Musik.
Hanya itu yang membuat Queen merasa hidup, hanya alunan nada indah itu yang membuat Queen merasakan dunianya.
Queen menyukai musik karena musik mampu membuatnya rilex, musik juga bisa membuat mood Queen berubah-ubah, musik juga yang membuat Queen menemukan sosok dirinya sendiri. Dan musik juga lah, yang mempertemukan Queen dengan Kenan.
Ya, awal pertama Queen mengenal Kenan karena musik. Saat masa MOS, Queen sempat terkagum ketika seorang Kakak kelas bernama Kenan di minta untuk bernyanyi di depan calon-calon Adik kelasnya. Awalnya Queen bisa melihat dengan jelas Kenan menolak, tapi tak lama cowok itu mengiyakan dan bernyayi di hadapan semua calon Adik kelas dengan gitar yang berada di pangkuannya.
Lagu Impossible mengalun indah di telinga Queen saat itu, apalagi suara Kenan benar-benar sangat merdu. Dan sejak saat itu, Queen menjadi kagum akan sosok Kenan.
Entah ada angin apa, saat dia tengah ekskul tiba-tiba Kenan dan kawan-kawannya ikut bergabung, mereka hanya menontoni setiap Adik kelas yang bernyanyi dengan tatapan yang membuat Adik kelas salah tingkah.
Dari situlah semuanya terjadi, saat Queen di tes untuk bernyanyi dengan di iringi piano. Queen merasakan bahwa tatapan Kenan sangatlah berbeda, cowok itu menatapnya intens sekali. Dan dua hari kemudian, mereka mulai dekat walaupun Queen masih canggung terhadap Kenan.
"Queen, suara kamu makin bagus aja!"puji Kak Liam–senior Queen di ekskul serta sekolah.
Mendengar pujian Liam pun Queen hanya bisa tersenyum malu. Queen memang gadis yang pemalu serta lugu, gadis itu selalu merasa malu jika ada seseorang yang memujinya.
"Ah, biasa aja Kak. Masih bagus juga suara Kakak,"ucap Queen merendah.
Liam terkekeh pelan, cowok tampan yang memiliki suara halus itu menatap Queen dengan lembut.
"Aku pengen banget duet sama kamu."
"Hah?"
Liam kembali terkekeh, cowok itu gemas dengan tingkah menggemaskan Adik kelasnya ini. Jika boleh jujur, Liam menyukai Queen dari sejak gadis pendek itu ikut bergabung di ekskul musik. Entahlah, perasaan itu tidak bisa di tahan dan di cegah. Liam tahu status Queen yang tidak lagi sendiri sekarang.
"Aku pengen duet sama kamu Queen,"ujarnya sekali lagi.
"Ya ampun, Kak Li! Ngapain pengen duet sama aku? Suara aku gak sebagus Giv–"
"Suara kamu bagus, Queen!"sela Liam sambil tersenyum lebar.
"Kakak keras kepala, ih!"ejek Queen sambil tertawa.
Saat tengah asik tertawa bersama Liam, suara orang berdehem di belakang Queen membuat gadis itu berhenti tertawa dan berbalik badan guna untuk melihat siapa yang berdehem. Mata Queen membulat ketika melihat Kenan tengah menatapnya dingin saat ini.
"Eh? H–Hai! Kamu kok ada di sini?"tanya Queen berusaha untuk tidak gugup.
Kenan menaikan alisnya dengan sinis, cowok itu melirik sekilas Liam yang hanya bisa tersenyum.
"Kenapa? Gak boleh gue di sini? Lagian udah jam setengah lima, waktu ekskul lo udah habis!"jawab Kenan datar namun penuh penekanan.
Queen meneguk ludahnya kasar, gara-gara mengobrol bersama Liam dia jadi lupa waktu seperti ini.
"Ayo pulang,"ajak Kenan sambil berlalu lebih dulu dan meninggalkan Queen yang gelagapan.
****** Kenan marah,serunya dalam hati.
"Kenan tunggu!" Queen menatap Liam dengan sopan. "Kak Liam aku duluan pulang ya!"
...||||...
Kenan hanya diam di sepanjang perjalanan, cowok itu masih marah kepada pacarnya yang saat ini sibuk merengek meminta maaf.
Demi Spiderman yang gak waras karena pake celana dalam di luar, Kenan tidak suka kepada Liam. Cowok kebanggaan sekolah itu selalu saja mendekati pacarnya. Apa tidak tahu bahwa Kenan selalu tidak segan untuk menghajar cowok manapun yang berani mendekati Queen? Apa tidak ngeri Liam melihat korban-korban yang di hasilkan Kenan akibat korban itu berani menyentuh Queen?
"Ken... jangan marah, dong!"rengek Queen sambil menampilkan wajah memelasnya agar berhasil meredakan amarah Kenan.
