Bab 3

Akhir pekan sudah berlalu. Kini semua orang kembali pada rutinitas nya masing-masing. Berbeda dengan Kinza, gadis manja itu masih tertidur pulas di kasur empuknya. Dia membenamkan kepala dalam-dalam dan menarik selimut sambil meringkuk. Bagi Kinza, pagi hari memang waktu yang cocok untuk tertidur sambil berselimut. Selain udara yang dingin, biasa nya mimpi indah bermunculan.

Suara ketukan pintu tidak di hiraukan olehnya. Dia malah semakin gencar menutup telinga dengan bantal yang mungkin sudah di banjiri air liur. elebihan kinza-dia mampu membuat sebuah pulau berisikan air liur dalam satu malam saja.

Suara ketukan pintu sudah mulai berubah, yang tadi nya berbunyi 'Tok tok tok' menjadi 'bag bug bag bug'. Itu tandanya mama sudah kesal membangunkan anak manjanya.

"Kinzaaa bangun! Hitungan sepuluh kalau nggak bangun juga, mama potong uang buat beli cemilan kamu." teriak mama dari balik pintu. Guratan emosi sudah terpampang jelas di wajah cantik nya.

******! batin Kinza.

"Iya, Kinza udah bangun!!" teriak Kinza sambil beringsut bangun dan berjalan ke arah pintu kamar mandi. Gadis itu terus menguap sembari berjalan sempoyongan.

"Kebiasaan selalu bangun siang, cepetan mandi dan sholat subuh!" ujar mama lagi-lagi berteriak. Sumpah hanya demi makanan, demi makanan gais! Demi makanan aku rela melakukan apapun.

Hampir setengah jam berlalu. Gadis bernama Kinza itu belum juga menampakkan batang hidung nya. Seharusnya sarapan sudah di mulai sejak tadi, kini mereka harus menunggu lama lantaran satu anggota keluarga mereka ada yang belum muncul.

Pintu kamar Kinza terbuka, menampilkan sosok gadis yang sekarang sudah berseragam putih abu lengkap. Wajahnya berseri-seri. Iya dong berseri-seri, lha wong hari ini dapat jatah mingguan. Itu lho jatah uang tambahan untuk membeli cemilan. Biasanya mama Kinza akan memberi tambahan uang itu pada hari senin, lalu akan di belanjakan habis untuk stok selama satu minggu.

"Abis semedi, kamu?" tanya mamanya dengan nada judes, seketika membuat Kinza tersenyum malu.

"Anu, siapin baju latihan, Ma." balas Kinza sekenanya. Dia lantas mengambil piring dan menyiuk nasi serta lauk-pauk nya.

"Ini bekal nya sudah mama siapin. Ingat yaa anak mama yang manjaaaa, nggak boleh sampai hilang atau ketinggalan lagi tupperware mama!" seloroh mama dengan sinis. Ini sih ancaman lagi. Emak-emak memang gitu biasanya. Kayak nya lebih sayang sama tupperware ketibang anak nya sendiri. Hellooow, tupperware kan memang mahal!

"Iyaa siaaaap." balas Kinza ala-ala paskibra. Lantas semua nya kembali menyantap sarapan pagi mereka.

Selesai sudah kegiatan sarapan mereka. Kinza di antar si papa ke sekolah. Biasa nya anak itu berangkat dengan Kenzo, tapiii kakak nya itu sudah berangkat sejak pagi-pagi sekali lantaran mengikuti turnamen Basket. Mau tak mau gadis itu terpaksa di antar oleh papa nya.

"Hari ini pulang jam berapa?" tanya papa di sela perjalanan. Kinza yang sedang memainkan ponsel nya lantas menoleh ke arah papa.

"Jam lima, itu pun kalo nggak ada latihan tambahan. Soalnya lima hari lagi iza ada lomba paskibra." balas Kinza apa adanya.

"Lho, sudah kelas dua belas kok masih ikut ekskul? Iza harus fokus sama belajar dong." ujar papa pelan, pria paruh baya itu menautkan alis tebal nya.

"Emang nya kenapa? Nggak ada hubungan nya kali, Pa. Selama sembilan jam belajar masih kurang emang nya?" ujar Kinza dengan santai nya. Iya lah santai, walaupun tingkah gadis itu aneh dan ajaib, tapi dia termasuk salah satu golongan siswi terbaik di sekolah. Baik di bidang akademik maupun non akademik.

