NovelToon NovelToon

QUEEN'S STORY

01. kenapa pilih aku?

..."Jika kamu yang di utus Tuhan untuk menemani hidupku, aku bisa apa selain melebarkan tangan untuk menyambutmu?"...

...||||...

Ramainya Cafe di sore hari itu membuat suasana tambah meriah, sedangkan kedua remaja yang membuat Cafe menjadi ramai itu masih betah dengan posisinya masing-masing. Si cowok tetap setia memegangi tangan gadis berparas manis yang wajahnya sudah memerah.

Pengunjung Cafe yang di isi remaja-remaja sekolah itu menunggu dengan gemas jawaban yang akan di berikan gadis tersebut kepada si cowok. Mereka sudah menunggu lebih dari lima menit, namun tidak ada jawaban apa pun yang keluar dari bibir gadis bertubuh pendek itu.

"Terima, dong!"seru sebagian pengunjung dengan tak sabar.

Gadis itu mengedarkan matanya yang indah dan bulat, pandangannya kembali pada cowok di hadapannya yang menatapnya dengan penuh harap. Gadis itu tanpa sadar menggigit bibir bawahnya, dia tidak menyangka akan ada kejutan yang sangat wah di hari ulang tahunnya ini.

"Apa jawaban lo?"tanya cowok itu datar.

"Hm...i–ini beneran Kakak nembak aku?"

Cowok itu mengerutkan keningnya sambil mendengus, dia tidak menyangka bahwa ternyata gadis di depannya ini masih dalam mode loading.

"Lo gak ngerti sama semua ini?"tanya cowok itu tidak habis pikir.

Dengan polosnya gadis itu mengangguk, mata bulatnya bahkan tak lepas dari wajah datar cowok di hadapannya.

"Gue nembak lo,"ucap cowok tersebut yang membuat kening si gadis mengernyit tipis.

"Nembak? Kalau nembak aku, nanti yang ada aku mati. Lagian, mana pistolnya?"tanya gadis itu yang berhasil membuat mulut cowok di hadapannya terbuka sedikit.

"Hey, yang gue maksud nembak itu gue mau jadiin lo pacar gue. Bukan nembak dalam artian mau bunuh lo,"jawab cowok tersebut, dia berusaha sabar ketika menjawabnya.

Mata gadis itu mengerjap-ngerjap dengan cepat, mulutnya bahkan terbuka lebar. Dia mendadak terkejut dengan jawaban cowok di hadapannya ini yang berhasil membuat tubuhnya menjadi kaku seperti patung.

"Ja–jadiin aku pacar kak?"

Cowok itu mengangguk, wajahnya masih menampilkan ekspresi datar.

"Jawaban yang harus keluar dari mulut lo cuma dua."

Mata gadis itu membulat, dia penasaran.

"Apa tuh, Kak?"tanyanya takut-takut.

Entah kenapa dia mendadak takut jika jawabannya nanti salah dan membuat cowok tinggi di hadapannya kesal, atau bahkan marah.

"Iya atau mau!"

Tanpa di cegah sorakan sebagian pengunjung membuat bibir gadis itu berkedut menahan senyum. Sebenarnya jika boleh jujur, gadis itu merasakan debaran hebat di dadanya ketika tangannya di genggam oleh tangan besar milik cowok itu.

"Kak, aku malu!"rengek gadis tersebut sambil menundukan kepala.

Cowok itu menaikan satu alisnya, dia mengangkat dagu gadis pendek di hadapannya agar menatap ke arahnya.

"Kenapa malu? Gue jelek sampai lo malu di tembak sama gue?"tanyanya sedikit kesal.

Buru-buru gadis itu menggelengkan kepalanya. Bukan malu karena itu yang dia maksud, dia malu karena sekarang dirinya menjadi pusat perhatian para pengunjung yang berasal dari sekolahnya. Lagian kenapa harus malu di tembak cowok tampan ini?

"Kakak jangan salah sangka, atuh. Bu-bukan itu yang aku maksud,"jawabnya dengan wajah panik.

Alis cowok itu naik sebelah. "Ya terus?"

Gadis lugu itu menunjuk dirinya sendiri dengan tangan kiri yang tidak di pegang.

