memasang wajah lelah.

“Lho pa, ini kok lantai jadi basah begini?” tanya mama bingung, membuat si papa menggedikkan bahu nya asal.

“Mana papa tau, lha wong ini aja baru sampe.” balas papa sekenanya.

Mereka berdua beringsut masuk ke dalam, mendapati putra nya sedang bermain PS dengan seorang pria.

“Jo?” panggil mama lembut seraya mendekati kedua manusia yang tengah asik bermain PS itu.

“Hallo, om, tante.” sapa Al ramah pada mama dan papa, kedatangan mereka langsung di sambut baik oleh Al.

“Wah ada nak Al, sudah besar sekali kamu. Sudah dapet pangkat apa nih?” ujar papa terkekeh sembari menepuk-nepuk bahu Al. Dia senang bertemu dengan anak sahabat karib nya dulu.

“Alhamdulillah sudah jadi kapten, om.” balas Al sekenanya, membuat Zein juga Zahra tersenyum senang.

“Emang ya mam, kalau jodoh itu nggak kemana. Ini lho Al yang waktu itu papa ceritain.” sambung papa sambil tertawa, membuat Al tersenyum canggung dan sedikit kebingungan.

“Wah, kalau begini cerita nya mama nggak ragu deh.” balas mama sumringah.

“Kalau begitu om sama tante masuk dulu ya, nanti kita sambung ngobrol saat om sudah mengganti pakaian. Kalian enjoy aja, okay?”

“Siap, om.”

Kedua pasangan itu masuk ke dalam kamar dengan wajah berbinar. Menyisakan tanda tanya tersendiri untuk Al. Apa maksudnya ‘kalau jodoh itu nggak kemana.’ pria itu lantas kembali bermain PS di bandingkan harus mengurusi pertanyaan-pertanyaan aneh yang terus muncul di benak nya.

Jangan lupa tinggalkan jejak kalian, di tunggu like dan komentar nya🥰

Bab 3

Akhir pekan sudah berlalu. Kini semua orang kembali pada rutinitas nya masing-masing. Berbeda dengan Kinza, gadis manja itu masih tertidur pulas di kasur empuknya. Dia membenamkan kepala dalam-dalam dan menarik selimut sambil meringkuk. Bagi Kinza, pagi hari memang waktu yang cocok untuk tertidur sambil berselimut. Selain udara yang dingin, biasa nya mimpi indah bermunculan.

Suara ketukan pintu tidak di hiraukan olehnya. Dia malah semakin gencar menutup telinga dengan bantal yang mungkin sudah di banjiri air liur. elebihan kinza-dia mampu membuat sebuah pulau berisikan air liur dalam satu malam saja.

Suara ketukan pintu sudah mulai berubah, yang tadi nya berbunyi 'Tok tok tok' menjadi 'bag bug bag bug'. Itu tandanya mama sudah kesal membangunkan anak manjanya.

"Kinzaaa bangun! Hitungan sepuluh kalau nggak bangun juga, mama potong uang buat beli cemilan kamu." teriak mama dari balik pintu. Guratan emosi sudah terpampang jelas di wajah cantik nya.

******! batin Kinza.

"Iya, Kinza udah bangun!!" teriak Kinza sambil beringsut bangun dan berjalan ke arah pintu kamar mandi. Gadis itu terus menguap sembari berjalan sempoyongan.

"Kebiasaan selalu bangun siang, cepetan mandi dan sholat subuh!" ujar mama lagi-lagi berteriak. Sumpah hanya demi makanan, demi makanan gais! Demi makanan aku rela melakukan apapun.

Hampir setengah jam berlalu. Gadis bernama Kinza itu belum juga menampakkan batang hidung nya. Seharusnya sarapan sudah di mulai sejak tadi, kini mereka harus menunggu lama lantaran satu anggota keluarga mereka ada yang belum muncul.