"Oke deh, selalu aja bisa meyakinkan papa dengan baik. Tapi ingat ya sayang, jangan terlalu cape, kamu kan punya anemia." ucap papa dan langsung di balas anggukan oleh Kinza. Papa nya sangat over sekali saat bicara kesehatan. Bahkan waktu itu Kinza pernah di suruh untuk fakum ekskul akibat selalu pingsan setelah tampil. Tapi gadis itu selalu berusaha meyakinkan kedua orang tua nya, alhasil mereka luluh dan mengizinkan kembali Kinza untuk ikut ekskul Paskibra.

"Kinza masuk dulu ya, Pa." pamit Kinza seraya mencium tangan kekar milik papanya. Lantas si papa mencium puncak kepala anak nya dengan sayang.

"Belajar yang baik, nanti papa jemput pulang nya." balas papa setelah itu melajukan kembali mobil nya. Meninggalkan Kinza tepat di depan pintu gerbang sekolah.

Gadis itu mulai melangkahkan kaki untuk masuk ke dalam kelas. Dia melewati parkiran sekolah, lapangan, lab-lab seperti Biologi, Fisika, Kimia dan Komputer. Serta kelas-kelas yang saling berjajar.

"Za, Kinzaaa?!"

Suara panggilan seseorang menghentikan langkah nya. Gadis itu kemudian balik kanan dan mendapati seorang pria berhodie merah maroon. Nama nya Jadan Abimanyu – ketua Paskibra yang sebentar lagi akan lengser bersamaan dengan kelulusan nya tahun ini.

"Kenapa?" tanya Kinza sekenanya. Pria itu diam beberapa saat, mengatur nafas nya yang sedikit terengah akibat mengejar gadis berambut sebahu itu.

"Gue minta proker Paskibra selama setahun. Sebentar lagi kelulusan, jadi kudu bikin revisi dan laporan dari sekarang." ucap nya pelan. Sudah lebih baik dari sebelum nya. Terlihat dari helaan nafas yang sudah kembali normal.

"Oke, nanti pas latihan gue kasih. Sekalian mau urusin anggaran dana buat nanti lomba."

"Sip, sekalian formulir untuk capas baru. Nanti tinggal di print sama RC tujuh." sambung Jadan, lalu pergi dari tempat nya.

Kinza kembali melanjutkan langkah nya menuju gedung teratas. SMAN 38 Bogor mempunyai beberapa gedung sekolah dengan masing-masing gedung bertingkat dua bahkan tiga. Salah satu sekolah terelit di kota Bogor dengan siswa yang sangat berprestasi baik di bidang akademik maupun non akademik.

"Teh Kinzaa?!" panggil seseorang di belakang sana. Langkah nya kembali terhenti. Gadis itu lantas membalikkan tubuh dan berhadapan langsung dengan seorang gadis berparas cantik dengan lesung pipi serta rambut sebahu.

"Eh Sirin, ada apa yaa?" tanya Kinza ramah sambil menautkan alis tebal nya.

"Ini ada titipan dari Bang Juna. Tadi aku ketemu di gerbang pas dia mau dinas." ucap gadis bernama Sirin itu. Kinza lantas meraih sebuah amplop coklat dan sebuah buku diary kecil.

"Makasih ya, kalau gitu teteh masuk kelas dulu." ujar Kinza berterima kasih dan langsung berpamitan. Sirin mengangguk kecil lalu ikut pergi dari tempat nya untuk masuk kelas.

Kinza masuk ke dalam kelas yang sudah lumayan ramai. Sapaan muncul dari mana-mana tatkala dirinya masuk. Gadis itu lantas menaruh tas di atas meja dan membuka amplop coklat yang entah apa isi nya. Perlahan, tangan lentik nya mulai membuka perekat amplop tersebut dan mengeluarkan isi di dalam nya.

Lima buah foto seorang pria. Foto pertama menunjukkan seseorang sedang berdiri gagah dengan balutan pakaian Putih-putih khas Paskibra. Foto kedua menampakkan seorang pria yang sama dengan balutan pakaian kebanggaan Paskibra Cakra Yudha. Foto ketiga, masih orang yang sama dengan balutan baju hitam-putih khas seorang casis. Foto ke empat, masih orang yang sama juga dengan balutan baju khas Akademi Militer berwarna biru laut. Dan foto yang terakhir, masih dengan orang yang sama memakai seragam loreng lengkap.

Oh My God! gumam Kinza dengan hati berbinar. Hati Kinza menghangat seketika. Pria di dalam foto tersebut adalah senior Kinza sejak SMP, ah lebih tepat nya purna. Pasal nya ketika Kinza kelas satu SMP, senior nya itu sudah duduk di kelas dua belas. Sebersit ingatan masa lalu berputar di otak gadis itu. Ah, rasanya terlalu indah untuk di kenang. Gadis itu lantas membuka catatan kecil nya dan langsung membaca surat tersebut.

