QUEEN'S STORY
..."Jika kamu yang di utus Tuhan untuk menemani hidupku, aku bisa apa selain melebarkan tangan untuk menyambutmu?"...
...||||...
Ramainya Cafe di sore hari itu membuat suasana tambah meriah, sedangkan kedua remaja yang membuat Cafe menjadi ramai itu masih betah dengan posisinya masing-masing. Si cowok tetap setia memegangi tangan gadis berparas manis yang wajahnya sudah memerah.
Pengunjung Cafe yang di isi remaja-remaja sekolah itu menunggu dengan gemas jawaban yang akan di berikan gadis tersebut kepada si cowok. Mereka sudah menunggu lebih dari lima menit, namun tidak ada jawaban apa pun yang keluar dari bibir gadis bertubuh pendek itu.
"Terima, dong!"seru sebagian pengunjung dengan tak sabar.
Gadis itu mengedarkan matanya yang indah dan bulat, pandangannya kembali pada cowok di hadapannya yang menatapnya dengan penuh harap. Gadis itu tanpa sadar menggigit bibir bawahnya, dia tidak menyangka akan ada kejutan yang sangat wah di hari ulang tahunnya ini.
"Apa jawaban lo?"tanya cowok itu datar.
"Hm...i–ini beneran Kakak nembak aku?"
Cowok itu mengerutkan keningnya sambil mendengus, dia tidak menyangka bahwa ternyata gadis di depannya ini masih dalam mode loading.
"Lo gak ngerti sama semua ini?"tanya cowok itu tidak habis pikir.
Dengan polosnya gadis itu mengangguk, mata bulatnya bahkan tak lepas dari wajah datar cowok di hadapannya.
"Gue nembak lo,"ucap cowok tersebut yang membuat kening si gadis mengernyit tipis.
"Nembak? Kalau nembak aku, nanti yang ada aku mati. Lagian, mana pistolnya?"tanya gadis itu yang berhasil membuat mulut cowok di hadapannya terbuka sedikit.
"Hey, yang gue maksud nembak itu gue mau jadiin lo pacar gue. Bukan nembak dalam artian mau bunuh lo,"jawab cowok tersebut, dia berusaha sabar ketika menjawabnya.
Mata gadis itu mengerjap-ngerjap dengan cepat, mulutnya bahkan terbuka lebar. Dia mendadak terkejut dengan jawaban cowok di hadapannya ini yang berhasil membuat tubuhnya menjadi kaku seperti patung.
"Ja–jadiin aku pacar kak?"
Cowok itu mengangguk, wajahnya masih menampilkan ekspresi datar.
"Jawaban yang harus keluar dari mulut lo cuma dua."
Mata gadis itu membulat, dia penasaran.
"Apa tuh, Kak?"tanyanya takut-takut.
Entah kenapa dia mendadak takut jika jawabannya nanti salah dan membuat cowok tinggi di hadapannya kesal, atau bahkan marah.
"Iya atau mau!"
Tanpa di cegah sorakan sebagian pengunjung membuat bibir gadis itu berkedut menahan senyum. Sebenarnya jika boleh jujur, gadis itu merasakan debaran hebat di dadanya ketika tangannya di genggam oleh tangan besar milik cowok itu.
"Kak, aku malu!"rengek gadis tersebut sambil menundukan kepala.
Cowok itu menaikan satu alisnya, dia mengangkat dagu gadis pendek di hadapannya agar menatap ke arahnya.
"Kenapa malu? Gue jelek sampai lo malu di tembak sama gue?"tanyanya sedikit kesal.
Buru-buru gadis itu menggelengkan kepalanya. Bukan malu karena itu yang dia maksud, dia malu karena sekarang dirinya menjadi pusat perhatian para pengunjung yang berasal dari sekolahnya. Lagian kenapa harus malu di tembak cowok tampan ini?
"Kakak jangan salah sangka, atuh. Bu-bukan itu yang aku maksud,"jawabnya dengan wajah panik.
Alis cowok itu naik sebelah. "Ya terus?"