Pintu kamar Kinza terbuka, menampilkan sosok gadis yang sekarang sudah berseragam putih abu lengkap. Wajahnya berseri-seri. Iya dong berseri-seri, lha wong hari ini dapat jatah mingguan. Itu lho jatah uang tambahan untuk membeli cemilan. Biasanya mama Kinza akan memberi tambahan uang itu pada hari senin, lalu akan di belanjakan habis untuk stok selama satu minggu.

"Abis semedi, kamu?" tanya mamanya dengan nada judes, seketika membuat Kinza tersenyum malu.

"Anu, siapin baju latihan, Ma." balas Kinza sekenanya. Dia lantas mengambil piring dan menyiuk nasi serta lauk-pauk nya.

"Ini bekal nya sudah mama siapin. Ingat yaa anak mama yang manjaaaa, nggak boleh sampai hilang atau ketinggalan lagi tupperware mama!" seloroh mama dengan sinis. Ini sih ancaman lagi. Emak-emak memang gitu biasanya. Kayak nya lebih sayang sama tupperware ketibang anak nya sendiri. Hellooow, tupperware kan memang mahal!

"Iyaa siaaaap." balas Kinza ala-ala paskibra. Lantas semua nya kembali menyantap sarapan pagi mereka.

Selesai sudah kegiatan sarapan mereka. Kinza di antar si papa ke sekolah. Biasa nya anak itu berangkat dengan Kenzo, tapiii kakak nya itu sudah berangkat sejak pagi-pagi sekali lantaran mengikuti turnamen Basket. Mau tak mau gadis itu terpaksa di antar oleh papa nya.

"Hari ini pulang jam berapa?" tanya papa di sela perjalanan. Kinza yang sedang memainkan ponsel nya lantas menoleh ke arah papa.

"Jam lima, itu pun kalo nggak ada latihan tambahan. Soalnya lima hari lagi iza ada lomba paskibra." balas Kinza apa adanya.

"Lho, sudah kelas dua belas kok masih ikut ekskul? Iza harus fokus sama belajar dong." ujar papa pelan, pria paruh baya itu menautkan alis tebal nya.

"Emang nya kenapa? Nggak ada hubungan nya kali, Pa. Selama sembilan jam belajar masih kurang emang nya?" ujar Kinza dengan santai nya. Iya lah santai, walaupun tingkah gadis itu aneh dan ajaib, tapi dia termasuk salah satu golongan siswi terbaik di sekolah. Baik di bidang akademik maupun non akademik.

"Oke deh, selalu aja bisa meyakinkan papa dengan baik. Tapi ingat ya sayang, jangan terlalu cape, kamu kan punya anemia." ucap papa dan langsung di balas anggukan oleh Kinza. Papa nya sangat over sekali saat bicara kesehatan. Bahkan waktu itu Kinza pernah di suruh untuk fakum ekskul akibat selalu pingsan setelah tampil. Tapi gadis itu selalu berusaha meyakinkan kedua orang tua nya, alhasil mereka luluh dan mengizinkan kembali Kinza untuk ikut ekskul Paskibra.

"Kinza masuk dulu ya, Pa." pamit Kinza seraya mencium tangan kekar milik papanya. Lantas si papa mencium puncak kepala anak nya dengan sayang.

"Belajar yang baik, nanti papa jemput pulang nya." balas papa setelah itu melajukan kembali mobil nya. Meninggalkan Kinza tepat di depan pintu gerbang sekolah.

Gadis itu mulai melangkahkan kaki untuk masuk ke dalam kelas. Dia melewati parkiran sekolah, lapangan, lab-lab seperti Biologi, Fisika, Kimia dan Komputer. Serta kelas-kelas yang saling berjajar.

"Za, Kinzaaa?!"

Suara panggilan seseorang menghentikan langkah nya. Gadis itu kemudian balik kanan dan mendapati seorang pria berhodie merah maroon. Nama nya Jadan Abimanyu – ketua Paskibra yang sebentar lagi akan lengser bersamaan dengan kelulusan nya tahun ini.

"Kenapa?" tanya Kinza sekenanya. Pria itu diam beberapa saat, mengatur nafas nya yang sedikit terengah akibat mengejar gadis berambut sebahu itu.