To : Kinza Irsyania Malik

From : Arjuna Bima Nusamalima

Hallo anak kecil, apa kabar mu? Semoga selalu sehat dan tetap ceria seperti dulu kala. Masih ingat kan sama abang? Abang harap Kinza tidak lupa. Alhamdulillah sekitar satu tahun lalu, abang sudah lulus pendidikan Akademi Militer. Sekarang dinas di Jakarta. Tak jauh dari rumah kediaman Kinza. Maaf baru memberi kabar sekarang. Waktu di AKMIL ponsel abang hilang, semua yang ada di dalam nya pun ikut hilang. Jadi abang tidak bisa menghubungi mu. Kapan-kapan kita bertemu ya? Abang sudah rindu sama Kinza. Abang harap Kinza tidak menolak.

^^^Salam rindu.^^^

^^^Arjuna Bima Nusamalima^^^

Yaashhh!!

Hati Kinza kembali menghangat. Kinza benar-benar senang sekarang. Terima kasih karena telah mengembalikan abang Juna kuuuu. Gumam gadis itu dalam hati. Senyum nya tak henti-henti mengembang setelah membaca surat tersebut. Kinza senang, benar-benar senang.

"Claudiaaaaa, arghh gue seneng banget!" pekik Kinza sambil memeluk tubuh Claudia dengan erat. Membuat Claudia sesak dan merasa risih.

"Ih apa-apaan sih lo. Sakit tauk!" decak Claudia sebal sambil melepas paksa pelukan Kinza dari tubuhnya. Kinza terkekeh sambil senyum bak orang tidak waras.

"Sumpah gue seneng banget, arghhh!" ujar nya lagi sambil berteriak.

"Udah ya, sekarang cerita seneng nya kenapa?" tanya Claudia penasaran. Alis nya terangkat dan dahi nya berkerut.

"Bang Juna udah pulang pendidikan, dia ngajakin ketemuan." balas Kinza dengan wajah sumringah. Claudia ikut senang juga. Iya senang, siapa sih yang nggak senang melihat sahabat karib nya sedang dilanda bahagia?

"Wah, ini sih rejeki nomplok. Cieee, kisah kasih terulang lagi, euy!" gumam Claudia pelan.

"Ihh deg-degaaan, seneng banget mau bertemu pujaan hati."

"Di pending dulu, nanti pulang sekolah lanjut lagi." ujar Claudia tatkala mendengar suara bel yang menggelegar itu. Kinza terkekeh. Lalu keduanya duduk di bangku masing-masing.

...---...

Pukul empat tepat, semua anggota Paskibra Cakra Yudha sudah siap di lapangan dengan memakai baju PDL kebanggaan satuan mereka. Tak terkecuali dengan Kinza, Claudia, Jadan, Ilham, Kinan, Intan, Kharisma dan Annisa. Semua orang itu sama-sama sibuk mengurusi beberapa berkas penting yang harus segera siap sebelum kelulusan dilaksanakan. Ah, lebih tepat nya sebelum ujian nasional di laksanakan. Ke delapan orang itu adalah angkatan ke lima yang sebentar lagi akan lengser.

Tiga buah laptop digunakan untuk masing-masing membuat formulir, anggaran dana, serta program kerja. Sibuk. Satu kata yang menggambarkan kedelapan orang itu.

Sementara di lapangan, adik-adik junior mereka tetap latihan seperti biasa. Ada pelatih juga senior yang ikut membantu. Biasanya, para purna dan senior akan berdatangan pada saat junior mereka akan mengikuti lomba, atau datang untuk melepas rindu dan membantu melatih di hari-hari biasa. Begitu juga dengan Paskibra Cakra Yudha. Sudah lumrah bahkan di anggap tradisi.

"Kang Jadan,Teh Kinza, di panggil sama kang Yogi." ujar seorang laki-laki berperawakan tinggi besar. Siapa lagi kalau bukan Jojo alias Joan. Komandan pasukan yang merupakan adik kelas mereka.

Kedua orang yang di panggil nama nya itu lantas menoleh.

"Oke dek, makasih ya." balas Jadan sekenanya. Lalu mereka berdua bangkit untuk menemui pelatih mereka-Kang Yogi.

"Punten kang, ada apa, ya, manggil saya sama Kinza?" tanya Jadan to the point tapi tetap sopan. Kang Yogi yang sedang memperhatikan anak didik nya berbaris lantas menoleh.