"Aku itu malu karena banyak yang liatin."

Kedua sudut bibir cowok itu sedikit naik, kedua tangannya memegangi kedua bahu gadis yang lebih pendek darinya itu.

"Lo cantik, jadi gak perlu malu."

Ya ampun! seru gadis itu di dalam hati.

Demi apa pun gadis itu yakin jika sekarang pipinya sudah tambah merah seperti kepiting rebus.

"Woy! Jadinya gimana nih? Di terima kagak!?"teriak seorang cowok lain tidak sabar.

"Apa jawaban lo?"tanya cowok itu, namun nadanya sedikit tidak sabaran sekarang.

Gadis itu mengulum bibirnya sejenak dan matanya tanpa sadar melirik kepada sahabatnya yang heboh menganggukan kepala–menyuruhnya untuk menerima cowok ini.

"Aku mau,"jawabnya sambil menundukan kepala karena seruan terdengar dari seluruh Cafe dekat sekolah mereka ini.

"Alhamdulillah, di terima juga!"

"Makan gratis, makan gratis!"

"Langgeng ya!"

"Baper aing, baper woy!"

cowok itu tersenyum tipis dan matanya tidak berpaling dari gadis yang kini masih menunduk itu.

"Kalian makan sepuasnya aja disini, gue yang bayar!"ucapnya dengan suara lantang.

Semuanya bersorak dan mulai memesan makanan karena akan ada yang membayarkan, malah sebagian sahabat cowok itu menyuruh tukang parkir juga beberapa anak jalanan untuk ikut makan.

"Kita ke taman di belakang Cafe ini aja,"ajak cowok itu kepada si gadis yang kepalanya masih dia pertahankan menunduk.

Gadis itu hanya diam dan pasrah saat tangannya di genggam oleh cowok itu, dia juga mengikuti saja langkah panjang cowok tersebut yang membawanya ke taman.

Mereka duduk di salah satu bangku panjang jenis kayu dekat kolam ikan.

"Wajah lo merah,"ujar cowok itu sambil menundukan wajahnya guna bisa melihat wajah gadisnya.

"Kak!"rengeknya sambil memalingkan wajah.

Telinganya bisa mendengar kekehan cowok itu. Boleh tidak sih dia berteriak sekarang juga untuk menyalurkan rasa bahagianya? Boleh tidak sih dia lompat-lompat seperti anak kecil untuk mengekspresikan kepada semua orang bahwa dia bahagia sekarang?

"Liat gue dulu."

"Gak mau, Kak."

"Liat gue doang."

Kepala gadis itu menggeleng cepat dengan mata yang masih tidak mau menatap cowok di sisinya, hal itu jelas membuat kening si cowok mengeryit.

"Kenapa gak mau liat gue?"tanyanya.

"Malu,"jawabnya pelan.

Kening cowok itu semakin mengernyit.

"Kenapa malu?"

"Kakak gak akan ngerti."

Cowok itu mengulum senyumnya, dia menarik paksa gadis pendek itu agar menatap ke arahnya. Senyum kemenangan hadir ketika melihat wajah gadisnya merah.

"Bagian mana yang gue gak ngerti?"tanya cowok itu dengan nada pelan dan lembut.

Wajahnya tambah merah hanya karena mendengar nada suara cowok di depannya ini.

"Ta–tau, aduh kenapa jadi gugup gini?"

Cowok itu hanya menaikan kedua bahunya untuk menjawab gumaman gadis itu.

"Maksudnya tuh, kamu gak ngerti kak! Ah tau, lah. Resek!"seru gadis itu sambil mengerucutkan bibirnya.

"Ngambek,"cibir cowok itu sambil menampilkan senyum mengejeknya.

"Kakak kenapa nembak aku di depan umum, sih? Kenapa gak pas kita lagi berdua aja?"tanya gadis itu dengan kesal.

"Biar semua orang tau, kalau cewek pendek yang namanya Queen Lavinda ini udah jadi miliknya Kenan Aldhika Badesta!"tegasnya sambil menatap tajam mata gadisnya yang kini malah melongo.

