"Pede banget sih! Siapa juga yang naksir lelaki nggak jelas kek kamu!" sahut Mala.
Lagi-lagi Romeo tertawa. Dia membenarkan ucapan Mala.
Gadis itu tidak tahu siapa sebenarnya Romeo. Sampai saat ini pun Romeo tidak menceritakan apa-apa tentang dirinya.
Malam semakin larut. Mata Romeo sudah mulai berat. Namun, Mala masih mengotak-atik ponsel barunya. Dia sedikit demi sedikit paham bagaimana caranya menggunakan ponsel itu.
"Terus selain WhatsApp apa aku bisa buat Facebook?" tanya Mala.
Hening, tidak ada jawaban dari Romeo. Rupanya lelaki itu sudah terlelap.
"Ck, udah molor aja!"
Mala meletakkan ponselnya di meja dekat ranjang. Lalu memberi bantal guling sebagai batasan antara dirinya dengan Romeo. Padahal tetap saja Romeo bisa menyentuhnya.
Mala memang tidak terlihat kecewa dengan pernikahan ini. Meski di jodohkan dan menikah di usia sangat muda, Mala menerimanya dengan ikhlas. Dia hanya ingin kedua orangtuanya bahagia, meski hatinya terasa sangat sakit.
Lagipula percumah saja dia menolak perjodohan itu. Toh, mereka sudah sah menjadi suami istri. Meski Mala masih penasaran dengan siapa Romeo.
Mala tidak bertanya soal hal itu. Biarlah Romeo yang akan menjelaskannya. Meski selalu Mala sindir, tapi tetap saja lelaki itu tidak mau mengakui.
.
Pagi telah tiba, alarm di ponsel Romeo berbunyi. Romeo meraba ponsel itu, rupanya bukan ponsel yang ia temukan. Melainkan ... wajah Mala.
Mala terkejut saat tangan Romeo memegang wajahnya. Terlebih posisi mereka sedang berpelukan. Oh, astaga! ingin rasanya Mala berteriak. Namun, ia sadar sedang berada di rumah orangtuanya.
Mala mendorong tubuh Romeo hingga jatuh tersungkur ke lantai. Romeo kaget dan menggaruk kepalanya saat terbangun. Cepat ia mematikan alarm yang terus berbunyi.
"Kamu lancang sekali?" tanya Mala menutupi tubuhnya dengan selimut.
Romeo mengernyit. Memangnya apa yang telah ia lakukan?
"Kamu memelukku!"
"Ya ampun, mana aku tahu. Aku tidak sadar!"
"Bagaimana kalau aku hamil?"
Romeo mengusap wajahnya. Sepagi ini ia tertawa mendengar ucapan polos Mala. Sungguh istrinya ini sangat polos! Usia boleh remaja tapi pikiran masih bocah.
"Mala, kamu kan udah gede. Kalau cuma di peluk kamu nggak hamil."
Mala memperlihatkan deretan gigi putihnya. Dia terlalu polos atau bodoh?
"Kamu mau tahu caranya biar kamu bisa hamil?"
Romeo mendekati tubuh Mala, hingga wajah mereka hampir tidak berjarak. Mala nampak gelagapan saat napas hangat Romeo bisa ia rasakan.
Gelak tawa terdengar dari mulut Romeo. Tawa yang sangat renyah hingga Mala pun ikut tertawa.
"Kamu polos banget sih, gitu aja sudah takut. Gimana kalau beneran di cium?"
Seketika wajah Mala memerah. Dia sama sekali belum pernah dekat dengan lelaki, meski banyak yang menyukainya. Apalagi di cium oleh lelaki lain selain ayahnya.
"Jahat banget sih!"
Mala memukuli tubuh Romeo dengan bantal. Lelaki itu terus terkekeh geli.
***
"Jaga dirimu baik-baik. Dua hari lagi aku akan kembali menjemputmu!" ucap Romeo.
Mala yang sedang berdiri di depan cermin itu mematung. Romeo telah mencium keningnya. Debaran di dada Mala semakin kencang. Ia tidak percaya dengan apa yang baru saja di alami.
Perlakuan Romeo sangat lembut dan sopan. Meski sudah berstatus suami istri, Romeo tidak memaksa Mala untuk melakukan hal yang sewajarnya suami istri lakukan.
"Kenapa jantungku terus berdebar ya?" gumam Mala.