Gadis lugu itu menunjuk dirinya sendiri dengan tangan kiri yang tidak di pegang.
"Aku itu malu karena banyak yang liatin."
Kedua sudut bibir cowok itu sedikit naik, kedua tangannya memegangi kedua bahu gadis yang lebih pendek darinya itu.
"Lo cantik, jadi gak perlu malu."
Ya ampun! seru gadis itu di dalam hati.
Demi apa pun gadis itu yakin jika sekarang pipinya sudah tambah merah seperti kepiting rebus.
"Woy! Jadinya gimana nih? Di terima kagak!?"teriak seorang cowok lain tidak sabar.
"Apa jawaban lo?"tanya cowok itu, namun nadanya sedikit tidak sabaran sekarang.
Gadis itu mengulum bibirnya sejenak dan matanya tanpa sadar melirik kepada sahabatnya yang heboh menganggukan kepala–menyuruhnya untuk menerima cowok ini.
"Aku mau,"jawabnya sambil menundukan kepala karena seruan terdengar dari seluruh Cafe dekat sekolah mereka ini.
"Alhamdulillah, di terima juga!"
"Makan gratis, makan gratis!"
"Langgeng ya!"
"Baper aing, baper woy!"
cowok itu tersenyum tipis dan matanya tidak berpaling dari gadis yang kini masih menunduk itu.
"Kalian makan sepuasnya aja disini, gue yang bayar!"ucapnya dengan suara lantang.
Semuanya bersorak dan mulai memesan makanan karena akan ada yang membayarkan, malah sebagian sahabat cowok itu menyuruh tukang parkir juga beberapa anak jalanan untuk ikut makan.
"Kita ke taman di belakang Cafe ini aja,"ajak cowok itu kepada si gadis yang kepalanya masih dia pertahankan menunduk.
Gadis itu hanya diam dan pasrah saat tangannya di genggam oleh cowok itu, dia juga mengikuti saja langkah panjang cowok tersebut yang membawanya ke taman.
Mereka duduk di salah satu bangku panjang jenis kayu dekat kolam ikan.
"Wajah lo merah,"ujar cowok itu sambil menundukan wajahnya guna bisa melihat wajah gadisnya.
"Kak!"rengeknya sambil memalingkan wajah.
Telinganya bisa mendengar kekehan cowok itu. Boleh tidak sih dia berteriak sekarang juga untuk menyalurkan rasa bahagianya? Boleh tidak sih dia lompat-lompat seperti anak kecil untuk mengekspresikan kepada semua orang bahwa dia bahagia sekarang?
"Liat gue dulu."
"Gak mau, Kak."
"Liat gue doang."
Kepala gadis itu menggeleng cepat dengan mata yang masih tidak mau menatap cowok di sisinya, hal itu jelas membuat kening si cowok mengeryit.
"Kenapa gak mau liat gue?"tanyanya.
"Malu,"jawabnya pelan.
Kening cowok itu semakin mengernyit.
"Kenapa malu?"
"Kakak gak akan ngerti."
Cowok itu mengulum senyumnya, dia menarik paksa gadis pendek itu agar menatap ke arahnya. Senyum kemenangan hadir ketika melihat wajah gadisnya merah.
"Bagian mana yang gue gak ngerti?"tanya cowok itu dengan nada pelan dan lembut.
Wajahnya tambah merah hanya karena mendengar nada suara cowok di depannya ini.
"Ta–tau, aduh kenapa jadi gugup gini?"
Cowok itu hanya menaikan kedua bahunya untuk menjawab gumaman gadis itu.
"Maksudnya tuh, kamu gak ngerti kak! Ah tau, lah. Resek!"seru gadis itu sambil mengerucutkan bibirnya.
"Ngambek,"cibir cowok itu sambil menampilkan senyum mengejeknya.
"Kakak kenapa nembak aku di depan umum, sih? Kenapa gak pas kita lagi berdua aja?"tanya gadis itu dengan kesal.
"Biar semua orang tau, kalau cewek pendek yang namanya Queen Lavinda ini udah jadi miliknya Kenan Aldhika Badesta!"tegasnya sambil menatap tajam mata gadisnya yang kini malah melongo.