Semua orang harus tahu bahwa sekarang gadis pendek bernama Queen itu sudah menjadi miliknya, sudah menjadi milik Kenan.

"Gimana kalau ada yang gak suka sama hubungan kita? Aku takut,"ujar Queen hati-hati.

Wajar jika Queen merasa takut jika nanti ada yang tidak menyukai hubungannya dengan Kenan. Secara, Kenan itu most wantednya sekolah.

Siapa yang tidak mengenal Kenan? Cowok tampan serta cuek ini menjadi idola para gadis-gadis di sekolah. Banyak yang mengejar-ngejar Kenan, alasannya karena Kenan sangat mempunyai daya tarik tersendiri, cowok itu juga sangat cuek kepada yang namanya wanita.

"Kalau lo di apa-apain, tinggal bilang gue aja. Beres."

Wajah Queen masih terlihat gelisah, dia takut. Apalagi Queen itu masih kelas 10,dia takut nanti ada gosip tidak mengenakan. Dia takut di anggap kecentilan pada Kenan sehingga Kenan mau bersamanya , apalagi sampai berpacaran.

"Kakak kenapa pilih aku?"tanya Queen yang membuat Kenan tersenyum.

Kenan tidak langsung menjawab pertanyaan Queen, cowok itu yang ada malah sibuk menatap lekat wajah polos serta lugu pacarnya. Matanya menulusuri setiap inci wajah cantik Queen, di mulai dari alis, mata, hidung juga bibir. Semuanya nampak sempurna dan indah di mata Kenan.

"Simple, gue suka lo."

Mata Queen membulat tak percaya, dia tidak percaya bahwa cowok di hadapannya ini suka terhadap dirinya.

"Kenapa bisa suka aku, Kak?"

Kenan mendengus pelan, dia baru sadar bahwa Adik kelasnya ini sangat banyak bertanya.

"Lo punya barang yang lo suka?"tanya Kenan tiba-tiba.

Queen terdiam sejenak, lalu matanya membalas tatapan Kenan. Senyum gadis itu merekah indah, dan Kenan menyukainya.

"Punya!"jawabnya dengan riang.

"Apa?"tanya Kenan dengan alis terangkat.

"Aku suka sama boneka,"jawabnya.

Kenan kembali tersenyum kecil. Entahlah, cowok itu gemas dengan tingkah Queen.

"Kenapa suka boneka?"

Bibir Queen maju beberapa centi, kening gadis itu sedikit bergelombang.

"Gak tau. Aku suka gitu aja sama boneka."

"Nah, sama!"

Mata Queen mengerjap-ngerjap dengan tempo cepat.

"Kak Kenan suka boneka juga?"tanya gadis itu yang berhasil membuat mata Kenan hampir keluar dari tempatnya.

Rasanya dia ingin sekali mencuci otak pacarnya itu agar tidak terlalu lugu juga polos.

"Gini ya, Queen. Maksud gue, alasan gue suka sama lo juga sama kayak alasan lo suka boneka,"jelas Kenan.

Kening Queen semakin bergelombang, dia sedikit lemot memang.

"Ngerti?"tanya Kenan pelan.

"Aku gak ngerti,"jawab Queen dengan mata bulatnya yang menatap lekat wajah Kenan.

Kenan sudah menahan nafasnya, dalam hati dia terus menggerutu.

Untung pacar gue, ujarnya dalam hati.

"Jadi gini. Alasan gue suka lo itu sama kayak lo suka sama boneka. Tiba-tiba suka aja, gue tiba-tiba suka sama lo. Jelas?"

...^^^||||^^^...

Gimana buat part pertamanya? Kalian suka gak???

02. Posesif Kenan

..."Kamu posesif tapi i like it."...

...||||...

Tiga bulan telah berlalu sejak kejadian dimana Kenan menembak dan menjadikan Queen sebagai pacarnya. Selama ini hubungan mereka baik-baik saja, meskipun sesekali pasangan itu berdebat karena hal-hal kecil namun tak berselang lama mereka akan akur seperti biasa.

Dan selama tiga bulan ini Queen maupun Kenan selalu mencoba untuk saling memahami sifat masing-masing satu sama lain, terkadang keduanya selalu berselisih paham, namun itu normal-normal saja kan?

