Kini sudah satu minggu berlalu sejak pertemuan pertama kedua belah pihak keluarga mengenalkan satu sama lain dan membuat rencana pernikahan Axel dan Bianca.
Seperti yang sudah di rencanakan akhir minggu ini mereka akan menggelar acara pertunangan terlebih dahulu menjelang hari pernikahan untuk saling mengikat saja terlebih dahulu.
Axel tetap seperti biasanya sibuk dengan pekerjaannya, entah lupa atau bagaimana ia tetap bekerja keras bahkan beberapa kali lembur dalam kurun waktu seminggu ini.
Ibunya tak henti-henti menghubungi dirinya untuk memarahinya bahkan ayahnya pun ikut ambil bagian memarahinya sesekali mengingatkannya tentang acara pertunangannya yang akan di laksanakan akhir minggu ini.
Axel memijit pangkal hidungnya, kepalanya terasa sedikit pusing karena seharian ini terus-terusan bekerja menatap komputernya. Kini pekerjaannya telah selesai namun ia tidak bisa langsung pulang ke rumah karena ia harus pergi menjemput Bianca untuk membeli cincin pertunangan mereka.
Seharusnya mereka melakukan hal itu sejak dua hari yang lalu tetapi itu terus tertunda karena kesibukan Axel yang padat dan tidak bisa di tunda karena semuanya penting karena Axel akan membuka cabang baru perusahaannya.
Ia keluar dari ruangannya menuju ke tempat parkir, setelah sampai di mobilnya tanpa membuang banyak waktu ia langsung melajukan mobilnya menuju ke arah kampus Bianca.
Setelah sampai Axel turun dari mobilnya bersandar menunggu Bianca yang masih belum terlihat di antara kerumunan wanita-wanita yang baru saja keluar dari kampus itu. Setelah menunggu lama namun belum ada tanda-tanda keberadaan wanita itu Axel pun memutuskan untuk masuk kembali ke mobilnya karena merasa tak nyaman dengan tatapan banyak orang.
Cukup lama Axel telah menunggu Bianca sekitar kurang lebih setengah jam, ia kembali memfokuskan pandangan matanya mencari keberadaan Bianca di antara kerumunan orang yang baru saja keluar. Matanya menangkap sosok yang di tunggunya ia pun kembali keluar dari mobilnya bersandar menunggu Bianca menghampirinya.
Sekedar informasi Axel keluar dari mobilnya bukan karena ia ingin tebar pesona melainkan untuk memberitahukan bahwa dia sudah berada di sana agar Bianca melihatnya dengan jelas. Cukup menghubunginya saja? Entah kenapa tangannya terasa berat untuk mengetikkan beberapa kata kepada wanita itu.
Arah pandangan matanya tertuju pada Bianca yang kini terlihat sedang tertawa lepas bersama temannya. Pandangan mata mereka bertemu dan tiba-tiba tawa Bianca terhenti saat ia melihat ke arah Axel.
Bianca sempat terpaku saat melihat Axel yang juga sedang menatap ke arahnya, dengan terburu-buru ia berpamitan dengan teman-temannya lalu berlari kecil menghampiri Axel.
“Ke mana saja kau? Aku sudah menunggumu dari tadi” ucap Axel terdengar kesal terlebih wajah datarnya itu.
“Maaf tadi ada kelas tambahan” ucap Bianca menunduk tak berani menatap Axel yang terlihat kesal kepadanya itu.
“Buruan masuk, jika tidak hari ini aku tidak bisa menemanimu pergi membeli cincin tunangan itu” ucap Axel ketus dan Bianca hanya mengangguk mengikuti instruksi Axel.
Jujur saja Bianca merasa sangat marah dan kesal. Yang seharusnya marah-marah itu adalah dirinya sudah sejak dua hari yang lalu ia menunggu Axel tapi pria itu tak datang bahkan tak mengabari jika ia tidak bisa datang dan untung saja ibu pria itu sangat baik terhadapnya dan mengabari hal itu.
