Bianca Shaenette, seorang mahasiswa cantik yang memiliki sifat periang dan baik kepada semua orang yang membuat dirinya di gemari banyak orang. Tidak hanya itu saja Bianca juga menjadi wanita idaman bagi para pria di kampusnya terutama senior-senior di kampusnya.
Hari ini adalah hari yang sangat melelahkan untuknya, ia mengikuti banyak kelas hari ini.
“Aku pulang” ucapnya sedikit berteriak memberitahukan kepada orang yang berada di rumah keberadaannya.
“Ada apa denganmu sayang? Apa terjadi sesuatu?” tanya sang ibu khawatir melihat wajah letih Bianca.
“Tidak, semua baik-baik saja ma. Hanya saja hari ini mata kuliah terlalu banyak itu menguras tenagaku” keluhnya sembari mengerucutkan bibirnya.
Ibunya mengelus puncak kepalanya lalu tersenyum hangat menatap anaknya “Ya sudah tidak apa, pergilah ke kamarmu lalu mandi dengan air hangat biar tubuhmu tidak kaku”
“Baik ma” ucapnya
“Setelah itu langsung ke ruang makan kita makan malam bersama” ucap sang ibu dan hanya di angguki lemah oleh Bianca.
Bianca berlalu pergi menuju kamarnya dan membersihkan tubuhnya. Setelah mandi ia kembali menuju ruang makan untuk menyantap makan malam bersama ayah dan ibunya.
Mereka menyantap hidangan makan malam mereka dengan keheningan. Setelah selesai acara makan malamnya Bianca membantu ibunya membereskan meja makan, setelahnya saat ia ingin menaiki tangga untuk kembali ke kamarnya langkahnya di hentikan oleh sang ayah.
“Bianca...” panggil ayahnya.
“Hem? Ada apa pa?” tanya Bianca menoleh ke arah ayahnya yang duduk di sofa yang terletak tak jauh dari tangga.
“Kemarilah, ada yang ingin papa bicarakan”
Bianca pun menghampirinya dan duduk berhadapan dengan ayahnya, di sana juga ada sudah ada ibunya yang juga duduk di samping ayahnya.
Entah kenapa suasana terlihat sangat serius “Papa ingin bicarakan tentang apa?” tanya Bianca to the point.
Bianca mengerutkan dahinya saat sebelum berbicara ayahnya menghela nafas kasar. Dan ia pun hanya diam bersabar menunggu hingga ayahnya membuka suara untuk membicarakan masalah apa yang sebenarnya sedang terjadi sampai suasana menjadi seserius ini.
“Sebentar lagi kamu akan lulus kuliah karena itu papa ingin kau segera menikah” ucap sang ayah.
Mata Bianca membulat sempurna ia sangat kaget dengan ucapan yang baru saja ayahnya katakan “Ap-apa menikah?” ucapnya sedikit berteriak.
“Iya nak, papa ingin kamu menikah sebelum kamu lulus kuliah”
“Yang benar aja pa, papa enggak salah tu?” tanya Bianca yang masih cukup kaget dengan perkataan ayahnya itu.
“Papa dan mama sudah cukup tua, kita ingin segera menimang cucu. Kamu kan anak papa mama satu-satunya, Cuma kamu yang bisa kami harapkan” ucap sang ayah.
“Pa, umurku masih dua puluh tiga tahun pa” tolak Bianca
“Apa yang salah dengan umur kamu? Jaman sekarang banyak kok yang menikah muda” pujuk ayahnya.
“Tapi Bianca enggak siap untuk menikah pa apalagi memiliki anak. Bianca masih mau belajar dan berkarier pa” jelas Bianca.
“Bi...” ucap sang ibu lirih menatap sendu anaknya
Bianca menatap mata sendu ibunya seolah mata ibunya memohon padanya untuk menuruti permintaan ayahnya. Ia menghela nafasnya kasar, ia berdiam diri sejenak untuk memikirkan keputusan apa yang akan ia ambil.
Tidak ada lagi alasan yang bisa dia sampaikan kepada kedua orang tuanya untuk menolak permintaan ayahnya itu. Bianca kembali menghela nafasnya kasar lalu menatap kedua orang tuanya yang juga menatap ke arahnya penuh harap.
Bianca menganggukkan kepalanya pelan “Baiklah pa, aku menuruti permintaan kalian lagi pula aku tidak ingin mengecewakan kalian”
“Apa kamu terpaksa menerima ini karena kami nak?” tanya ibunya dengan lembut.
Bianca hanya menggeleng pelan dan menampakkan senyum tipis di bibirnya. Ibunya berjalan ke arahnya dan memeluk tubuh Bianca ia sangat senang karena keputusan yang di ambil anaknya.
“Maafkan mama sayang” ucap sang ibu.
Bianca mengeratkan pelukannya “Tidak ma, lagi pula aku sebentar lagi akan lulus kuliah jadi kupikir sekarang atau nanti hasilnya akan tetap sama. Jadi, tidak perlu merasa bersalah seperti itu karena ini keputusan yang aku ambil”
Bianca memejamkan matanya menetralkan pikirannya. Jujur saja sebenarnya ia sangat terkejut dan takut, apakah ini keputusan yang benar untuknya? Bianca tak mengerti soal pernikahan, ia juga tidak siap untuk menikah apalagi memiliki anak seperti apa yang diinginkan kedua orang tuanya. Namun disisi lain ia juga tidak ingin membuat kecewa orang tuanya terhadap dirinya.