Dan Queen baru mengetahui sifat asli Kenan yang sesungguhnya. Di balik sifat cuek yang selalu Kenan tunjukan di depan umum, cowok itu juga memiliki sifat posesif, protektif, serta gampang terbawa emosi. Cowok itu juga terkadang egois, namun cowok itu juga bisa bersikap manis yang membuat Queen semakin jatuh hati kepadanya.

Banyak orang yang mendukung hubungan mereka berdua, selain karena keduanya seperti saling membutuhkan serta melengkapi satu sama lain. Mereka juga seperti melihat ada sesuatu yang jarang di perlihatkan sosok Kenan pada semua orang kecuali Queen. Cowok itu selalu memperlakukan Queen dengan baik walaupun dalam beberapa waktu selalu terlihat kasar.

Setiap ada cowok yang mengganggu Queen, siap-siap saja berurusan dengan Kenan. Dia tidak akan diam ketika melihat ada cowok lain yang dekat dengan Queen.

Entahlah, hadirnya Kenan membuat hidup Queen menjadi lebih berwarna. Apalagi Kenan itu adalah cinta pertama Queen, dia orang pertama yang berhasil membuat debaran di jantung Queen terasa cepat hanya dengan keberadaan Kenan di dekatnya.

"Queen,"panggil Siska–absensi di kelasnya.

Queen yang semula sedang memasukan buku ke dalam tas sekolahnya pun jadi mendongak karena Siska memanggilnya. Senyum manisnya hadir meski lawan bicaranya kini menampilkan wajah jutek, entahlah semua orang bersikap jutek padanya kecuali Dea juga Givani.

"Iya, kenapa?"tanya Queen dengan masih tersenyum.

"Si Dea gue alfain."

Kening Queen sontak mengernyit, bibirnya yang tadi menampilkan senyum bahkan menjadi sedikit terbuka.

"Loh, kenapa di alfain?"

Siska mengedikan kedua bahunya. "Dia gak masuk, dan gak ada keterangan sama sekali."

"Kenapa gak kita tunggu sampai selesai isti– eh? Siska!?"seru Queen sambil terus memperhatikan Siska yang sudah keluar dari kelas di ikuti teman-temannya.

Tanpa sadar gadis lugu itu pun mengerucutkan bibirnya sambil menutup sleting tasnya. Mata gadis itu tanpa sadar tertuju pada bangku kosong di sebelahnya, yang seharusnya di isi sosok Dea sekarang.

"Lagian kenapa Dea gak masuk, sih? Jadi di alfain kan,"gumamnya lalu memilih untuk berdiri dan keluar dari kelas.

Dia ingin ke kantin untuk makan karena perutnya lapar dan pagi tadi dia ingat belum sarapan.

"Queen!"

Kepala Queen sontak menengok kebelakang ketika suara berat sedikit serak itu memanggilnya. Senyumnya mengembang ketika melihat Kenan berjalan cepat ke arahnya, cowok itu terlihat semakin tampan ketika baju olahraga yang di kenakannya sedikit basah oleh keringat. Rambut cowok itu juga basah, mungkin karena di siram oleh air.

"Mau ke kantin?"tanya Kenan ketika sudah sampai di hadapan Queen.

"Iya,"jawabnya sambil mengangguk cepat.

"Gak sama temen kamu?"

Senyum tak dapat di tahan lagi ketika mendengar kata 'kamu' keluar dari bibir Kenan. Sudah satu bulan ini Kenan mengubah panggilan 'lo-gue' kepada Queen menjadi 'aku-kamu'. Hanya sewaktu-waktu Kenan menyebut 'lo-gue' kepada Queen, jika sedang marah contohnya.

"Dea gak sekolah hari ini,"jawab Queen sambil mengikuti langkah lebar pacarnya.

"Duduk sendiri dong,"sindir Kenan yang membuat Queen mendengus.

Kenan memang selalu menyindir Queen jika gadis itu duduk sendirian. Queen memang tipikal orang yang tidak suka jika duduk sendirian di kelas, gadis itu merasa seperti di asingkan jika duduk sendirian tanpa teman.