Gadis itu memegang dadanya. Sepeninggal Romeo dari kamar itu, Mala terus memegangi keningnya. Dia memang tidak mengenal Romeo. Namun, perlakuannya sungguh tidak asing.
.
Pagi ini Mala mulai bersekolah kembali setelah libur satu minggu. Lali Romeo hendak mengunjungi proyek miliknya di luar kota selama dua hari.
Sebagai gadis yang sudah berstatus istri Romeo, Mala tidak perduli. Karena memang Mala tidak tahu harus bagaimana. Bahkan cinta pun tidak tumbuh di hati Mala. Meski rasa nyaman itu ada. Baru bertemu dua hari tapi Mala merasa tidak canggung dengan lelaki itu.
"Kok kamu ikut juga?" tanya Mala saat masuk ke dalam mobil.
"Ya kan satu arah. Ke sekolah kamu terus aku pulang ambil baju."
"Jadi kamu ikut ke sekolah?"
"Memangnya kenapa?"
"Nggak usah turun! Nanti apa kata temen-temen?"
"Ya!"
Romeo pun menuruti gadisnya. Dia selalu merasa gemas dengan Mala. Ingin mencubit hidung itu, tapi selalu Romeo tahan.
"Kau bawa ponsel?"
"Iya, Aku membawanya."
"Baguslah, nanti aku bisa menghubungimu."
****
Kembali masuk sekolah karena libur dalam satu minggu, tentu hal yang sangat membahagiakan para siswa. Mereka melepas rindu pada teman-temannya. Meski seringkali bertukar kabar melalui ponsel.
Berbeda dengan sahabat Mala yang sama sekali tidak pernah bertemu selama seminggu. Mala tidak memiliki ponsel, makanya keempat sahabatnya itu tidak bisa menghubungi Mala.
"Mala!" panggil salah satu teman Mala
. Aluna namanya.
Mala yang baru saja keluar dari mobil, buru-buru menutup pintu mobil agar Aluna tidak melihat siapa yang di dalam.
"Aluna?"
Mala menghampiri. Lalu mereka berpelukan khas remaja. Dari dalam mobil, Romeo tersenyum melihat pemandangan itu.
"Aku kangen banget!" ucap Aluna.
"Sama, aku juga kangen banget!"
"Tadi di antar siapa?" tanya Aluna.
"Dia ... teman Ayah. Kebetulan menginap dan sekalian antar."
Aluna mengangguk. Mala merasa lega karena Aluna tidak mempertanyakan hal itu lagi lebih dalam.
"Lun, bagi nomor kamu dong!" ucap Mala saat berjalan masuk ke kelas.
"Kamu punya ponsel?" tanya Aluna.
Mala mengangguk, lalu mengeluarkan ponsel barunya.
"Wah, Mala. ini ... bagus banget. Ponsel keluaran terbaru dan sangat mahal."
"Benarkah?"
Mala tidak menyangka jika Romeo membelikannya ponsel keluaran terbaru dengan harga yang lumayan mahal.
Lalu tiba-tiba seorang anak perempuan yang memakai aksesoris di tangan dan beberapa penjepit rambut di kepalanya itu, mengambil ponsel milik Mala yang di pegang Aluna.
"Hasil jual keperawanan kah? Mana mungkin kamu bisa beli ini! Udah gitu berangkat naik mobil!"
Aluna merebut kembali ponsel milik Mala. Dia tidak terima jika Mala dilecehkan seperti itu.
"Risa! jaga mulutmu. Memangnya kamu aja yang bisa beli hape baru?"
"Oh, selalu jadi pahlawan! Kamu pikir aja sendiri! Mana mungkin sahabatmu ini bisa beli hape mahal! Sekolah aja pake beasiswa!"
"Setidaknya aku bisa membuat orangtua bangga! Aku memang orang susah, untuk beli hape aja harus nabung bertahun-tahun. Lalu apakah orang susah itu tidak bisa beli hape?"
Mala memberanikan diri berkata. Sejak dulu jika Risa mengolok-olok dirinya, dia tidak pernah angkat suara. Aluna yang selalu membela.
"Kamu menuduhku seperti itu, apa jangan-jangan kamu sendiri yang melakukannya?"
next ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Nafsiah Manaf
bagus keren thor..
lanjut
2020-07-12
0
Nasrul Maulida
aq suka thor😍😍😍
2019-11-16
0
Devi Hidayani
ini g da yang koment yang like juga kagak ada padahal. ceritanya menarik
woi para readers kemane kalian
2019-08-29
1