Bahkan sekarang pun bukan salah dirinya. Salah Axel yang tidak mengabarinya dulu jika akan menjemputnya hari ini dan satu lagi bukan dia yang menginginkan membeli cincin pertunangan itu bersama-sama.
Kenapa ia yang harus menanggung kesalahan itu semua? Hah bahkan sekarang pun tidak ada harapan untuknya dapat memimpikan setidaknya mereka bisa saling menghargai satu sama lain jika tidak bisa menjalani pernikahan yang sesungguhnya.
Bianca memalingkan wajahnya ke arah jendela beberapa kali terdengar helaan nafas kecil dari mulutnya. Matanya mulai memerah dan semakin memanas, dadanya terasa sesak beberapa detik kemudian setetes cairan bening jatuh dari mata indahnya dengan cepat ia menghapus jejak cairan bening itu agar tidak ketahuan oleh Axel.
Axel melajukan mobilnya dan matanya terfokus ke arah jalanan di depannya yang di padati kendaraan roda empat karena sudah waktu pulang kerja jalanan menjadi macet. Axel menghela kasar nafasnya lalu mengusap wajahnya. Ia melirik ke arah sampingnya ke arah Bianca yang sedang duduk di sebelahnya.
Axel mengernyitkan keningnya ia merasa sedikit bingung dengan Bianca. Entah apa yang sebenarnya terjadi tapi saat bersamanya wanita itu selalu berdiam diri dan menunduk ke bawah tanpa meliriknya sedikit pun atau bahkan mengajaknya bicara dan membiarkan keheningan menyelimuti keduanya padahal ketika sedang bersama teman-temannya wanita itu terlihat tertawa sangat lepas.
“Hey jalankan mobilmu. Orang di belakang sudah menglaksonimu dari tadi” ucap Bianca membuyarkan lamunan Axel bersamaan dengan suara klakson dari mobil arah belakangnya.
Axel langsung melajukan mobilnya menuju mal terbesar di sana. Setelah satu setengah jam di perjalanan yang padat dan membosankan itu akhirnya mereka sampai di tempat tujuan mereka.
Axel merutuki dirinya yang bisa-bisa memikirkan tentang wanita itu, masa bodoh apa yang dilakukan wanita itu semua tidak ada hubungannya dengan dirinya dan itu bukan sesuatu yang harus ia urus. Meskipun mereka akan menikah dan hidup bersama pernikahan itu tetaplah pernikahan sementara baginya jadi ia tidak perlu sampai memperdulikan hal itu.
Jika kalian bertanya untuk apa Axel menerima pernikahan itu jika tidak berniat untuk mencintai Bianca sedikit pun? Axel punya banyak jawaban untuk satu pertanyaan itu mulai dari yang sangat kejam sampai yang tidak kejam sekalipun ia bisa menjawabnya.
Dan yang paling penting yang harus diingat wanita itu bukan istri pilihannya namun pilihan ibunya. Meskipun terdengar konyol bukankah seharusnya ibunya saja yang menikahi wanita itu mengingat ibunya sangat menyukai Bianca.
Dan satu hal lagi yang harus kalian ketahui ia bisa saja membatalkan pernikahan ini atau pun kabur sementara jika wanita itu tidak menerima dan menyetujui perjanjian yang ia berikan. Namun karena wanita itu menyetujui perjanjian yang ia ajukan jadi tidak ada alasannya untuk membatalkan pernikahan ini dan ia pun akan terhindar dari paksaan dan omelan kedua orang tuanya yang lainnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
Hendry
I'm
2022-04-20
0
🍁 Fidh 🍁☘☘☘☘☘
bianca .... sabar y ...
2021-12-11
0
◡̈⃝︎➤N୧⃝🆖LU⃝SI✰◡̈⃝︎👾
bianca kau juga bodoh, kenapa gak ngajuin persyaratan tas pernkahan ini.... emang nya kau mau jadi janda bolong
2020-12-26
3