"Gue minta proker Paskibra selama setahun. Sebentar lagi kelulusan, jadi kudu bikin revisi dan laporan dari sekarang." ucap nya pelan. Sudah lebih baik dari sebelum nya. Terlihat dari helaan nafas yang sudah kembali normal.

"Oke, nanti pas latihan gue kasih. Sekalian mau urusin anggaran dana buat nanti lomba."

"Sip, sekalian formulir untuk capas baru. Nanti tinggal di print sama RC tujuh." sambung Jadan, lalu pergi dari tempat nya.

Kinza kembali melanjutkan langkah nya menuju gedung teratas. SMAN 38 Bogor mempunyai beberapa gedung sekolah dengan masing-masing gedung bertingkat dua bahkan tiga. Salah satu sekolah terelit di kota Bogor dengan siswa yang sangat berprestasi baik di bidang akademik maupun non akademik.

"Teh Kinzaa?!" panggil seseorang di belakang sana. Langkah nya kembali terhenti. Gadis itu lantas membalikkan tubuh dan berhadapan langsung dengan seorang gadis berparas cantik dengan lesung pipi serta rambut sebahu.

"Eh Sirin, ada apa yaa?" tanya Kinza ramah sambil menautkan alis tebal nya.

"Ini ada titipan dari Bang Juna. Tadi aku ketemu di gerbang pas dia mau dinas." ucap gadis bernama Sirin itu. Kinza lantas meraih sebuah amplop coklat dan sebuah buku diary kecil.

"Makasih ya, kalau gitu teteh masuk kelas dulu." ujar Kinza berterima kasih dan langsung berpamitan. Sirin mengangguk kecil lalu ikut pergi dari tempat nya untuk masuk kelas.

Kinza masuk ke dalam kelas yang sudah lumayan ramai. Sapaan muncul dari mana-mana tatkala dirinya masuk. Gadis itu lantas menaruh tas di atas meja dan membuka amplop coklat yang entah apa isi nya. Perlahan, tangan lentik nya mulai membuka perekat amplop tersebut dan mengeluarkan isi di dalam nya.

Lima buah foto seorang pria. Foto pertama menunjukkan seseorang sedang berdiri gagah dengan balutan pakaian Putih-putih khas Paskibra. Foto kedua menampakkan seorang pria yang sama dengan balutan pakaian kebanggaan Paskibra Cakra Yudha. Foto ketiga, masih orang yang sama dengan balutan baju hitam-putih khas seorang casis. Foto ke empat, masih orang yang sama juga dengan balutan baju khas Akademi Militer berwarna biru laut. Dan foto yang terakhir, masih dengan orang yang sama memakai seragam loreng lengkap.

Oh My God! gumam Kinza dengan hati berbinar. Hati Kinza menghangat seketika. Pria di dalam foto tersebut adalah senior Kinza sejak SMP, ah lebih tepat nya purna. Pasal nya ketika Kinza kelas satu SMP, senior nya itu sudah duduk di kelas dua belas. Sebersit ingatan masa lalu berputar di otak gadis itu. Ah, rasanya terlalu indah untuk di kenang. Gadis itu lantas membuka catatan kecil nya dan langsung membaca surat tersebut.

To : Kinza Irsyania Malik

From : Arjuna Bima Nusamalima

Hallo anak kecil, apa kabar mu? Semoga selalu sehat dan tetap ceria seperti dulu kala. Masih ingat kan sama abang? Abang harap Kinza tidak lupa. Alhamdulillah sekitar satu tahun lalu, abang sudah lulus pendidikan Akademi Militer. Sekarang dinas di Jakarta. Tak jauh dari rumah kediaman Kinza. Maaf baru memberi kabar sekarang. Waktu di AKMIL ponsel abang hilang, semua yang ada di dalam nya pun ikut hilang. Jadi abang tidak bisa menghubungi mu. Kapan-kapan kita bertemu ya? Abang sudah rindu sama Kinza. Abang harap Kinza tidak menolak.