"Temenin atuh,"canda Queen sambil mengulum senyumnya. Gadis itu duduk di depan Kenan, dia bisa melihat seringaian lebar di bibir Kenan.

"Yakin?"

"Bercanda, Kak."

"Gue pacar lo, bukan Kakak lo."

Queen memyengir kuda, gadis itu meringis ketika lupa bahwa Kenan tidak suka jika Queen memanggilnya dengan sebutan 'Kakak'. Kenan merasa bukan pacar Queen jika gadis itu memanggilnya 'Kakak'.

"Iya maaf, Ken. Aku kan keceplosan,"ucap Queen dengan wajah lugunya.

Kenan hanya menganggukan kepalanya, cowok itu melambaikan tangannya kepada pedagang sosis bakar sehingga pedagang itu menghampiri Kenan.

"Pesan apa, A'? Di sini ada sosis bakar biasa, sosis bakar campur telor, sosis bakar campur–"

"Sosis bakar satu,"potong Kenan datar.

Mang Ison mengangguk, matanya melirik Queen.

"Naon make melongkeun kabogoh urang sagala?"tanya Kenan tajam ketika melihat mata Mang Ison menatap pacarnya.

"Kenan,"tegur Queen memperingati. Dia tidak suka ketika mendengar ucapan tidak sopan keluar dari mulut Kenan, apalagi kalau cowok itu berbicara pada orang yang umurnya jauh lebih tua.

"Santuy atuh Aa', Mang cuma heran aja kenapa si Neng gak di pesenin,"ujar Mang Ison membela diri.

"Bukan urusan situ ini, kan?"sindir Kenan sinis.

Mang Ison hanya bisa mengusap dada pelan oleh kelakuan Kenan yang memang sudah seperti ini dari dulu. Cowok itu memang tidak memiliki kesopanan kepada orang yang lebih tua darinya.

"Neng mau pesen apa?"tanya Mang Ison kepada Queen.

"Sosis campur telor aja Mang, minumnya teh manis aja dua ya!"jawabnya riang.

Mang Ison hanya mengangguk sopan sambil berlalu dari pasangan baru itu. Dia juga tidak tahan sedari tadi di tatap tajam oleh Kenan saat berbicara dengan Queen.

"Jadi ikut aku ke rumah, kan?"tanya Kenan dengan mata memicing.

Mata Queen mengerjap pelan, gadis itu menepuk jidatnya ketika mengingat sesuatu.

"Anu Ken, hm... kayaknya gak jadi deh–"

"Kenapa?"tanya Kenan cepat.

"Aku pulangnya ada ekskul nyanyi,"jawab Queen sambil menggenggam tangan kanan Kenan yang berada di atas meja.

Kenan terlihat ingin marah ketika mendengar jawaban Queen. Tapi mau bagaimana lagi? Queen tidak akan mau jika Kenan menyuruhnya untuk tidak ikut ekskul hari ini.

"Selesainya sampai jam setengah lima, bener?"

Queen mengangguk, Kenan memang tahu waktu ekskulnya sampai kapan. Cowok itu bahkan mencari tahunya langsung kepada pembina ekskul di sekolah SMA Garuda ini.

"Kabarin kalau udah selesai, nanti aku jemput kamu,"ucap Kenan dengan nada tegasnya.

"Iya,"gumam Queen lembut.

Entahlah, meskipun terkesan kasar tapi Queen menikmati perilaku Kenan yang satu ini. Lagian lebih baik cowok yang menunjukan sifat aslinya walaupun itu kurang baik daripada cowok yang menunjukan sifat palsunya demi membuat pasangan mereka merasa menjadi istimewa, tapi ujung-ujungnya sakit karena pasangan mereka menunjukan sifat asli mereka yang tidak baik di akhir.

Tangan yang tadi di genggam Queen terlepas, tadinya gadis itu merasa kecewa. Tapi sedetik kemudian, bibirnya berkedut menahan senyuman ketika Kenan menggenggam tangannya dan mengelus punggung tangannya dengan lembut. Mata mereka terkunci satu sama lain.