Semua orang harus tahu bahwa sekarang gadis pendek bernama Queen itu sudah menjadi miliknya, sudah menjadi milik Kenan.
"Gimana kalau ada yang gak suka sama hubungan kita? Aku takut,"ujar Queen hati-hati.
Wajar jika Queen merasa takut jika nanti ada yang tidak menyukai hubungannya dengan Kenan. Secara, Kenan itu most wantednya sekolah.
Siapa yang tidak mengenal Kenan? Cowok tampan serta cuek ini menjadi idola para gadis-gadis di sekolah. Banyak yang mengejar-ngejar Kenan, alasannya karena Kenan sangat mempunyai daya tarik tersendiri, cowok itu juga sangat cuek kepada yang namanya wanita.
"Kalau lo di apa-apain, tinggal bilang gue aja. Beres."
Wajah Queen masih terlihat gelisah, dia takut. Apalagi Queen itu masih kelas 10,dia takut nanti ada gosip tidak mengenakan. Dia takut di anggap kecentilan pada Kenan sehingga Kenan mau bersamanya , apalagi sampai berpacaran.
"Kakak kenapa pilih aku?"tanya Queen yang membuat Kenan tersenyum.
Kenan tidak langsung menjawab pertanyaan Queen, cowok itu yang ada malah sibuk menatap lekat wajah polos serta lugu pacarnya. Matanya menulusuri setiap inci wajah cantik Queen, di mulai dari alis, mata, hidung juga bibir. Semuanya nampak sempurna dan indah di mata Kenan.
"Simple, gue suka lo."
Mata Queen membulat tak percaya, dia tidak percaya bahwa cowok di hadapannya ini suka terhadap dirinya.
"Kenapa bisa suka aku, Kak?"
Kenan mendengus pelan, dia baru sadar bahwa Adik kelasnya ini sangat banyak bertanya.
"Lo punya barang yang lo suka?"tanya Kenan tiba-tiba.
Queen terdiam sejenak, lalu matanya membalas tatapan Kenan. Senyum gadis itu merekah indah, dan Kenan menyukainya.
"Punya!"jawabnya dengan riang.
"Apa?"tanya Kenan dengan alis terangkat.
"Aku suka sama boneka,"jawabnya.
Kenan kembali tersenyum kecil. Entahlah, cowok itu gemas dengan tingkah Queen.
"Kenapa suka boneka?"
Bibir Queen maju beberapa centi, kening gadis itu sedikit bergelombang.
"Gak tau. Aku suka gitu aja sama boneka."
"Nah, sama!"
Mata Queen mengerjap-ngerjap dengan tempo cepat.
"Kak Kenan suka boneka juga?"tanya gadis itu yang berhasil membuat mata Kenan hampir keluar dari tempatnya.
Rasanya dia ingin sekali mencuci otak pacarnya itu agar tidak terlalu lugu juga polos.
"Gini ya, Queen. Maksud gue, alasan gue suka sama lo juga sama kayak alasan lo suka boneka,"jelas Kenan.
Kening Queen semakin bergelombang, dia sedikit lemot memang.
"Ngerti?"tanya Kenan pelan.
"Aku gak ngerti,"jawab Queen dengan mata bulatnya yang menatap lekat wajah Kenan.
Kenan sudah menahan nafasnya, dalam hati dia terus menggerutu.
Untung pacar gue, ujarnya dalam hati.
"Jadi gini. Alasan gue suka lo itu sama kayak lo suka sama boneka. Tiba-tiba suka aja, gue tiba-tiba suka sama lo. Jelas?"
...^^^||||^^^...
Gimana buat part pertamanya? Kalian suka gak???
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
Hershi Joenk
gak seharusnya karakterx kuen kayak gitu dia seharusnya menjadi wanita yang tanggu dan GK perna takut secara kan dia ankx arsen mf author x.......🙏🙏🙏
2023-03-01
0
Zahra Faradiba
hii
2022-04-21
0
K Pop is forred
baper tapi nggak terlalu
2020-12-22
1