"Anggaran dana gimana? Terus alat tempur nya sudah siap?" tanya Kang Yogi seraya membawa mereka ke tepi lapangan.

"Alat tempur sudah siap kang, tinggal dana aja yang belum cair. Itu surat pengajuan tinggal di print aja." balas Jadan sopan.

"Bagus, oh iya kelas dua belas masih bisa turun lomba kan satu kali lagi?" tanya Kang Yogi lagi.

"Iyaa kang, masih bisa sampai semester satu."

"Oke deh, kalian turun lagi ya. Sok lanjut lagi urusin dana nya."

"Siap, kang."

Jadan dan Kinza kembali lagi ke kelas. Serta merta kembali mengerjakan tugas. Kinza melongo sesaat.

"Jadi gue di panggil buat apa? Di tanya kaga ngejawab juga kaga!" dengus Kinza sembari melipat tangan nya di dada. Membuat Jadan yang berjalan di samping nya tertawa kecil.

"Lo kan asisten gue, jadi dimana ada gue pasti ada lo." balas Jadan nyeleneh membuat Kinza enek.

"Mimpi aja lo, jangan kebanyakan main PS deh nanti jadi tukang halu kaya abang gue!" cibir Kinza malas setelah itu berjalan mendahului Jadan, membuat pria itu geleng-geleng kepala sendiri.

"Masih mending ngehalu, dari pada lo cewek manja yang rese dan bawelnya minta ampun!" celetuk Jadan tapi tak di hiraukan oleh Kinza. Dia malah semakin melengos begitu saja. Meninggalkan Jadan dengan segala omongan nya.

"Bodo gue nggak peduli!"

Waktu terus berjalan. Mentari yang tadi nya menyala terang kini sudah mulai meredup. Pukul setengah enam, kedelapan orang tersebut masih bergelut dengan laptop. Formulir dan anggaran dana sudah siap, tinggal program kerja yang mungkin akan di lanjut lain hari.

Kinza memakai tas serut hitam di punggung nya. Gadis itu bersiap untuk segera pulang. Claudia dan yang lain mengendarai motor. Berbeda dengan Kinza yang harus menunggu jemputan papa. Beberapa kali gadis itu berusaha menelepon papa nya tapi tak kunjung di angkat.

"Yuk balik bareng gue aja, bokap lo mah kerjaan nya ngegantung melulu." cibir Claudia pelan lalu terkekeh. Dia dan teman-teman nya masih setia menemani Kinza untuk segera mendapat jemputan.

"Nggak deh, masalah nya dia udah bilang mau jemput gue. Mungkin sekarang lagi di jalan dan ponsel nya low." ujar Kinza berusaha meyakinkan. Membuat teman nya manggut-manggut percaya.

"Kalian duluan aja, gue nggak papa ko. Ada mang Jajang yang nemenin gue." ucap Kinza pelan. Gadis itu tidak enak menjadi alasan mengapa teman-teman nya masih di sini.

"Lo serius, Za?" tanya Annisa cemas.

"Iyaa dong, udah sana pada pulang." kekeh Kinza. Dengan terpaksa teman-teman nya mengiyakan. Alhasil Kinza di temani mang Jajang menunggu papa nya datang.

"Non, si papa belum jemput juga?" tanya mang Jajang cemas.

"Iya mang, paling sebentar lagi." balas Kinza sekenanya. Jujur saja, gadis itu pun sama cemas nya.

Tiba-tiba ponsel nya berdering dan menampilkan nama kontak 'My Hero'. Wajah Kinza seketika berbinar.

"Hal...."

"Sayang, maaf ya papa tidak bisa jemput. Papa udah suruh bang Al untuk jemput kamu, tunggu aja sebentar lagi dia datang. Papa benar-benar sibuk sekarang. Baik-baik ya nak, maafkan papa."

“Tuuut...”

What?! Apa-apaan ini? Di jemput sama bang Al? Bang Al gais, bang Al, hellloowww bang Al? gumam Kinza setengah tak percaya.

Dan benar saja. Sebuah mobil Kijang Inova sudah terparkir mulus di dekat Kinza dan mang Jajang. Sontak Kinza mendongak dan melihat si pemilik mobil.

Bang Al.

Jangan lupa tinggalkan jejak kalian, bom like dan komen nya di tunggu. Bantu vote aku juga ya temans!🥰

Terpopuler

Comments

Riyan saputro

Riyan saputro

author tau aja klo taperwer mahal mknya aq punya aq simpan lemari

2022-07-17

0

Caramelatte

Caramelatte

semangat thor!
Dapat salam dari "Belong to Esme"

2020-12-09

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!