Di Paksa Menikah
Axel Kevlar, ia adalah seorang CEO muda terkenal di Singapura. Ia memiliki sebuah perusahaan yang sukses dan memiliki cabang di beberapa negara. Selama ini ia tidak pernah memikirkan apa itu cinta karena kesehariannya selalu disibukkan dengan berbagai macam pekerjaan.
Axel meneruskan perusahaan milik keluarganya menggantikan posisi ayahnya setelah lulus dari studinya. Menjadi seorang CEO di usia muda terlebih berhasil membuat perusahaannya sukses besar membuat Axel di gemari banyak wanita.
Axel memiliki wajah yang sangat tampan dan menawan terlebih tubuhnya yang kekar melengkapi fisiknya. Tetapi tidak dengan sifatnya yang terkenal sangat dingin dan misterius, para karyawan di perusahaan sudah mengetahui hal itu apalagi saat Axel marah hal itu yang paling sangat ditakuti dan dihindari oleh mereka.
“Ah sialan” makinya
Hari ini adalah hari yang sangat menjengkelkan untuknya karena ibunya terus-terusan menghubunginya menanyakan tentang pernikahan, ibunya selalu mendesaknya agar cepat-cepat menikah.
“Arghh” geramnya frustasi.
Suara ketukan pintu terdengar olehnya ia pun melihat ke arah pintu selama beberapa detik lalu kembali memfokuskan dirinya pada laptopnya.
“Masuk”
Tidak lama kemudian pintu ruangannya pun terbuka dan menampakkan seorang wanita yang berdiri takut sekaligus malu saat memasuki ruangannya sedangkan Axel yang melihat itu hanya mengangkat sebelah alisnya tak suka.
“Sampai kapan kau akan berdiri di sana? Jika tidak ada keperluan lebih baik kau tutup pintu itu dan pergi dari sana” ucap Axel sontak membuat wanita itu berjalan mendekat ke arahnya.
“Ma-maaf tuan, saya kemari untuk ini tuan” ucapnya sembari memberikan map berisi beberapa lembar dokumen “Tolong tanda tangani ini tuan, ini butuh tanda tangan Anda” sambungnya.
Axel menandatangani dokumen itu setelah melihatnya “Terima kasih tuan” ucap wanita itu lalu undur diri dari hadapan Axel dengan tergesa-gesa.
Axel kembali menghela nafas kasarnya. Ia kembali mencoba memfokuskan pikirannya kepada pekerjaan yang belum selesai dikerjakannya. Ia berkutat dengan beberapa lembar kertas-kertas yang berada di atas mejanya, namun hal itu sia-sia saja ia tidak bisa fokus.
Semua itu terjadi karena ibunya, ia menyalahkan ibunya saat ini. Ini semua terjadi setelah menerima panggilan telepon dari ibunya yang sangat mengganggu pikirannya sejak tadi.
‘toktoktok’ suara ketukan dari ruang kerjanya kembali terdengar.
“Sudah kukatakan jangan menggangguku atau kalian semua akan kupecat” ucap Axel sedikit berteriak dengan nada yang sangat menyeramkan.
Seseorang yang mengetuk pintu ruangan Axel itu pun melenggang masuk sambil menghela nafasnya kasar tanpa memperdulikan teriakan Axel tadi.
“Jika seperti itu kau akan menakuti mereka” ucapnya.
Axel yang mengenali suara itu pun kembali menghela nafasnya lalu melirik sekilas ke arah orang tersebut dan mengabaikan Brandon sahabatnya tersebut yang kini tengah berdiri di hadapannya.
“Ada apa? Jika tidak ada kepentingan keluar saja, aku sibuk” ucap Axel mengusir Brandon secara halus.
“Yang benar saja, kau mengusirku? Aku datang jauh-jauh kesini untuk kau tapi kau mengusirku begitu saja?” ucap Brandon kesal tak terima lalu berjalan ke arah sofa yang ada di ruangan Axel.
Axel menatap wajah Brandon dengan wajah datarnya, pria yang berprofesi sebagai dokter tersebut hanya bisa menggerutu kepadanya.
“Apa kau tidak bekerja?” tanya Axel mengabaikan perkataan Brandon sebelumnya.
“Ya, tubuhku juga butuh istirahat” jawab Brandon lalu menatap ke arah Axel yang kembali fokus pada kerjaannya. “Hah, apa yang bisa diharapkan dari seorang Axel Kevlar si workaholic sepertimu”.
Lagi dan lagi Axel kembali menatap sahabatnya itu sekilas lalu kembali menatap lembar kertas kerjaannya tersebut. Ia tidak ingin berbicara apa pun bahkan dengan sahabatnya sejak kecil itu sekalipun entah kenapa rasanya jika ia membuka mulutnya ia ingin marah dan memaki saja.