Queen tidak perlu Kenan yang selalu mengucapkan kalimat-kalimat cintanya untuk Queen setiap hari seperti pasangan kebanyakan. Yang di butuhkan Queen hanya seperti sekarang, saat mata hitam nan tajam milik Kenan menatapnya dengan intens namun penuh cinta, itu yang selalu di butuhkan Queen untuk meyakinkannya bahwa Kenan memang mencintainya.

"Gimana tadi olahraganya, capek?"tanya Queen membuka obrolan.

Tanpa menatap mata Queen, cowok itu menjawab. Matanya sibuk menatap jari-jari lentik Queen yang sedang di mainkan olehnya.

"Gak,"jawabnya singkat.

"Temen-temen kamu mana?"

Kenan terlihat menghentikan aksinya memainkan jemari-jemari Queen, tapi tak lama kemudian cowok itu kembali memainkannya.

"Pada di kelas, tiduran. Lagian ngapain nanyain mereka, sih?"tanyanya, terselip nada tidak suka di dalam kalimat tanya itu.

"Ya gak apa-apa, aku cuma heran aja. Biasanya temen-temen kamu selalu ngekor."

"Bagus lah mereka gak ngekor kayak biasa. Jadi gak ganggu,"ujar Kenan sambil mendongak untuk menatap Queen.

"Ganggu apa? Ganggu siapa?"tanya Queen bingung.

Kenan mendengus geli, cowok itu menekan sekilas hidung Queen.

"Ganggu kita lagi pacaran, lah! Bosen aku terus di ikutin mereka setiap kita lagi pacaran,"kesal Kenan sambil menatap Mang Ison yang berjalan ke arah mereka dengan nampan berisi pesanannya dan Queen.

"Padahal rame loh kalau kita pacaran di ikutin mereka."

"Rame apanya? Rugi iya!"

Kening Queen bergelombang, bibir gadis itu terbuka ingin bertanya kepada Kenan tapi kehadiran Mang Ison yang menyimpan makanan di meja mereka membuat Queen urung bertanya kepada cowok itu. Setelah Mang Ison pergi, barulah Queen bertanya kepada Kenan.

"Kenapa rugi?"tanya Queen lugu.

Mata Kenan mendelik, cowok itu hanya menatap sekilas pacarnya lalu melahap sosisnya dengan nikmat.

"Percuma aku kasih tau jawabannya. Kamu gak bakal ngerti."

...||||...

Rugi karena nantinya Kenan gak bakal tuh bisa mesra-mesraan sama Queen😂

Btw, gimana buat part ini?

Jangan lupa buat follow ig @storiesalfina yaa, di sana kalian bisa liat cast dari cerita QUEEN'S STORY.

*Translet!

Naon make melongkeun kabogoh urang sagala?

Artinya: Kenapa pakek liatin pacar gue segala*?

03. Cemburu

Musik.

Hanya itu yang membuat Queen merasa hidup, hanya alunan nada indah itu yang membuat Queen merasakan dunianya.

Queen menyukai musik karena musik mampu membuatnya rilex, musik juga bisa membuat mood Queen berubah-ubah, musik juga yang membuat Queen menemukan sosok dirinya sendiri. Dan musik juga lah, yang mempertemukan Queen dengan Kenan.

Ya, awal pertama Queen mengenal Kenan karena musik. Saat masa MOS, Queen sempat terkagum ketika seorang Kakak kelas bernama Kenan di minta untuk bernyanyi di depan calon-calon Adik kelasnya. Awalnya Queen bisa melihat dengan jelas Kenan menolak, tapi tak lama cowok itu mengiyakan dan bernyayi di hadapan semua calon Adik kelas dengan gitar yang berada di pangkuannya.

Lagu Impossible mengalun indah di telinga Queen saat itu, apalagi suara Kenan benar-benar sangat merdu. Dan sejak saat itu, Queen menjadi kagum akan sosok Kenan.

Entah ada angin apa, saat dia tengah ekskul tiba-tiba Kenan dan kawan-kawannya ikut bergabung, mereka hanya menontoni setiap Adik kelas yang bernyanyi dengan tatapan yang membuat Adik kelas salah tingkah.

