Vote sebelum baca 😍
.
.
"Sayang lihat sini!"
Cekrek!
"Ihh yang bener dong di fotonya, masa gini sih. Ayo ulang!" kesal Arabelle.
Bagaimana tidak kesal karena Finn yang malah menunjukan ekspresi konyolnya, walau sebenarnya masih terlihat tampan sih. Wanita itu kembali menyiapkan kameranya, tapi Finn dengan cepat menutupi bagian belakang ponselnya itu.
"Ayo dong, sekali lagi," bujuk Arabella.
"Gak mau Mah."
"Ayolah sekali aja ya," rengek Ara belum menyerah. Putranya ini memang susah sekali diajak foto. Finn selalu menolak dan tentu saja tidak banyak foto anak itu di ponselnya.
Arabella cemberut mendapat sikap cuek Finn. Padahal Ia sama sekali tak punya sifat begitu, Ara adalah wanita yang ceria, pokoknya ekstrovert sekali. Pertanyaannya dari mana sifat putranya itu menurun ya?
Hari minggu ini Arabella sedang menghabiskan waktu berjalan-jalan bersama Finn. Ini memang kebiasaan mereka, walaupun hanya berdua saja. Apalagi sekarang Arabella sudah bekerja, jadi tidak bisa banyak menghabiskan waktu dengan puteranya.
"Mbak saya pesan ekrimnya dua," ucap Arabella.
"Mau rasa apa?"
"Vanila aja."
"Kalo adiknya?" tanya pelayan itu.
Arabella terdiam mendengar itu, Ia lalu menoleh pada Finn yang sudah pasti pelayan itu anggap sebagai adiknya. Mereka sudah biasa dianggap seperti itu, mungkin karena Ia pun yang terlihat awet muda.
"Em anak saya mau rasa coklat."
"Oh tunggu sebentar ya."
Arabella hanya menggeleng saja melihat itu, kenapa ya banyak sekali yang menganggap Ia dan Finn adik kakak. Putranya saja sampai bosan disebut adiknya. Usia Ara kini sudah menginjak 25 tahun, banyak yang menganggapnya masih muda, aneh.
"Terima kasih," ucap Ara lalu membawa dua eskrim itu. Ia menyerahkan eskrim rasa coklat pada Finn.
Mereka pun duduk di bangku panjang yang berada disamping danau. Hari minggu ini banyak sekali orang-orang yang bermain di sini. Kebanyakannya sih yang pergi dengan keluarga kecilnya.
"Mau kemana lagi sekarang?"
Merasa tidak mendapat jawaban, Ara menoleh ke samping. Anaknya itu ternyata sedang memperhatikan ke bangku samping dan otomatis Ia juga ikut melihat. Di tempat duduk itu terlihat keluarga kecil yang sedang tertawa bahagia karena mendapat ikan hasil pancingannya. Di sana ada ayah, ibu dan juga ke dua anak-anaknya.
Arabella kembali menatap Finn. Entah kenapa Ia merasa sedih saat tahu apa yang sedang di pikiran putranya itu. Arabella seperti bisa ikut merasakan isi hati Finn. Arabella lalu mengusap rambut hitam anak itu, sampai Finn pun menatapnya.
"Lihat apa sih hm?" tanyanya lembut.
Finn menunduk dan menggeleng pelan. Eskrimnya mencair dan Ia tak berselera lagi untuk menghabiskannya. Terkadang Ara selalu sedih karena putranya ini tidak suka mengungkapkan isi hatinya, Finn terlalu pendiam, bahkan tak pernah bertanya hal aneh-aneh padanya.
"Sudah yuk kita ke Ancol, kita main sepuasnya," ajak Ara mencoba mencairkan suasana.
Dan Finn pun tersenyum tipis, bahkan sanking tipisnya sampai tidak terlihat. Memang Mamanya ini selalu bisa menghibur nya. Anak itu membenarkan tas gendongnya lalu menggenggam tangan kanan Ara erat.
Mom I love you, batin Finn.
***
Arion duduk dengan bosan, beberapa kali pria itu membenarkan posisi duduknya yang tidak nyaman. Malam ini keluarganya sedang makan malam bersama dengan keluarga Novia, wanita yang akan di jodohkan dengannya. Uh tapi sungguh Arion tak setuju dengan perjodohan ini, kedua orang tuanya memaksanya.
Sudah dua jam mereka mengobrol, makan malam pun sudah selesai dari tadi, tapi Arion tak ikut mengobrol, Ia lebih senang memainkan game di handphone nya.
"Bagaimana perusahaan kamu sekarang?"
Nyonya Via menoleh pada putranya yang ternyata sedang bermain game, dengan gemas wanita tua itu mencubit paha Arion sehingga anaknya mengaduh kesakitan.
"Aww Mam, sakit."
Arion mengusap-usap pahanya yang baru di cubit, Ia beralih menatap semua orang yang ternyata sedang memperhatikannya.