^^^Salam rindu.^^^

^^^Arjuna Bima Nusamalima^^^

Yaashhh!!

Hati Kinza kembali menghangat. Kinza benar-benar senang sekarang. Terima kasih karena telah mengembalikan abang Juna kuuuu. Gumam gadis itu dalam hati. Senyum nya tak henti-henti mengembang setelah membaca surat tersebut. Kinza senang, benar-benar senang.

"Claudiaaaaa, arghh gue seneng banget!" pekik Kinza sambil memeluk tubuh Claudia dengan erat. Membuat Claudia sesak dan merasa risih.

"Ih apa-apaan sih lo. Sakit tauk!" decak Claudia sebal sambil melepas paksa pelukan Kinza dari tubuhnya. Kinza terkekeh sambil senyum bak orang tidak waras.

"Sumpah gue seneng banget, arghhh!" ujar nya lagi sambil berteriak.

"Udah ya, sekarang cerita seneng nya kenapa?" tanya Claudia penasaran. Alis nya terangkat dan dahi nya berkerut.

"Bang Juna udah pulang pendidikan, dia ngajakin ketemuan." balas Kinza dengan wajah sumringah. Claudia ikut senang juga. Iya senang, siapa sih yang nggak senang melihat sahabat karib nya sedang dilanda bahagia?

"Wah, ini sih rejeki nomplok. Cieee, kisah kasih terulang lagi, euy!" gumam Claudia pelan.

"Ihh deg-degaaan, seneng banget mau bertemu pujaan hati."

"Di pending dulu, nanti pulang sekolah lanjut lagi." ujar Claudia tatkala mendengar suara bel yang menggelegar itu. Kinza terkekeh. Lalu keduanya duduk di bangku masing-masing.

...---...

Pukul empat tepat, semua anggota Paskibra Cakra Yudha sudah siap di lapangan dengan memakai baju PDL kebanggaan satuan mereka. Tak terkecuali dengan Kinza, Claudia, Jadan, Ilham, Kinan, Intan, Kharisma dan Annisa. Semua orang itu sama-sama sibuk mengurusi beberapa berkas penting yang harus segera siap sebelum kelulusan dilaksanakan. Ah, lebih tepat nya sebelum ujian nasional di laksanakan. Ke delapan orang itu adalah angkatan ke lima yang sebentar lagi akan lengser.

Tiga buah laptop digunakan untuk masing-masing membuat formulir, anggaran dana, serta program kerja. Sibuk. Satu kata yang menggambarkan kedelapan orang itu.

Sementara di lapangan, adik-adik junior mereka tetap latihan seperti biasa. Ada pelatih juga senior yang ikut membantu. Biasanya, para purna dan senior akan berdatangan pada saat junior mereka akan mengikuti lomba, atau datang untuk melepas rindu dan membantu melatih di hari-hari biasa. Begitu juga dengan Paskibra Cakra Yudha. Sudah lumrah bahkan di anggap tradisi.

"Kang Jadan,Teh Kinza, di panggil sama kang Yogi." ujar seorang laki-laki berperawakan tinggi besar. Siapa lagi kalau bukan Jojo alias Joan. Komandan pasukan yang merupakan adik kelas mereka.

Kedua orang yang di panggil nama nya itu lantas menoleh.

"Oke dek, makasih ya." balas Jadan sekenanya. Lalu mereka berdua bangkit untuk menemui pelatih mereka-Kang Yogi.

"Punten kang, ada apa, ya, manggil saya sama Kinza?" tanya Jadan to the point tapi tetap sopan. Kang Yogi yang sedang memperhatikan anak didik nya berbaris lantas menoleh.

"Anggaran dana gimana? Terus alat tempur nya sudah siap?" tanya Kang Yogi seraya membawa mereka ke tepi lapangan.

"Alat tempur sudah siap kang, tinggal dana aja yang belum cair. Itu surat pengajuan tinggal di print aja." balas Jadan sopan.

