Cacian dan makian terus terlontar dari mulut Risa. Mungkin dia merasa iri, karena Mala tiba-tiba datang dengan mobil mewah dan memiliki ponsel baru. Ya begitulah masa-masa remaja. Banyak kerikil tajam yang selalu menusuk ke kaki.
“Liatin aja nanti, ucapan gue bakal kenyataan!” ucap Risa sebelum berlalu.
Nafasnya tersengal karena Risa dan Aluna saling jambak-jambakan. Padahal yang dituduh hanya diam, Mala mencoba melerai tapi ia malah jatuh tersungkur ke lantai. Pantatnya terasa sakit tadi.
“Anak itu memang nggak bisa jaga mulutnya!” tutur Aluna kesal.
“Sudah, biarkan saja. Lagipula semua itu tidak benar!”
Mala menyadari ucapan Risa itu benar atau tidak. Dirinya sudah menikah tanpa alasan yang tidak ia mengerti. Apa mungkin yang dikatakan Risa itu benar? Tapi selama ini Romeo tidak berani menyentuhnya. Bahkan tidak meminta sesuatu seperti pasangan suami istri pada umumnya.
Menyadari Mala terdiam, Aluna berpikir sahabatnya itu sakit hati.
“La, kamu jangan ambil hati. Bukankah itu hal biasa?”
Aluna menepuk bahu Mala. Gadis itu terlonjak kaget. Rupanya Mala melamun.
“Kamu ngelamunin apa sih?”
Mala menggeleng. Lalu memberikan seulas senyum untuk mengalihkan perasaannya. Dia takut Aluna mencurigai tentang perasaannya saat ini.
Mala adalah gadis yang ceria, jarang sekali ia bersedih. Bahkan tidak pernah bercerita tentang beban hidupnya. Dia gadis yang sederhana, tidak pernah neko-neko dan memperlihatkan harta kedua orangtuanya. Lagian apa yang akan di banggakan? Kedua orangtuanya selalu mengajarkan kesederhanaan.
Meskipun ayahnya mampu membelikan ponsel dan apa yang ia butuhkan, Mala tidak pernah mengeluh. Baginya mewujudkan keinginan orangtuanya adalah sebuah kebahagiaan. Dia selalu menjadi juara kelas sejak duduk di bangku sekolah dasar hingga SMA.
Tidak heran jika Mala selalu mendapatkan beasiswa. Tentu hal ini menjadi kebanggan Yasmin dan Rafael.
.
Bel masuk kelas telah berbunyi. Seluruh murid berhamburan dan berlomba-lomba untuk masuk kelas. Ini adalah ajaran pertama di kelas tiga. Liburan kemarin adalah liburan kenaikan kelas, singkat memang tapi membuat para murid berwajah sumringah pagi ini.
Seorang lelaki berjalan santai menuju kelas 3A. Seperti ada cahaya yang mengikuti saat lelaki itu sampai di depan pintu. Seluruh murid menoleh ke arahnya. Terutama murid perempuan. Mereka terkesima melihat ketampanan lelaki itu.
Dia Khai. Murid pendatang baru saat kelas dua dulu. Selalu menjadi rebutan para murid perempuan. Beberapa anak perempuan selalu bergantian mencari perhatiannya. Sayang, lelaki itu terlalu dingin. Tidak pernah merespon apa yang para fansnya berikan. Hingga mereka berhenti dengan sendirinya.
Satu Minggu tidak bertemu, rupanya banyak yang merindukannya. Apa lagi sekarang dia terlihat lebih tampan.
Risa mulai beraksi, ia bangkit dari duduknya, menyemprotkan parfum, membenarkan rambut dan melihat diri di kaca kecil. Lalu berlari ke arah Khai. Menggandeng lengannya.
“Pagi, sayang,” sapa Risa.
Namun, lelaki itu diam. Dia membiarkan Risa bergelayut manja di lengannya. Hingga berhenti di kursi milik Khai. Tepat di belakang Mala.
“Kamu makin ganteng aja sih,” ucap Risa.
Lagi-lagi Khai diam dan memilih mengalihkan pandangan.
“Eh, Mala! Jangan gangguin cowok gue!”
Risa memang terlalu pede jadi anak. Siapapun lelaki hits di sekolah itu, pasti dia dekati dan mengaku sebagai pacarnya. Meski tidak dapat balasan dari lelaki itu.
Seluruh kelas menyoraki Risa. Meskipun begitu dia tidak merasa malu. Khai hanya menggelengkan kepala. Sudah biasa mendapatkan hal seperti ini dari Risa. Bukan hanya itu saja, Risa selalu membayari makanan Khai saat di kantin. Membelikan hoodie, sepatu, tas dan bahkan parfum. Anehnya, Khai tetap cuek. Dia tidak perduli akan hal itu. Berbeda dengan lelaki lain yang akan memanfaatkan Risa.
***
Hujan tiba-tiba turun saat bel pulang sekolah berbunyi. Ada yang memilih pulang dalam keadaan basah kuyup, dijemput supir bagi yang memiliki mobil, dan ada juga yang sibuk memakai mantel hujan.
Mala hanya berdiri di koridor kelas lantai bawah. Menunggu hujan reda. Dia selalu pulang menaiki bus umum bersama Aluna. Jika Aluna tidak ada jadwal bela diri, maka Aluna bisa pulang bersama.
Hari ini Aluna ada jadwal bela diri. Meski hujan, pelatih memakai aula untuk latihan. Biasanya berada di halaman belakang sekolah.
Kebetulan hujan cukup deras, Mala memilih menunggu Aluna di koridor sekolah sambil menunggu hujan reda. Padahal Aluna sudah menyuruhnya pulang terlebih dahulu.
"Hei ngapain?" Tiba-tiba muncul sosok Khai, sedikit mengagetkan Mala.
"Aluna bilang aku pulang duluan aja karena dia ada latihan bela diri. Tapi hujan." Mala memercik-mercik air hujan dengan jemarinya.
"Suka hujan, ya?" Khai tersenyum.
Mala mengangguk tanpa menoleh.
"Kalo suka ya nikmati aja!"
"Maksudnya?"
Tiba-tiba Khai memercikan air hujan ke wajah Mala.
Refleks gadis itu menutupi wajahnya. Lalu membukanya kembali saat mendengar Khai tertawa.
Mala melotot. Tadinya ia ingin marah. Tapi kemudian matanya terpaku di wajah Khai. Untuk pertama kalinya Mala melihat Khai tertawa dan untuk pertama kalinya juga Mala mengobrol dengan Khai. Selama ini Mala sama sekali belum pernah mendengar suara lelaki itu, dia lebih memilih diam dan cuek.
Perlahan tawa Khai memudar, saat menyadari Mala menatapnya.
“Ada apa?”
“Kamu bisa tertawa?”
Pertanyaan yang terdengar sangat polos di telinga Khai. Mengundang tawa Khai yang renyah. Mala mengembangkan senyuman. Senyum yang selalu Khai sukai. Diam-diam rupanya Khai selalu memperhatikan Mala.
Perlahan senyum Mala memudar, mengamati Khai yang tertawa bahagia hanya karena melihat wajah Mala basah.
“Hey, Khai ... Jika senyum membuatmu lebih tampan, kenapa kamu selalu diam dan cuek?”
next ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Nasrul Maulida
semangat thor aq suka cerita nya😍😍
2019-11-16
1
Shafira
semangat tor
2019-08-21
1