"Kenan-nya Queen, kamu gak boleh gini dong! Jangan cemberut... gantengnya ngurang–"
"Dan gantengan si Liam busuk itu?"potong Kenan tajam.
Dengan cepat Queen menggeleng, gadis itu sedikit takut ketika mendengar nada bicara Kenan.
"Gak, kok! Kak Liam gak ganteng, kamu yang paling ganteng!"seru Queen bangga.
Kenan hanya bisa mendelik, cowok itu berdecak sebal ketika lampu merah mencegatnya. Sebenarnya salah jika Kenan malah melampiaskan kemarahannya kepada Queen yang jelas-jelas tidak salah. Tapi entah kenapa Kenan kesal karena Queen selalu saja membalas ucapan-ucapan Liam dan para cowok modus lainnya.
"Ken... aku pengen main ke rumah kamu,"ujar Queen berusaha membuat Kenan kembali seperti biasa.
Mungkin dengan cara Queen ingin main ke rumah Kenan, cowok itu bisa sedikit lunak dan bersikap biasa kembali kepadanya.
"Gak!"tolak Kenan ketus.
Bibir Queen maju beberapa centi, gadis itu sudah hilang ide untuk membujuk keras kepalanya Kenan.
"Kamu tuh selalu gini, selalu marah-marah setiap aku ngobrol sama Kak Liam atau cowok–"
"Kamu ngerti kata cemburu gak?"tanya Kenan datar plus dingin.
"Ngapain harus cemburu sih, Ken? Mereka cuma temen aku, Kakak kelas aku. Ada yang salah?"
Kenan menatap Queen tajam, cowok itu ingin sekali mencubit pipi bulat pacarnya sampai mengecil.
"Ada."
"Apa?"tanya Queen polos.
"Masalahnya mereka suka sama kamu."
Queen mengerjapkan matanya, gadis itu memiringkan bibirnya seolah sedang berpikir.
"Lagian mereka doang yang suka sama aku, akunya sih nggak."
"Terserah lah, Queen! Terserah,"gumamKenan pelan.
Mobil Kenan kembali melaju membelah jalanan sore kota Bandung, jalanan sedikit padat ketika mobil mereka memasuki kawasan Alun-Alun yang sedang ramai oleh pejalan kaki.
"Ken, aku laper."
Hening, Kenan mengacuhkan suara Queen.
Krukkk!
"Ken..."
Kenan sebenarnya mendengar suara perut Queen yang merengek minta di isi. Tapi entah kenapa keegoisannya masih menguasai hingga dia tega membiarkan pacarnya kelaparan seperti itu.
Queen mendadak menjadi cemberut karena Kenan mengabaikannya. Tangan gadis itu memeluk perutnya sendiri. Matanya menatap ke luar jendela.
Krukkkk!
Sudah cukup! Habis sudah kesabaran Queen, gadis itu tiba-tiba menegakan duduknya dan menatap garang Kenan yang masih sibuk menyetir.
"Kenan, kamu denger gak sih suara perut aku!? Aku laper.... pengen makan! Tega banget sih, sama pacar sendiri juga!"
Kenan mendengus, dia menatap sekilas Queen yang masih menatapnya dengan dada naik turun karena kesal. Cowok itu menepikan mobil di pinggir jalan dekat rumah makan Jeletot di jalan Otto Iskandar.
"Laper?"tanya Kenan sambil menaikan satu alisnya.
"Banget,"lirih Queen.
Dia memang belum makan sejak dari jam istirahat kedua di sekolahnya. Gadis itu baru ingat jika perutnya hanya di isi dengan sosis dan es teh manis.
"Janji dulu jangan ngobrol sama Liam,"suruh Kenan sambil merangkul bahu Queen.
Queen sebenarnya kesal, tapi dia bisa apa? Lagian mengapa dia harus tidak mengobrol dengan Liam? Nanti Queen dikira sombong lagi karena tidak mengobrol bersama Liam.
"Na–nanti aku di kira sombong sama Kak Liam gimana?"tanya Queen pelan.
"Sombong itu harus, Queen."
"Kata Mama kamu gak boleh sombong, nanti gak punya banyak temen."
Kenan berdecak sebal.
"Mau makan gak, sih?"tanyanya kesal.
Kepala Queen mengangguk cepat. Matanya menatap lugu mata hitam milik Kenan.
"Ya udah janji dulu jangan ngobrol lagi sama Liam,"ujar Kenan memaksa.
Dengan berat hati Queen mau tidak mau harus menuruti apa yang di inginkan Kenan. Demi perutnya, demi hubungannya juga.
"Iya. Queen janji,"katanya tidak bersemangat.
"Janji apa?"
"Janji buat gak ngobrol sama Kak Liam lagi."
Kenan tersenyum puas. Cowok itu mengecup pipi kanan Queen lalu menjauhkan wajahnya.
"Kamu udah janji, ya!"
...||||...
Hayoo, gimana part ini?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments