Jantung Bianca berdegup sangat kencang, tangannya berkeringat dan terasa dingin karena dari tadi ia merasa sangat gugup. Bianca mengalihkan pandangannya ke arah Axel yang kini juga tengah menatapnya dengan wajah datarnya. Saat pandangan mata mereka bertemu Axel membuang muka, mengalihkan pandangannya menatap ke bawah.
Mereka melakukan makan malam di restoran tersebut lalu setelah selesai acara makan-makan kedua belah pihak keluarga mulai berbincang-bincang mengenai banyak hal seperti kehidupan keluarga masing-masing dan tentunya tentang pekerjaan.
“Axel bawalah menantuku keluar, mengobrollah banyak hal berdua agar lebih saling mengenal satu sama lain” ucap nyonya Kevlar menatap Bianca penuh arti.
Dengan cepat Axel langsung berdiri dari duduknya “Ayo” ucapnya singkat dan menatap ke arah Bianca.
Bianca pun berdiri dari duduknya lalu membungkuk sopan ke arah tuan dan nyonya Kevlar serta tersenyum ke arah kedua orang tuanya.
“Setelah itu antar langsung menantuku pulang” ucap nyonya Kevlar sebelum Axel dan Bianca menjauh dari meja tersebut.
Mereka menuju keluar restoran itu dengan jalan beriringan, sesekali Bianca melirik ke arah Axel dan terdengar helaan nafas kasar yang keluar dari mulut pria itu.
Bianca mengalihkan pandangannya menundukkan kepalanya menatap kakinya yang melangkah. Apakah dia melakukan ini dengan terpaksa? Apa di paksa keluarganya? Apa karena itu tadi tidak perlu mendengar pendapatnya? Pikir Bianca bertanya-tanya dalam hatinya.
“Angkat kepalamu, orang akan mengira yang tidak-tidak tentangku jika kau terus berjalan menyedihkan seperti itu” ucap Axel membuyarkan pikiran Bianca.
“M-maaf” ucap Bianca kaget terbata lalu menatap lurus ke depan.
Kini keduanya sudah berada di dalam mobil pribadi Axel dan ia pun sudah menjalankan mobilnya keluar dari kawasan restoran “Mau ke mana?” tanya Axel singkat menatap lurus ke depan.
Bianca menoleh dan menatap ke arah Axel “Terserah kau saja” ucapnya kembali mengalihkan pandangannya ke arah jendela.
Bianca akui bahwa Axel itu pria yang tampan yang sempurna untuk penampilannya namun untuk sifatnya pria itu terlalu sulit dimengerti terlalu misterius untuknya. Bahkan bicaranya saja sangat singkat belum lagi tatapan matanya yang tajam dan dingij itu.
Apakah pria itu memang seperti itu? Atau apakah dia menjadi seperti itu karena tidak suka dengan perjodohan ini? Pikir Bianca lagi dan lagi di dalam hatinya yang menambah rasa khawatirnya.
Akhirnya mobil yang mereka kendarai berhenti di salah satu taman yang tidak terlalu ada banyak orang karena hari ini bukan akhir pekan. Mereka keluar dari mobil, Bianca melangkah ragu namun saat melihat Axel yang duduk di atas kap mobilnya Bianca pun memutuskan untuk bersandar tak jauh dari pria itu.
Sangat sial untuk Bianca yang memakai gaun seminim itu karena cuaca malam ini terasa sangat dingin. Entah apa yang di pikirkan pria itu sampai membawanya ke taman di malam hari apalagi cuaca yang sedingin ini kan mereka bisa pergi ke kafe atau tempat sejenisnya.
“Yang terjadi hari ini aku ingin kau tau satu hal, aku tidak pernah menerima perjodohan ini” ucap Axel menatap lurus ke depan.
Jantung Bianca berdegup kencang. Ia menelan salivanya kasar, ia menggigit bibir bawahnya sambil memainkan jarinya. Pada akhirnya semua yang ia takutkan akan terjadi.
“Orang tuaku memaksaku untuk menerima perjodohan ini, aku sudah muak terus-terusan di paksa menikah jadi kupikir nanti atau sekarang hasilnya akan tetap sama” ucap Axel lagi.
“Aku tidak mungkin membatalkan ini setelah pertemuan keluarga ini bahkan tanggalnya pun sudah di tetapkan karena itu bagaimana jika kita buat perjanjian saja?” tanya Axel melirik sekilas ke arah Bianca.
Bianca hanya berdiri diam menatap jari-jari tangannya yang saling terpaut bersama, ia merasa takut dan bimbang kegelisahannya bertambah. Apakah ia akan menjanda di usia muda? Lamunnya dalam hati.