Dari situlah semuanya terjadi, saat Queen di tes untuk bernyanyi dengan di iringi piano. Queen merasakan bahwa tatapan Kenan sangatlah berbeda, cowok itu menatapnya intens sekali. Dan dua hari kemudian, mereka mulai dekat walaupun Queen masih canggung terhadap Kenan.

"Queen, suara kamu makin bagus aja!"puji Kak Liam–senior Queen di ekskul serta sekolah.

Mendengar pujian Liam pun Queen hanya bisa tersenyum malu. Queen memang gadis yang pemalu serta lugu, gadis itu selalu merasa malu jika ada seseorang yang memujinya.

"Ah, biasa aja Kak. Masih bagus juga suara Kakak,"ucap Queen merendah.

Liam terkekeh pelan, cowok tampan yang memiliki suara halus itu menatap Queen dengan lembut.

"Aku pengen banget duet sama kamu."

"Hah?"

Liam kembali terkekeh, cowok itu gemas dengan tingkah menggemaskan Adik kelasnya ini. Jika boleh jujur, Liam menyukai Queen dari sejak gadis pendek itu ikut bergabung di ekskul musik. Entahlah, perasaan itu tidak bisa di tahan dan di cegah. Liam tahu status Queen yang tidak lagi sendiri sekarang.

"Aku pengen duet sama kamu Queen,"ujarnya sekali lagi.

"Ya ampun, Kak Li! Ngapain pengen duet sama aku? Suara aku gak sebagus Giv–"

"Suara kamu bagus, Queen!"sela Liam sambil tersenyum lebar.

"Kakak keras kepala, ih!"ejek Queen sambil tertawa.

Saat tengah asik tertawa bersama Liam, suara orang berdehem di belakang Queen membuat gadis itu berhenti tertawa dan berbalik badan guna untuk melihat siapa yang berdehem. Mata Queen membulat ketika melihat Kenan tengah menatapnya dingin saat ini.

"Eh? H–Hai! Kamu kok ada di sini?"tanya Queen berusaha untuk tidak gugup.

Kenan menaikan alisnya dengan sinis, cowok itu melirik sekilas Liam yang hanya bisa tersenyum.

"Kenapa? Gak boleh gue di sini? Lagian udah jam setengah lima, waktu ekskul lo udah habis!"jawab Kenan datar namun penuh penekanan.

Queen meneguk ludahnya kasar, gara-gara mengobrol bersama Liam dia jadi lupa waktu seperti ini.

"Ayo pulang,"ajak Kenan sambil berlalu lebih dulu dan meninggalkan Queen yang gelagapan.

****** Kenan marah,serunya dalam hati.

"Kenan tunggu!" Queen menatap Liam dengan sopan. "Kak Liam aku duluan pulang ya!"

...||||...

Kenan hanya diam di sepanjang perjalanan, cowok itu masih marah kepada pacarnya yang saat ini sibuk merengek meminta maaf.

Demi Spiderman yang gak waras karena pake celana dalam di luar, Kenan tidak suka kepada Liam. Cowok kebanggaan sekolah itu selalu saja mendekati pacarnya. Apa tidak tahu bahwa Kenan selalu tidak segan untuk menghajar cowok manapun yang berani mendekati Queen? Apa tidak ngeri Liam melihat korban-korban yang di hasilkan Kenan akibat korban itu berani menyentuh Queen?

"Ken... jangan marah, dong!"rengek Queen sambil menampilkan wajah memelasnya agar berhasil meredakan amarah Kenan.

"Kenan-nya Queen, kamu gak boleh gini dong! Jangan cemberut... gantengnya ngurang–"

"Dan gantengan si Liam busuk itu?"potong Kenan tajam.

Dengan cepat Queen menggeleng, gadis itu sedikit takut ketika mendengar nada bicara Kenan.

"Gak, kok! Kak Liam gak ganteng, kamu yang paling ganteng!"seru Queen bangga.

Kenan hanya bisa mendelik, cowok itu berdecak sebal ketika lampu merah mencegatnya. Sebenarnya salah jika Kenan malah melampiaskan kemarahannya kepada Queen yang jelas-jelas tidak salah. Tapi entah kenapa Kenan kesal karena Queen selalu saja membalas ucapan-ucapan Liam dan para cowok modus lainnya.