"Bagus, oh iya kelas dua belas masih bisa turun lomba kan satu kali lagi?" tanya Kang Yogi lagi.

"Iyaa kang, masih bisa sampai semester satu."

"Oke deh, kalian turun lagi ya. Sok lanjut lagi urusin dana nya."

"Siap, kang."

Jadan dan Kinza kembali lagi ke kelas. Serta merta kembali mengerjakan tugas. Kinza melongo sesaat.

"Jadi gue di panggil buat apa? Di tanya kaga ngejawab juga kaga!" dengus Kinza sembari melipat tangan nya di dada. Membuat Jadan yang berjalan di samping nya tertawa kecil.

"Lo kan asisten gue, jadi dimana ada gue pasti ada lo." balas Jadan nyeleneh membuat Kinza enek.

"Mimpi aja lo, jangan kebanyakan main PS deh nanti jadi tukang halu kaya abang gue!" cibir Kinza malas setelah itu berjalan mendahului Jadan, membuat pria itu geleng-geleng kepala sendiri.

"Masih mending ngehalu, dari pada lo cewek manja yang rese dan bawelnya minta ampun!" celetuk Jadan tapi tak di hiraukan oleh Kinza. Dia malah semakin melengos begitu saja. Meninggalkan Jadan dengan segala omongan nya.

"Bodo gue nggak peduli!"

Waktu terus berjalan. Mentari yang tadi nya menyala terang kini sudah mulai meredup. Pukul setengah enam, kedelapan orang tersebut masih bergelut dengan laptop. Formulir dan anggaran dana sudah siap, tinggal program kerja yang mungkin akan di lanjut lain hari.

Kinza memakai tas serut hitam di punggung nya. Gadis itu bersiap untuk segera pulang. Claudia dan yang lain mengendarai motor. Berbeda dengan Kinza yang harus menunggu jemputan papa. Beberapa kali gadis itu berusaha menelepon papa nya tapi tak kunjung di angkat.

"Yuk balik bareng gue aja, bokap lo mah kerjaan nya ngegantung melulu." cibir Claudia pelan lalu terkekeh. Dia dan teman-teman nya masih setia menemani Kinza untuk segera mendapat jemputan.

"Nggak deh, masalah nya dia udah bilang mau jemput gue. Mungkin sekarang lagi di jalan dan ponsel nya low." ujar Kinza berusaha meyakinkan. Membuat teman nya manggut-manggut percaya.

"Kalian duluan aja, gue nggak papa ko. Ada mang Jajang yang nemenin gue." ucap Kinza pelan. Gadis itu tidak enak menjadi alasan mengapa teman-teman nya masih di sini.

"Lo serius, Za?" tanya Annisa cemas.

"Iyaa dong, udah sana pada pulang." kekeh Kinza. Dengan terpaksa teman-teman nya mengiyakan. Alhasil Kinza di temani mang Jajang menunggu papa nya datang.

"Non, si papa belum jemput juga?" tanya mang Jajang cemas.

"Iya mang, paling sebentar lagi." balas Kinza sekenanya. Jujur saja, gadis itu pun sama cemas nya.

Tiba-tiba ponsel nya berdering dan menampilkan nama kontak 'My Hero'. Wajah Kinza seketika berbinar.

"Hal...."

"Sayang, maaf ya papa tidak bisa jemput. Papa udah suruh bang Al untuk jemput kamu, tunggu aja sebentar lagi dia datang. Papa benar-benar sibuk sekarang. Baik-baik ya nak, maafkan papa."

“Tuuut...”

What?! Apa-apaan ini? Di jemput sama bang Al? Bang Al gais, bang Al, hellloowww bang Al? gumam Kinza setengah tak percaya.

Dan benar saja. Sebuah mobil Kijang Inova sudah terparkir mulus di dekat Kinza dan mang Jajang. Sontak Kinza mendongak dan melihat si pemilik mobil.

Bang Al.

Jangan lupa tinggalkan jejak kalian, bom like dan komen nya di tunggu. Bantu vote aku juga ya temans!🥰

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!