“Hey!” suara Axel membuyarkan lamunan Bianca.
“Ah y-ya?” kaget Bianca
“Kau tidak mendengarkanku?”
“Ma-maaf, perjanjian apa yang Anda inginkan?” tanya Bianca ragu
“Tentang pernikahan ini, aku pikir setidaknya aku harus menanyakan persetujuan kau untuk ini” ucap Axel berdehem lalu kembali bersuara “Seperti yang aku katakan tadi aku tidak menerima perjodohan ini dan aku juga tidak membutuhkan yang namanya pernikahan jadi menurutku kita butuh perjanjian” ucap Axel panjang lebar.
“I-iya tidak apa-apa” ucap Bianca. Entah apa yang merasukinya sampai ia menyetujui permintaan konyol itu.
“Mari kita berpisah setelah satu tahun pernikahan” ucap Axel dengan santainya.
“B-baik, akan saya pikirkan...” ucap Bianca ragu dengan keputusannya itu.
Oh Tuhan, cobaan apa yang engkau berikan? Ternyata semua hal yang ia takuti itu benar-benar terjadi. Apakah semua orang yang menikah karena di jodohkan akan berakhir seperti ini?
Setelah percakapan itu mereka hanya saling diam tidak mengatakan sepatah kata pun dan sekitar lima menit setelahnya Axel pun bersuara mengajak Bianca untuk pulang setelah melirik ke arah jam tangannya yang sudah menunjukkan jam sepuluh malam.
“Masuk, aku akan mengantar kau pulang” ucap Axel meninggalkan Bianca masuk terlebih dahulu ke dalam mobilnya dan di susul oleh Bianca.
Axel mengendarai mobilnya dalam perjalanan mengantar pulang Bianca. Sepanjang perjalanan tidak ada yang bersuara satu pun hanya keheningan yang menyelimuti keduanya.
“Apakah semua pria sedingin ini?”
Axel menatap sekilas Bianca yang terfokus pada pemandangan malam melalui kaca jendela mobilnya. Ia bertanya-tanya di dalam hatinya bagaimana bisa wanita itu tidak menolak permintaannya, bukankah sudah sewajarnya jika wanita akan menolak permintaannya itu?
Ah, tapi ia tidak peduli tentang hal itu karena itu sangat menguntungkannya. Setelah satu tahun ia tidak akan lagi terkait dengan pernikahan bodoh itu dan juga wanita itu sudah mengetahui bahwa ia sebenarnya tidak menerima perjodohan ini jadi wanita itu tidak mungkin masih berharap ingin menjalani pernikahan layaknya orang lain.
Mobil yang mereka kendarai kini berhenti tepat di depan rumah Bianca. Axel melirik ke arah sampingnya tanpa ia sadari kini wanita itu tengah tertidur di mobilnya. Axel menatap lekat wajah Bianca wajahnya sangat damai dan terlihat polesan make up tipis di wajahnya ‘cantik’ batinnya.
Sadar dengan apa yang di ucapkannya di dalam hati dengan cepat Axel menggelengkan kepalanya menghilangkan pikirannya itu yang baru saja memuji Bianca tanpa sadar.
“Bangun!” ucap Axel mengguncang bahu Bianca sedikit kuat.
Bianca yang merasakan guncangan di tubuhnya itu pun perlahan membuka matanya “Ah maaf” ucapnya melirik ke arah Axel yang menatap tajam dirinya.
“Terima kasih sudah mengantarku” ucap Bianca keluar dari mobilnya dan di ikuti oleh Axel.
“Sekali lagi terima kasih, apa Anda ingin mampir dulu?” tanya Bianca canggung.
“Tidak lain kali saja, sudah terlalu larut untuk bertamu”
“Ah ya, baiklah...” ucap Bianca sembari menunggu Axel yang masih berdiri di depannya.
“Untuk perjanjian tadi tolong rahasiakan dari orang tua kita” ucap Axel datar.
“I-iya”
Setelah mendengar jawaban itu Axel pun membalikkan badannya menuju ke arah mobilnya, ia melajukan mobilnya meninggalkan rumah Bianca.
Bianca menghela nafasnya kasar. Perjodohan ini seperti permainan baginya, rasa takut yang menggerogotinya sejak awal terbukti terjadi. Jika di sebut permainan pun itu terlalu ambigu untuknya karena semua terlalu nyata baginya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
Meyfa
q dh mmpir
2021-01-29
0
◡̈⃝︎➤N୧⃝🆖LU⃝SI✰◡̈⃝︎👾
bikin perjanjian tapi gak ada syaratnya...
2020-12-26
3
Yanti Wiantika
lanjutttt mash penasaran gays
2020-12-14
1