“Ck. Dasar teman tidak tau diri, seharusnya kau menyambutku karena baru kembali” keluh Brandon.
“Hah, baiklah maaf” ucap Axel tak ingin mendengar keluhan Brandon lebih banyak lagi “Selamat datang” sambungnya.
“Sebenarnya apa yang terjadi? Suasana hatimu terlihat sangat buruk saat ini” tanya Brandon penasaran apa yang membuat sahabatnya itu sampai mengabaikan dirinya.
Axel kembali menghela kasar nafasnya untuk ke sekian kalinya “Ibuku mendesakku agar segera menikah” ucapnya malas.
“What? Are you seriously? Itu bagus” ucap Brandon antusias.
“Kau terdengar seperti ibuku sekarang. Bagaimana bisa kau berpikir menikah itu bagus? Itu hanya akan menambah beban kau saja. Lalu untuk apa menikah jika hanya membuatmu semakin sulit?”
“Apa kau menjadi bodoh setelah banyak bekerja?” ucap Brandon menatap kesal ke arah Axel “Ah, apa semua itu karena kau trauma dengan kisah cinta pertamamu?” ucap Brandon asal.
Axel yang merasa kesal pun melempar sebuah bolpoin ke arah Brandon yang berada di sofanya “Diam kau, brengsek!” ucapnya sedikit berteriak hal itu sontak membuat Brandon tertawa, satu lagi fakta tentang Axel dia adalah orang yang sangat mudah tersinggung.
Keduanya mulai berdiskusi tentang apa baiknya dari sebuah pernikahan itu. Brandon hanya bisa menggeleng kepalanya tak percaya dengan ucapan yang keluar begitu saja dari mulut Axel. Brandon di buat bingung olehnya, ia akui jika Axel adalah pria yang pintar dari segi segala hal tetapi entah kenapa sekarang ini jika membahas tentang pernikahan Axel adalah pria paling bodoh yang pernah ia temui.
“Aku tidak siap menjadi seorang ayah lagi pula umurku masih dua puluh delapan tahun” ucap Axel yang masih tidak mengerti kenapa ia harus sibuk-sibuk menikah, lalu anak? Apa lagi itu ia tidak siap untuk kedua itu.
“Sebentar lagi kau akan berusia tiga puluh. Asal kau tau saja, jika kau memiliki anak kehidupanmu akan berubah sembilan puluh tujuh persen. Percaya padaku” ucap Brandon mencoba meyakinkan sahabatnya itu.
“Kau tau aku sudah cukup sibuk dengan pekerjaanku untuk hal lain seperti itu terasa seperti buang-buang waktu saja untukku. Bahkan dua puluh empat jam sehari masih kurang untukku bekerja lalu jika menikah aku harus membaginya? Itu sangat merepotkan” ucap Axel.
Kini giliran Brandon yang menghela nafasnya kasar Axel memiliki banyak alasan tidak ingin menikah terlebih semua alasan yang di berikannya terdengar tidak masuk akal di telinga Brandon.
“Kau akan mati kelelahan jika terus-terusan bekerja”
Sudut bibir Axel terangkat ia merasa sahabatnya ia itu sangat lucu saat sedang kesal “Lagi pula aku tidak mengenal siapa wanita yang akan menjadi istriku nanti” jelasnya.
“What? Apa kau di jodohkan?” pekik Brandon tertahan
“Ya, itu membuatku sangat frustasi”
Axel dan Brandon kembali berbincang cukup panjang tentang cerita seputar perjodohan. Axel yang sebelumnya merasa sangat frustasi perlahan kembali membaik dan ia juga mendengarkan setiap ucapan yang dikatakan oleh sahabatnya itu yang sebagian besar sangat masuk akal.
“Buatlah keputusan yang terbaik dan jangan gegabah. Karena kau pintar kupikir kau pasti bisa menemukan jalan keluarnya” ucap Brandon pada sahabatnya itu.
“Dijodohkan itu juga bukan sesuatu yang buruk, tidak selalu buruk”.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
Tiwi Ramadhani
semangat thor.
mampir ya ke karya pemula ku Izora.
2023-01-28
0
Windha Winda
bgus. mampir dlu thoorrr....
2023-01-11
0
🦋⃟ℛ★🦂⃟ᴀsᷤᴍᷤᴀᷫ ★ᴬ∙ᴴ࿐❤️💚
Jangan bilang tidak dulu lah Babang Alex 🤭 nantik Dah Bucin 🤭
2022-09-12
0