“Ini semua akan baik-baik saja bukan?” pikirnya dalam hati terus berulang kali.
**
Disisi lain seorang pria masih terlihat berkutat dengan beberapa lembar kertas-kertas dengan ekspresi wajah yang sangat tidak enak untuk dilihat siapa lagi jika bukan Axel Kevlar.
Meskipun sedang sibuk menyelesaikan pekerjaannya namun pikirannya masih terngiang-ngiang perkataan ibunya yang memintanya menikah dengan gadis pilihan ibunya. Ia mencoba mempertimbangkan permintaan ibunya meski sudah beberapa jam ia memikirkan hal itu tapi ia tidak menemukan alasan yang bagus untuknya jika menikah.
Axel menghela nafasnya dan memilih untuk mengakhiri pekerjaannya kemudian pergi dari kantor menuju rumahnya. Setelah sampai di rumahnya, ia di buat kaget dengan kehadiran kedua orang tuanya.
Axel sudah hampir enam tahun tidak tinggal bersama orang tuanya, ia memutuskan untuk hidup sendiri dengan hasil jerih payahnya. Axel melakukan hal itu agar ia tidak selalu di manja orang tuanya dan agar ia bisa hidup lebih mandiri dan menjadi kepribadian yang bekerja keras.
“Mama, papa”
“Oh sayangku sudah pulang” sapa ibunya gembira
“Apa yang kalian lakukan di sini?” tanya Axel
Kedua orang tuanya menatap jengah ke arahnya dan jangan lupakan ibunya yang sudah berkacak pinggang menghadap anaknya “Apa salah jika orang tua berkunjung ke rumah anaknya?” ucap ibunya geram.
Sekali lagi Axel menghela nafasnya, hari ini entah sudah ke berapa kalinya ia menghela nafas seperti itu “Tidak, bukan seperti itu maksudku hanya saja ada keperluan apa kalian kemari?” ucapnya.
“Apa ada alasan lain lagi sampai kami harus menemuimu seperti ini menunggu hingga kau pulang kerja yang tidak tahu kapannya itu” ucap ibunya sedikit kesal.
“Kemari duduklah dulu” ucap ayahnya.
Axel duduk berhadapan dengan kedua orang tuanya. Ia mamang ekspresi datar dengan sikap tenangnya ia tahu ke mana arah pembicaraan orang tuanya ini apalagi jika bukan mengenai pernikahan.
“Kau akan kami jodohkan” ucap ayahnya to the point.
Axel masih setia dengan wajah datarnya yang tidak menunjukkan ekspresi apa pun itu, ia sudah mengetahui hal itu jadi ia tidak lagi kaget. Karena tidak mungkin ibunya mendesak dirinya untuk segera menikah padahal sudah tahu jika Axel tidak memiliki kekasih, tentu saja ibunya itu sudah menentukan gadis untuk dinikahinya.
“Kau akan menikah dengan anak dari sahabat papa” sambung ayahnya.
Lagi dan lagi Axel kembali menghela nafasnya “Apa aku harus menikahi wanita yang tidak aku kenal?” tanyanya
“Papa tidak memintamu untuk segera menikahinya. Kau memiliki waktu dua bulan untuk mengenalnya sebelum pernikahan kalian” jelas ayahnya.
Axel hanya bisa menghela nafasnya, ia tidak tahu harus melakukan apa lagi. Kali ini ia hanya diam tidak membantah perkataan orang tuanya dan berniat untuk menurutinya saja karena semakin kuat dia menolak semakin kuat juga kedua orang tuanya mendesaknya melihat ayah dan ibunya yang sudah bertekad seperti ini.
“Ingat besok lusa kita akan melakukan pertemuan dengan keluarganya” ucap ayahnya.
“Baiklah” ucap Axel bangkit dari duduknya dan menatap kedua orang tuanya “Aku akan ke kamar” ucapnya berlalu meninggalkan kedua orang tuanya begitu saja.
Sesampainya di kamar, Axel melepaskan jas kantornya dan dasinya ia membuka satu kancing atas kemejanya lalu menggulung lengan bajunya. Ia duduk di kamarnya dan pikirannya kembali melayang ke pernikahan yang akan di laksanakan orang tuanya itu.
“Hah sudahlah tidak sekarang pun nantinya tetap di paksa kembali” ucapnya menghela nafas.
Axel beranjak dari duduknya pergi menuju kamar mandinya. Ia membasuh wajahnya lalu menatap pantulan wajahnya di cermin, ia mengepalkan erat tangannya pikirannya terus melayang-layang memikirkan tentang pernikahan itu.
“Arghh sial, kenapa itu membuatku pusing!” teriaknya frustasi sambil membasuh wajahnya dengan kasar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
Tiwi Ramadhani
hay hay thor semangat terus ya thor
uda mampir belom di cerita ku👉 Izora 👉 Melati untuk Marvel yuk mampir dan saling dukung thor
2023-02-02
0
🦋⃟ℛ★🦂⃟ᴀsᷤᴍᷤᴀᷫ ★ᴬ∙ᴴ࿐❤️💚
Tau pun 🤭 terima aja lag bangg 🤭🤭 caya dehh si Bianca bisa merubah hidup mu yg penuh dengan Kertas² menjadi bunga² 🤭
2022-09-13
1
🦋⃟ℛ★🦂⃟ᴀsᷤᴍᷤᴀᷫ ★ᴬ∙ᴴ࿐❤️💚
Langsonh pada pokok permasalahn yaa 😂
2022-09-13
0