"Ken... aku pengen main ke rumah kamu,"ujar Queen berusaha membuat Kenan kembali seperti biasa.

Mungkin dengan cara Queen ingin main ke rumah Kenan, cowok itu bisa sedikit lunak dan bersikap biasa kembali kepadanya.

"Gak!"tolak Kenan ketus.

Bibir Queen maju beberapa centi, gadis itu sudah hilang ide untuk membujuk keras kepalanya Kenan.

"Kamu tuh selalu gini, selalu marah-marah setiap aku ngobrol sama Kak Liam atau cowok–"

"Kamu ngerti kata cemburu gak?"tanya Kenan datar plus dingin.

"Ngapain harus cemburu sih, Ken? Mereka cuma temen aku, Kakak kelas aku. Ada yang salah?"

Kenan menatap Queen tajam, cowok itu ingin sekali mencubit pipi bulat pacarnya sampai mengecil.

"Ada."

"Apa?"tanya Queen polos.

"Masalahnya mereka suka sama kamu."

Queen mengerjapkan matanya, gadis itu memiringkan bibirnya seolah sedang berpikir.

"Lagian mereka doang yang suka sama aku, akunya sih nggak."

"Terserah lah, Queen! Terserah,"gumamKenan pelan.

Mobil Kenan kembali melaju membelah jalanan sore kota Bandung, jalanan sedikit padat ketika mobil mereka memasuki kawasan Alun-Alun yang sedang ramai oleh pejalan kaki.

"Ken, aku laper."

Hening, Kenan mengacuhkan suara Queen.

Krukkk!

"Ken..."

Kenan sebenarnya mendengar suara perut Queen yang merengek minta di isi. Tapi entah kenapa keegoisannya masih menguasai hingga dia tega membiarkan pacarnya kelaparan seperti itu.

Queen mendadak menjadi cemberut karena Kenan mengabaikannya. Tangan gadis itu memeluk perutnya sendiri. Matanya menatap ke luar jendela.

Krukkkk!

Sudah cukup! Habis sudah kesabaran Queen, gadis itu tiba-tiba menegakan duduknya dan menatap garang Kenan yang masih sibuk menyetir.

"Kenan, kamu denger gak sih suara perut aku!? Aku laper.... pengen makan! Tega banget sih, sama pacar sendiri juga!"

Kenan mendengus, dia menatap sekilas Queen yang masih menatapnya dengan dada naik turun karena kesal. Cowok itu menepikan mobil di pinggir jalan dekat rumah makan Jeletot di jalan Otto Iskandar.

"Laper?"tanya Kenan sambil menaikan satu alisnya.

"Banget,"lirih Queen.

Dia memang belum makan sejak dari jam istirahat kedua di sekolahnya. Gadis itu baru ingat jika perutnya hanya di isi dengan sosis dan es teh manis.

"Janji dulu jangan ngobrol sama Liam,"suruh Kenan sambil merangkul bahu Queen.

Queen sebenarnya kesal, tapi dia bisa apa? Lagian mengapa dia harus tidak mengobrol dengan Liam? Nanti Queen dikira sombong lagi karena tidak mengobrol bersama Liam.

"Na–nanti aku di kira sombong sama Kak Liam gimana?"tanya Queen pelan.

"Sombong itu harus, Queen."

"Kata Mama kamu gak boleh sombong, nanti gak punya banyak temen."

Kenan berdecak sebal.

"Mau makan gak, sih?"tanyanya kesal.

Kepala Queen mengangguk cepat. Matanya menatap lugu mata hitam milik Kenan.

"Ya udah janji dulu jangan ngobrol lagi sama Liam,"ujar Kenan memaksa.

Dengan berat hati Queen mau tidak mau harus menuruti apa yang di inginkan Kenan. Demi perutnya, demi hubungannya juga.

"Iya. Queen janji,"katanya tidak bersemangat.

"Janji apa?"

"Janji buat gak ngobrol sama Kak Liam lagi."

Kenan tersenyum puas. Cowok itu mengecup pipi kanan Queen lalu menjauhkan wajahnya.

"Kamu udah janji, ya!"

...||||...

Hayoo, gimana part ini?

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!