"Maaf ya, Arion memang begitu anaknya," ucap Via tidak enak hati.
"Ah tidak apa-apa, lagi pula Arion sepertinya sedang fokus dengan handphonenya," ucap Ayah Novia.
Via lalu menendang kaki Arion dari bawah meja, dan anak itu langsung mendelik tidak suka ke arahnya. Bukannya mengerti kodenya, Arion malah kembali fokus dengan game nya.
"Aku mau ke toilet." Arion berdiri dan melenggang pergi dari sana.
Bokongnya sudah panas karena terus duduk, apalagi dari tadi hanya diam. Huh Arion tak peduli bagaimana tanggapan keluarga Novia padanya. Lagi pula mana mau di jodohkan.
Saat masuk ke toilet, Arion tak sengaja melihat seorang anak kecil yang terlihat kesulitan menggapai air keran karena terlalu tinggi. Pria itu melangkah mendekat lalu membantu memutarkan keran airnya.
"Terima kasih."
Arion sempat terdiam sebentar melihat wajah anak laki-laki itu. Ia merasa aneh sendiri, tapi segera menepis dan membasuh wajahnya.
Kembali Ia membantu anak laki-laki itu menutup air kerannya, dan anak itupun tersenyum tipis padanya sebelum keluar dari sana.
Sifat cuek anak itu mengingatkannya pada dirinya sendiri. Pendiam dan dingin, itulah yang Arion bisa lihat saat melihat wajah anak itu, padahal mereka baru pertama bertemu.
Arion pun memutuskan untuk keluar, sebenarnya Ia ingin langsung pulang dan tak ingin kembali ke sana. Tetapi bisa-bisa Mamanya menceramahi nya di rumah, mengerikan. Langkahnya tiba-tiba terhenti saat melihat sesuatu, seringai langsung terukir saat netranya melihat seorang wanita yang sangat dikenalnya berada di tempat itu. Dengan perlahan Arion pun mendekat lalu duduk dihadapan wanita itu.
"Woyy!!"
Ara mengangkat kepalanya dan terkejut melihat siapa orang itu. Kenapa Ia harus bertemu pria menyebalkan itu di sini sih?!
"Ngapain lo di sini?" ketus Arabelle.
"Heyy emangnya ini restoran lo apa? Terserah gue dong."
"Awas minggir sana, masih banyak meja yang kosong."
"Ya elah galak bener. Gak mau, gue mau di sini."
Ara mengelus dadanya mencoba bersabar, ya Tuhan padahal hari ini libur tapi kenapa Ia harus bertemu pria menyebalkan itu. Wanita itu memasukan barang-barangnya ke dalam tas, berniat untuk pergi, tapi langkahnya tertahan saat pergelangan tangganya ditahan.
"Lo mau kemana?"
"Pulang lah."
"Gak boleh, temenin dulu gue minum." Perintah Arion lalu kembali menarik Ara agar duduk di depannya.
"Ihh gak mau, gue mau pulang udah malem." Ara melepas kasar tangannya, Ia memperhatikan penjuru restoran.
"Kemana Finn ya?" gumam Ara bingung.
Anak kecil itu katanya mau ke kamar mandi, tapi ini sudah hampir sepuluh menit dan belum kembali.
"Finn? Siapa tuh?" ketus Arion.
Ara mendelik sebal, "Bukan urusan lo!"
Ara pun melangkah cepat pergi dari sana, hari yang menyebalkan karena melihat pria itu di tempat tidak terduga. Saat keluar restoran Ia bisa melihat Finn yang ternyata sedang duduk bersama seorang pria tua, perlahan wanita itu mendekat lalu mengelus kepala putranya.
"Sayang Mama nyari kamu."
"Maaf Ma, aku nemenin kakek makan, kasihan sendiri."
Ara tersenyum tipis lalu menatap seorang kakek yang sedang makan roti dengan lahapnya disamping Finn.
"Ya udah kita pulang yuk."
Finn mengangguk, sebelum pergi Ia kembali menatap kakek itu, "Kek aku pulang dulu."
Kakek itu tersenyum lebar, "Iya, terima kasih ya sudah belikan kakek rotinya. Jadi anak yang baik dan pintar Finn."
Ara tentu saja terkejut karena ternyata Finn yang memberikan makanan itu. Wanita itu ikut bangga karena putranya sangat dermawan pada orang lain. Betapa beruntungnya Ara karena di usia Finn yang bisa dibilang masih kecil, putranya sudah bisa menolong.
"Ayo Mama."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
Nur hikmah
aduh g jd dh arion liat duplicatyaaa
2022-02-11
0
Yesi Purnamasari
di awal momy ko sekrg jd mama
2021-03-27
2
nurhaya507
pasti gara2 g di setujuin ortunya aron y... mknya pisah
2021-02-15
1